Gito menghapus air mata itu, dia tidak mau melihat shani menangis.

"Sudah jangan nangis." Ucap gito.

"Aku gak berubah, aku tetap gito yang dulu. Kamu sendiri yang berubah." Ucap gito lagi.

"Aku juga gak berubah, aku masih shani yang dulu." Ucap shani.

"Kalau kamu shani yang dulu, kamu gak mungkin mau melakukan perjodohan kemarin." Ucap gito.

"Kamu salah gito, perjodohan itu tidak terjadi. Aku tidak menerima itu, dan tak akan pernah aku menerima perjodohan seperti itu." Jelas shani lalu dia menundukkan kepalanya menahan tangisnya.

"Aku sudah tahu semuanya." Ucap gito yang membuat shani mendongak menatap gito.

"Kamu sudah tahu semuanya?" Tanya shani bingung.

"Iya, aku sudah tahu semuanya. Tahu tentang perjodohan itu, semua sudah diceritan sama bunda. Tapi kamu hari itu tidak memberiku kabar sama sekali, kamu tidak ada mengabariku sama sekali kemarin." Jelas gito sambil tersenyum.

"Tapi, kenapa kamu mendiamkan ku kemarin? Kenapa kamu menjauh dariku?" Tanya shani.

"Sengaja, aku sengaja lakukan itu. Biar kamu yang sadar sendiri lalu menceritakan semuanya padaku." Ucap gito dengan santainya.

Bugh

Suara pukulan dari shani mendarat di dada bidang gito, dia lalu memeluk gito. Karena rasa rindunya selama ini, akhirnya dia ketemu kembali dengan lelaki yang paling dia sayangi dan cintai.

"Kamu itu jahat hiks hiks hiks." Ucap shani yang masih memeluk gito.

"Kok jahat?" Tanya gito bingung.

"Udah tau aku rindu, kamu main pergi aja kemarin hiks hiks hiks." Ucap shani masih tetap menangis.

"Siapa suruh gak nyamperin wlee." Balas gito meledek shani.

"IHHH GITOOOOO." teriak shani yang kesal.

Sang empu hanya terkekeh dan berlari kembali masuk ke dalam rumah sakit.

Shani kesal tapi dia juga senang, kalau gito tidak marah sama dia. Lalu, shani pun pergi masuk ke dalam rumah sakit menyusul gito untuk memulai pekerjaannya.

Pagi itu, gito pergi ke ruangan kerja bundanya. Dia masih merasakan pegal di badannya, sakit akibat siksaan pihak musuh itu masih terasa di badannya.

"Assalamu'alaikum bunda." Ucap gito membuka pintu ruangan kerja bundanya.

"Wa'alaikumsalam nak, gimana keadaan abang?" Tanya indah.

"Sakit bun, badan abang masih berasa sakitnya bun." Ucap gito yang kesakitan lalu duduk di sofa ruangan itu.

"SUSTERRRR." Panggil indah dari ruangannya.

Saat itu indah melihat wajah gito pucat, gak berselang lama datanglah 3 suster membawa brankar ke ruangan indah.

Mereka menaikkan tubuh gito yang mulai kehilangan kesadarannya ke atas brankar tersebut.

"Ayo bawa anak saya ke ugd sus sekarang." Titah indah.

Mereka pun membawa gito menuju ruangan ugd, indah merasakan ketidak tenangan melihat gito yang mulai melemah dan sudah kehilangan kesadarannya saat dibawa menuju ugd.

Disisi lain, gita merasakan perasaan yang tidak mengenakkan. Dia mencoba fokus pada kerjaannya, perasaan itu benar-benar menganggu pikirannya gita.

Kembali ke bunda indah, dia sudah berada di UGD dan memulai pemeriksaannya terhadap gito.

Cinta Sang PrajuritWhere stories live. Discover now