34•Davendra

15.2K 864 54
                                    

Happy reading

Terdapat kata-kata kasar di setiap chapter⚠️
Adegan toxic, umpatan, pergaulan bebas, toxic relationship ⚠️

Terdapat kata-kata kasar di setiap chapter⚠️Adegan toxic, umpatan, pergaulan bebas, toxic relationship ⚠️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kanara merasa keluarganya semakin jauh dengan dirinya. Tidak ada candaan hangat yang biasanya menghiasi meja makan. Tidak ada tingkah jahil dari abangnya. Juga tidak ada godaan yang sering dilemparkan Papa kepada Mama. Kini mereka hanya diam sembari fokus dengan makanan masing-masing.

"Aku mau keluar sama temenku." Ucap Kanara memulai obrolan.

Berhasil, kegiatan makan dalam diam itu kini teralihkan sejenak.

"Ajak temen kamu kesini," ucap Papa.

"Udah janjian diluar, biar langsung ketemu disana aja."

"Kamu tahu apa maksud Papa, Kana." Peringat Papa yang langsung membuat nafsu makan Kanara hilang seketika.

"Pa, Ma, aku gak tahu kalian punya rencana apa sama bajingan itu. Sudah tinggal seminggu lagi, apa aku pernah ada rencana kabur? Gak ada, Pa. Kalian nyuruh aku di rumah aja, aku turutin kemauan kalian."

Kanara benar-benar tidak mengerti. Ia menangis, meraung seperti orang gila, memohon agar Mama ataupun Papanya dapat membantunya untuk lepas dari laki-laki itu. Namun justru kedua orangtuanya seolah menjadi penjaga agar Kanara tetap mengikuti pernikahan ini.

"Kamu gak akan ngerti, Kana." Kendra ——Papa Kanara menghela nafas panjang.

"Kasih tahu aku, biar aku ngerti, Pa. Gak kaya gini caranya. Kalian seolah-olah maksa aku. Mama Papa tahu sendiri, aku gak bisa, aku paling gak bisa menolak apapun yang bersangkutan dengan kalian. Kalau Mama Papa sendiri yang nyuruh aku terima pernikahan ini, aku mana bisa nolak?" Ucap Kanara diiringi tetesan air mata yang turun tanpa diminta.

Padahal ia hanya ingin berbincang-bincang hangat seperti biasa, bukan pembicaraan penuh emosi ini.

Semua orang terpercaya di rumah ini bungkam. Menutup mulut untuk memberikan jawaban terhadap Kanara.

Sementara di sisi lain Daven kembali pergi ke L.A untuk melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda. Semuanya telah selesai dengan mudah, semua terkendali sesuai dengan keinginannya. Abyasa benar-benar sangat bisa diandalkan.

Masih dengan menatap layar laptop, Daven menoleh sekilas saat pintu terbuka dengan seenaknya. Jelas ia tahu siapa pelakunya.

Laki-laki paruh baya itu berdiri dengan angkuh, menatap cucu laki-lakinya.

"Cucu durhaka. Bagaimana bisa kamu melangsungkan pernikahan tanpa memberitahu ku sedikitpun, heh?" Hardik Tuan Graham tidak terima.

"Opa sudah tahu," balas Daven dingin.

"Aku tahu dari rekanku bodoh! Apa cucuku sekarang tidak menganggapku sebagai kakek?" Desis Tuan Graham duduk di sofa tamu dengan santai.

"Tidak ada kakek yang menelantarkan cucunya sendiri." Sindir Daven yang membuat Tuan Graham tertawa keras.

DavendraWhere stories live. Discover now