CHAPTER 27

34.2K 1.5K 107
                                    

Pagi-pagi sekali, Zeyra sudah membantu para pelayan untuk menyiapkan sarapan

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Pagi-pagi sekali, Zeyra sudah membantu para pelayan untuk menyiapkan sarapan. Lalu setelah pekerjaannya selesai, ia buru-buru bersiap karena hari ini ia akan pergi sekolah.

Gadis itu sangat bersemangat, memakai seragam baru yang telah diberikan oleh Rashelyna. Seragam lama yang sudah sangat tidak layak dipakai, ia simpan ke dalam kotak. Dia tidak berniat untuk membuangnya karena seragam tersebut nenek yang membeli untuknya.

Bu Inah datang memasuki kamar, pelayan itu berniat membantu Zeyra untuk bersiap. Sebenarnya gadis itu sudah lebih dulu menolak, akan tetapi Bu Inah tetap memaksa.

Alhasil, Zeyra kini tengah duduk di depan cermin dengan Bu Inah yang sedang menata rambutnya.

"Zey, kau tidak menyadarinya?" tanya Bu Inah tiba-tiba membuat kening Zeyra mengerut.

"Kenapa, Bu?"

Bu Inah mencubit pipi Zeyra dengan gemas. "Astaga, Zey. Lihat baik-baik wajahmu di cermin. Kau itu sangat cantik. Semalam saja Ibu sangat terkejut melihat penampilanmu. Bukan hanya Ibu, tetapi Nyonya besar dan Nona Giselle juga, kan? Mereka memujimu," ujar Bu Inah, menaruh jepit motif kupu-kupu di poni gadis itu.

Zeyra tersenyum kaku. "Itu, kan, karena Ibu yang merias Zey. Ibu sangat hebat, Zey jadi tidak mengenali wajah Zey sendiri," ujarnya. Bu Inah terkekeh.

"Saat melihatmu Ibu jadi teringat putri Ibu, dia mirip sepertimu Zey. Cantik dan manis."

"Benarkah? Lalu di mana putri Ibu? Apakah ia seumuran dengan Zey?" tanya Zeyra antusias.

Bu Inah tersenyum kecil. Ia mengikat kepangan rambut Zeyra. "Putri Ibu sudah meninggal sejak ia berusia sepuluh tahun."

Senyum Zeyra seketika luntur, ia berbalik menatap Bu Inah yang terlihat sedih. "Maaf, Bu. Zey tidak tahu," ucapnya, mengusap lengan Bu Inah.

"Tidak apa-apa, Zey," balas Bu Inah, ia mengelus pipi Zeyra. Sejak kedatangan gadis itu, Bu Inah sudah menganggap Zeyra sebagai putrinya.

"Kalau Ibu rindu dengan putri Ibu, Ibu bisa peluk Zey," ujar Zeyra, tersenyum kecil sembari merentangkan tangan yang langsung disambut oleh pelukan hangat Bu Inah.

Mereka berdua pun saling berpelukan selama beberapa detik. Lalu suara pintu yang digedor dengan kuat menyentak keduanya.

Bu Inah memandang Zeyra dengan kernyitan di dahi. "Biar Ibu lihat." Bu Inah melangkah menuju pintu, lalu membukanya. Pelayan tua itu begitu terkejut saat melihat kehadiran seseorang di hadapannya.

"Tuan Muda?"

"Di mana Zeyra?"

Orang itu adalah Geogra, laki-laki dengan seragam khas Zergant School sama seperti seragam yang Zeyra kenakan. Matanya melirik tajam ke dalam ruangan, mencari keberadaan gadis itu.

"Ada, Tuan. Sebentar akan saya panggilkan."

Bu Inah dengan segera melangkah masuk, menghampiri Zeyra yang sedang mengenakan kacamata barunya.

GEOGRAOnde histórias criam vida. Descubra agora