"Bunda kenal gak sih orang tua ashel, muthe, marsha sama flora? Terus bunda juga kenal gak sama orang tua kak chika?" Tanya kathrin.

Indah menggeleng kepala tanda dia tidak mengetahui semua itu.

"Mamanya ashel itu tante beby, mamanya marsha itu tante veranda, mamanya muthe itu tante shanju, mamanya flora itu tante nabila dan mamanya kak chika itu tante frieska." Jelas kathrin semuanya.

Betapa kagetnya indah dan melody, karena kathrin tahu sama nama kelima sahabat mereka yang mereka berdua pun sudah lama gak ketemu.

"Kenapa atin bisa tahu mamanya kak chika? Itu karena dulu waktu SMA kak gita sempat bawa atin main ke rumah kak chika. Disitu atin tau kalau mamanya kak chika itu tante frieska." Jelas kathrin kembali.

Indah dan melody benar-benar dibuat kaget sama kathrin, mereka senang kalau akhirnya sahabat mereka bisa dikenal sama seorang kathrin.

"Besok, bunda pecat saja mereka. Kalau masalah pengganti mereka, biar gito yang bicara sama ke 5 sahabat bunda dan mami itu." Ucap gito.

Indah akhirnya bernafas lega, karena dia tidak pusing mencari pengganti dokter yang akan dia pecat.

"Itu satu lagi, tolong ayah urus dokter raiden yang menyombongkan dirinya di depan gito. Baru juga dokter training sudah belagu sekali." Ucap gito kesal.

"Tenang itu bisa ayah atur, ayah pindahkan aja dia nanti ke pelosok negeri." Ucap gracio tersenyum kepada gito.

"Oh iya gito lupa, gito pamit bentar ya." Ucap gito keluar dari ruang kerja bundanya.

Gito pergi lari menuju ruangan shani, dia tahu shani lagi menunggu dia disana.

"Assalamu'alaikum." Ucap gito membuka pintu ruangan shani.

"Wa'alaikumsalam." Balas shani dengan muka cemberutnya.

"Maaf ya aku lama, tadi urusan sama bunda baru ini kelar." Ucap gito yang mendekat ke shani.

"Kok bisa lama gitu." Ucap shani melingkarkan tangannya dipinggang gito.

"Iya tadi sempat beda pendapat, soalnya 5 dokter anestesi bakal dipecat sama bunda." Jelas gito mengelus ujung kepala shani.

"Terus semuanya sudah kelar?" Tanya shani sambil mendongakkan kepalanya melihat gito.

"Sudah kok, makanya aku buru-buru kesini shan." Ucap gito tersenyum.

"Gini dulu ya, shani masih mau lama peluk gito." Ucap shani dengan mode bocilnya.

Shani masih setia memeluk pinggang gitu dan menyenderkan kepalanya ke perut gito.

Gito tidak mempermasalahkan itu, dia senang shani bermanja kembali dengannya setelah ditinggal gito lebih sebulan karena tugas negara.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11, gito masih aja setia berdiri di samping shani. Yang ternyata shani tertidur memeluk dia sambil terduduk juga.

"Ci bangun yuk." Ucap gito menepuk lembut bahu shani.

"Euuggghhh." Shani pun bangun dari tidurnya, dia meregangkan badannya.

"Kantin yuk, kita makan siang dulu siap itu kalau mau lanjut tidur gak papa biar ditemanin nanti." Ajak gito lalu tersenyum kearah shani.

Shani hanya mengangguk, dan dia membereskan barang-barang yang ada di mejanya. Gito sangat setia menunggunya.

Mereka berdua pun jalan menuju kantin, lagi dan lagi raiden membuat masalah di depan gito. Mereka berdua di cegat sama raiden, raiden berencana ingin membawa shani buat makan bersama dengan dia.

Cinta Sang PrajuritWhere stories live. Discover now