33•Davendra

14.3K 856 81
                                    

Happy reading

Terdapat kata-kata kasar di setiap chapter⚠️
Adegan toxic, umpatan, pergaulan bebas, toxic relationship ⚠️

Terdapat kata-kata kasar di setiap chapter⚠️Adegan toxic, umpatan, pergaulan bebas, toxic relationship ⚠️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Buat apa lo ngelakuin ini semua, Daven?"

Daven mengangkat bahu acuh tak acuh, ia tersenyum miring. "To tell that weak man that you're mine, perhaps?"

"Siapa?" Tanya Kanara tidak mengerti. Pria lemah? Siapa itu?

"Dave. Selain itu, saya butuh wanita untuk menghasilkan keturunan, pria tua bangka itu sangat merepotkan, astaga." Keluh Daven seolah tidak ada beban, dan jangan lupakan kosakata pria itu yang sangat plin-plan, terkadang menggunakan saya dan kadang juga menggunakan aku.

"Gue gak ngerti dan gak tahu apa yang lo maksud. Pertanyaan gue, kenapa harus gue?" Tanya Kanara jengah.

"Kenapa? Seharusnya kamu senang karena yang akan menikahimu adalah laki-laki yang mencintaimu." Tukas Daven kelewat santai.

"Sayangnya yang mencintai gue itu Dave, bukan si brengsek yang ada di depan gue ini." Balas Kanara sengit, menatap nyalang pria di hadapannya.

Mendapati tatapan maut dari Kanara, anehnya Daven justru tertawa meremehkan. "Lalu? Kamu berharap saya mencintai kamu juga?"

Kanara meneguk ludah. Bagaimana ia bisa mengatakan hal yang memancing pria itu untuk meremehkannya.

Tatapan itu, tatapan meremehkan dan angkuh yang sembunyi dibalik bola mata hazel yang sempat Kanara abaikan. Harusnya sedari awal Kanara sadar jika bola mata Dave itu berubah, ia harusnya sadar kalau sedari awal bukan lagi Dave yang mengambil alih. Sialnya, Kanara terlambat menyadari hal itu.

Melamun menjadi pengalihan Kanara hingga ia tidak sadar kalau mereka sudah sampai di rumah Kanara. Daven justru mengantar Kanara ke rumah gadis itu, bukan ke apartemen seperti biasanya.

Kanara baru tersadar saat pintu dibukakan oleh pria itu. Sial, tingkahnya terlalu manis untuk menutupi kedok brengseknya.

Gadis itu melirik ke arah tangan Daven yang sudah bertengger manis di bahunya. Sandiwara di mulai lagi.

"Selamat malam... Tante, Om." Sapa Daven tersenyum ramah, satu kesamaan antara Dave dan Daven yakni sifat manipulatif pria itu. Ia bisa terlihat seperti orang yang benar-benar hangat dan penyayang.

Mama Kanara tersenyum membalas. "Kok baru pulang sekarang? Abis dari mana aja emangnya?" Tanyanya.

"Tadi Kanara saya bawa jalan-jalan dulu, Tante. Saya minta maaf gak izin dulu."

Mama Kanara menghampiri anak gadisnya, ia menggenggam tangan putrinya dengan tatapan yang Kanara sendiri tidak tahu apa artinya. Entah apa maksud Mama nya, Kanara tidak mengerti. Yang pasti, ada sesuatu.

DavendraWhere stories live. Discover now