38•Davendra

Mulai dari awal
                                    

"Gue bahkan rela ngelawan rasa takut gue buat lo, Kana."

"Oh, gue harus luluh ya? Harus terpukau denger semua kata-kata lo?" Ejek Kanara berani.

Tatapan Dave berubah sendu. "Kapan lo terima gue, Kana?"

Kanara tersenyum lebar, sangat lebar.

"In your dreams!"

Dave mengumpat pelan, ia masih asik bermain-main dengan leher Kanara. Keningnya berkerut saat melihat sebuah kalung yang melingkar di leher wanitanya.

"Daven?" Gumamnya rendah, aura dingin tiba-tiba menguar. Nada suara laki-laki itu pun tidak se-santai tadi.
Dengan sekali tarikan, Dave menarik hingga kalung itu terlepas seketika.

"DAVE!" Pekik Kanara melihat kalung itu di lempar keluar jendela oleh laki-laki itu.

"Lo gila ya?! Kalau Daven tahu gue bisa abis!" Sentak Kanara frustasi. Ia buru-buru turun ke bawah untuk mencari kalung yang telah dibuang Dave itu.

"Sial," Melihat Kanara yang berlari ke bawah sontak membuat Dave mengejar wanita itu. Tentu saja Kanara kalah cepat dengan Dave. Dave segera menghadang Kanara dengan menggunakan lengannya.

"Kana! Lo lebih gila tahu nggak?! Cuma gara-gara kalung itu lo sampai kaya gini?" Tahan Dave menatap tidak percaya Kanara.

"Cuma?" Tanya ulang Kanara tidak percaya. "Asal lo tahu, Daven itu lebih mengerikan dari apapun. Lo nggak tahu gimana gila nya dia. KARENA CUMA GUE, GUE YANG JADI PELAMPIASAN SI BRENGSEK ITU!" Teriak Kanara dihadapan laki-laki itu.

Dave terdiam kaku. Sial, dari sekian banyak musuh kenapa yang harus menjadi musuhnya adalah bagian dari dirinya sendiri? Dave kesulitan jika tanpa Daven, namun dengan Daven maka Kanara akan tersiksa.

"Gue harus nyari kalung itu," gumam Kanara resah. Ia kembali berlari tanpa memperdulikan Dave.

"Hei, Kana, tunggu!" Panggil Dave menyusul langkah Kanara yang sudah berada di luar rumah mewah itu.

"Gue akan nyuruh pelayan buat nyari kalung itu. Sekarang lo tenang, gak akan ada apa-apa. Daven gak akan tahu." Ucap Dave mencoba menenangkan wanita itu namun tampaknya Kanara masih terlihat panik.

"Daven pasti denger, dia ada dalam diri lo, dia pasti tahu." Racau Kanara sembari menggeleng-gelengkan kepalanya cepat.

"Daven gak tahu, percaya sama gue, Kana. Daven gak akan denger." Mendengar itu Kanara mulai tenang, ia menurut saat Dave menuntunnya ke sofa.

"Ngeliat lo yang gak bisa kontrol diri lo sendiri kaya gini, gue gak bisa Kana. Gue sayang lo lebih dari diri gue sendiri, kalau lo kaya gini, gue akan terus ngerasa sakit, Na." Ucap Dave menunjukkan ketulusan yang begitu besar.

Dave tampak meneguk ludah kasar. Sebenarnya ia bimbang harus mempertahankan Kanara lalu membiarkan Daven menyakitinya atau melindungi Kanara dengan menyingkirkan Daven dalam hidupnya. Persetan, Kanara lebih penting. Pikirnya.

"Gue akan coba ngilangin sosok Daven dalam diri gue,"  ucap Dave setelah pertimbangan panjang.

"Bener?" Lirih Kanara tidak percaya namun di sisi lain ia merasa senang.

Dave mengangguk sambil menghela nafas. "Gue ceritain sedikit-sedikit ya? Gue gak mau lagi ada rahasia di hidup gue yang gak diketahui sama lo, Kana. Lo berhak tahu segala hal tentang hidup gue."

Tangan Dave menggenggam Kanara lembut. "Gue bisa hilangin Dave di hidup gue, tapi pelan-pelan ya? Sabar buat gue mau? Ini cara gue buat ngelindungi lo dari diri gue sendiri, Kana."

DavendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang