Hampir 15 menit mereka hanya diam, tidak ada satupun yang saling meminta maaf. Sampai membuat gito jengah melihat sikap gita dan kathrin.

"Kalian kok diam aja sih." Ucap mami melody.

"Gak ada yang mau mulai meminta maaf." Kini indah yang ngomong.

"Jangan buat abang kalian amarahnya meledak dek, kak. kalian tahukan kalau bang gito emosinya sudah meledak. Bunda sama ayah gak bakal bisa bantuin kalian." Ucap gito mencoba membujuk kedua anak perempuannya itu.

"Sudahlah yah, kalau memang orang itu mau diam-diaman aja biarkan gitu. Sampai di indonesia, semua fasilitas mereka tarik aja. Sekalian mereka berdua kirim kembali ke tempat omah." Ancam gito yang kali ini tidak main-main.

"Yaudah, sampai indonesia nanti ayah akan kirim mereka ke tempat omah." Setuju gracio.

"Kalau gitu kita nyari makan aja dulu, udah lapar nih soalnya." Ajak kinal yang sudah menahan rasa laparnya.

"Yaudah yuk mel, nal. Kita nyari makan aja, kalau orang itu masih diam-diaman gitu biarkan aja." Ajak indah dan mereka pergi dari kampus kathrin.

Kathrin dan gita hanya diam mengikuti dari belakang. Sedangkan gito masih emosi melihat kedua tingkah adiknya itu, dan shani dia berusaha menenangkan gito biar emosinya gak meledak.

Karena sebenarnya shani kasihan melihat gita dan kathrin, tapi shani tidak bisa melakukan apapun.

Sesampainya di restoran tempat mereka makan, gito masih mendiamkan kedua adiknya itu.

Kathrin dan gita melihat gito bercanda lalu tertawa bareng kedua orang tuanya sama kedua orang tua shani, mereka pengen ikut tapi mereka takut sama gito. Melihat gito yang dingin kepada mereka, membuat gita dan kathrin hanya bisa diam.

Shani melihat gita dan kathrin hanya diam, shani mengajak mereka keluar dan ngobrol bertiga diluar.

"Bun, yah, mi, pi. Shani keluar bentar sama gita dan atin ya." Izin shani lalu menarik kedua tangan adiknya gitu itu.

Mereka hanya melihat ketiga orang itu keluar dari restoran, gito menatap lekat ke 3 wanita yang dia sayangi itu.

"Semoga dengan shani yang ngomong ke gita dan atin, mereka berdua bisa baikan tanpa ada gengsi." Monolog hati gito.

"Bang, mau sampai kapan diamin gita sama atin?" Tanya sang bunda.

"Biarin aja bun, nanti juga baikan sendiri orang itu berdua." Ucap gito sambil meminum minuman yang dia pesan tadi.

"Benar ndah kata gito, biarkan aja mereka. Mungkin shani bisa buat orang itu berdua baikan." Ucap melody menyetujui ucapan gito.

"Bukan gitu teh, cuma kalau gito dingin ke adik-adiknya pasti bakal lama. Dulu juga atin diamin gita dan gito, 2 minggu baru baikan mereka bertiga." Jelas indah yang terkadang gelisah lihat tingkah ketiga anaknya itu.

"Tenang aja bun, mereka juga udah besar. Biarkan mereka berdua menyelesaikan masalahnya, cukup shani aja jadi penengah mereka berdua." Ucap gracio menenangkan indah dari kegelisahannya.

Indah yang mendengar itu hanya menghela nafas panjang, dia tahu gimana keras kepalanya kedua anak perempuannya itu.




Disisi gita, shani dan kathrin.




"Masih mau diam-diaman juga?" Tanya shani lembut.

"Kenapa sih gengsi yang kalian tinggikan?" Lanjut shani.

"Kalian gak kasihan sama bunda, ayah juga gito? Mau sampai kapan kalian begini? Masih mau di marahin sama gito?" Tanya shani kembali yang masih belum mendapatkan jawaban dari gita dan kathrin.

Cinta Sang PrajuritTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang