CHAPTER 49

28.3K 1.3K 88
                                    

Rahang Geogra mengeras

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rahang Geogra mengeras. Kedua tangannya terkepal. Dia menarik kerah kemeja Naden. Netra gelapnya menyorot tajam. "Katakan."

"Keberadaan gadis itu telah ditemukan," Sejenak setelah Naden berkata seperti itu, ia bisa merasakan cengkeraman di kerah bajunya menegang. Raut muka Geogra terlihat mengeras. Laki-laki itu mendorong Naden menjauh.

Tanpa kata, dia melangkah terburu-buru. Dadanya terasa bergemuruh hanya dengan mendengar kabar bahwa gadisnya telah ditemukan. Itu berarti Zeyra masih hidup. Gadisnya masih hidup. Zeyra-nya.

"Hei, Gra. Kau mau ke mana?" teriak Naden, baru tersadar melihat Geogra sudah lebih dulu berjalan keluar rumah.

"Percepat langkahmu, sialan!" umpat Geogra, tidak sabaran.

Naden melotot, dia mencegah Geogra yang hendak masuk ke dalam mobil. "Tidak sekarang."

"Apa maksudmu dengan tidak sekarang, huh?!" Geogra menghunuskan tatapan tajam disertai wajah yang memerah. Dia sungguh sedang menahan diri untuk tidak membogem wajah bodoh Naden sekarang juga.

"Apa kau ingin mati?" sentak Geogra.

"Ck, tidak bisakah kau mendengarkanku dulu? Singkirkan kata-kata keramat itu," decak Naden, malas.

"Jangan main-main denganku, Naden. Cepat bawa aku ke tempat gadisku!" Geogra membuka pintu mobil dengan kasar. Namun lagi-lagi dicegah oleh Naden membuat Geogra kesal bukan main. Dia menendang kaki Naden tepat pada tulang keringnya. Sang empu membulatkan mata seraya menggeram kesakitan memegang kakinya.

Belum sempat Naden mengumpat, sebelah tangan kekar Geogra sudah lebih
dulu mencekik lehernya.

"Argh, Gra. Lepaskan tanganmu!" Naden memberontak. Tetapi sialnya, tenaga Geogra begitu kuat. Cekikkan itu semakin menguat membuat Naden diserang panik. Dia tidak mau mati muda. Masih banyak yang harus ia lakukan. Terlebih ia belum bertemu dengan kekasihnya. "A-aku belum bisa memberitahumu di mana Zeyra berada. I-itu atas p-perintah a-ayahmu. T-tuan A-arkielga!"

Geogra menghempaskan Naden. Dia menyugar rambutnya sembari menggeram kesal. "Sialan. Pria tua itu selalu aja!"

Naden terbatuk-batuk lantas menghela napas lega. Dia merapikan kemejanya yang kusut. "Kau tenang saja. Zeyra baik-baik saja."

"Bagaimana aku bisa tenang! Aku ingin memastikannya sendiri!" ucap Geogra ngotot. Laki-laki itu meraup wajahnya kasar. Dia merasa tidak tenang. Dia ingin segera menemui Zeyra. Ingin mendekap erat dan mengurung gadis itu. Selama ditinggalkan oleh Zeyra, Geogra uring-uringan. Emosinya tidak bisa dikontrol. Sudah berapa banyak korban yang menjadi pelampiasan amarah laki-laki itu.

"Ya, aku tahu. Tapi bersabarlah. Ini semua agar rencana kita berhasil." Naden sengaja tidak memberitahu keberadaan Zeyra. Selain membiarkan Zeyra menenangkan dirinya, ia ingin memberikan pelajaran pada Geogra. Laki-laki itu memang bodoh, selalu bertindak sesuka hati. Memangnya enak? batin Naden, tertawa dalam hati melihat Geogra yang berantakan.

GEOGRAWhere stories live. Discover now