"Astaga, seharusnya kamu berterimakasih karena didikan ku kamu tumbuh menjadi sosok yang sesuai harapan. Yah, meskipun tetap bodoh karena wanita."

Setidaknya sosok Daven harus berterimakasih, karena jika tidak ada pria tua Bangka ini mungkin kepribadian Daven tidak akan ada.

"Baiklah, terimakasih. Sayangnya aku tidak bodoh soal wanita seperti putramu, Pak tua."

Tuan Graham tergelak. "Benar, Daddy mu itu sangat bodoh. Tidak jauh beda denganmu, Nak."

Keuntungan yang dapat Daven raih karena kehadiran Tuan Graham yaitu karena rasa takut yang ditimbulkan dalam diri Dave, rasa takut itu memicu jiwa Daven untuk melindunginya. Itu sebabnya Daven memanfaatkan kehadiran Tuan Graham untuk memelihara rasa takut Dave agar selalu ada. Karena rasa takut itu yang membuatnya ada hingga detik ini.

"Aku tidak akan bertindak bodoh seperti putramu, Opa. Yah, setidaknya aku akan tinggal di rumahmu bersama istriku nanti." Ucap Daven sudah penuh pertimbangan. Alasannya yaitu agar jiwa Dave selalu merasa takut dengan adanya Tuan Graham, itu akan membuatnya lebih mudah mengambil alih.

"Apa kamu se-miskin itu hingga tidak mampu membeli rumah sendiri, Dave?" Tanya Tuan Graham remeh.

"Aku lebih dari mampu, kakek tua. Sayangnya aku tidak tertarik. Ingatlah jika cucu mu ini adalah anjing pesuruhmu, apa Opa akan membiarkan anjingnya berkeliaran bebas tanpa pengawasan?" Ucap Daven tertawa dalam hati. Untungnya ia bukanlah sosok pemilik asli tubuhnya, yang sebenarnya anjing pesuruh ada Dave, bukan dirinya.

"Kamu benar, Nak." Sahut Tuan Graham.

"Omong-omong apa kamu masih akan tetap bekerja saat hari pernikahanmu sudah di depan mata?"

"Bukankah didikan mu seperti itu, Opa?" Daven terkekeh kecil.

"Sekarang aku percaya jika kamu tidak sebodoh Ayahmu. Dia hanya mengutamakan wanitanya. Padahal, kita para lelaki masih bisa memiliki wanita lain jika wanita yang satu sedang marah bukan? Menggelikan."

"Astaga, sadarlah kakek tua. Opa sudah tidak pantas berkata seperti itu, lihat umurmu. Saranku, sebaiknya Opa segera menyiapkan pemakaman." Ejek Daven kurang ajar, jika Dave yang mengambil alih mungkin pria itu tidak akan seberani Daven.

Tuan Graham mengetuk tongkatnya keras, merasa marah. "Cucu brengsek!"

****

Hari yang paling Kanara hindari akhirnya tiba. Pagi-pagi sekali Kanara sudah dibangunkan untuk segera bersiap-siap mengenakan make up, hairdo, dan berbagai persiapan mempelai wanita lainnya.

"Mbak, untuk make up nya yang soft tapi tetep fresh aja ya, jadi aku riasnya tipis-tipis tapi tetep bikin pangling kok." Ucap seorang make up artist laki-laki dengan gaya kemayu nya.

Kanara tidak merespon, ia melamun sebentar.

"Bisa buat gue jelek aja gak?" Pertanyaan spontan itu terucap begitu saja.

"Maksudnya?" Tanya sang MUA tidak mengerti.

Kanara menggeleng. "Lo gak perlu dandanin gue cantik-cantik, buat gue se-jelek mungkin sampai cowok itu nyesel mau nikahin gue."

Laki-laki kemayu itu tercengang. Ia menggeleng sekilas. "Ada-ada aja, cyin. Kalau udah cinta mati ya gak bakal nyesel calonmu."

Kanara tersenyum kecut, "Dia gak cinta gue."

"Di jodohin ya?" Tanya laki-laki kemayu itu. Ia cukup sering mendapatkan klien yang korban perjodohan keluarga, terlihat jelas dari ekspresi para calon pengantin wanita yang terlihat tidak antusias seperti Kanara.

DavendraWhere stories live. Discover now