CHAPTER 3

45.4K 1.6K 44
                                    

Jangan lupa tekan vote & komen sebanyak-banyaknya!

Jangan lupa tekan vote & komen sebanyak-banyaknya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Gra, seharusnya kau tidak kemari. Lihat, mereka bahkan sedari tadi tak mengalihkan tatapannya padamu!” kesal Naden, mendudukkan diri pada sofa di sebelah Geogra.

Mereka kini tengah berada di sebuah tempat yang sering mereka kunjungi yaitu club.  Ruangan bernuansa gelap dengan lampu yang menyorot berputar-putar diiringi alunan musik. Entah itu para pria maupun wanita, mereka tengah asyik berjoget di lantai dansa.  Sebagian dari mereka memilih untuk menonton sembari minum-minum di bar.

Laki-laki dengan jaket hitam yang melekat di tubuhnya itu hanya duduk santai dengan menaikkan satu kakinya. Tangannya memegang tablet, fokus menatap layar di hadapannya. Membaca beberapa informasi yang telah Naden dapatkan. Geogra hanya menampilkan ekspresi datar, tak terganggu sedikit pun dengan tatapan penuh kagum dari para wanita yang ada di sana.

Naden menggerutu, “Tak ada satu pun wanita yang melirikku??”

“Padahal aku tak kalah tampan darimu, Gra.”

“Hei, manis!” sapa Naden, melihat seorang wanita berbaju merah super ketat yang tak sengaja lewat. Wanita itu menoleh, namun tatapannya malah berlabuh pada lelaki di sampingnya. Mata wanita itu sedikit melebar. Bibirnya menganga. Terpaku dengan sosok Geogra.

“Wow!” pekik wanita itu.

Naden memutar bola mata. “Ck!”

“Manis, lihat aku! Bukankah aku tampan?” tanya Naden, mengedipkan sebelah mata seraya mengusap rambutnya ke belakang. Wanita itu hanya diam, tatapannya tak beralih sedikit pun dari Geogra. Mengabaikan Naden yang kini tengah kesal bukan main.

“Percuma saja aku datang kemari!” kata Naden.

Geogra berdecak, malas menanggapi tingkah bodoh Naden. Dia mematikan layar tablet, melempar dengan asal ke arah Naden. Mata Naden membelalak, untungnya dengan sigap, ia berhasil menangkap benda canggih itu. Sedangkan sang pelaku, hanya bersikap santai seolah tidak terjadi apa-apa.

“Oh my tabletku!” pekiknya, mengecek benda kesayangannya. Naden mendelik sinis tak terima. Dalam hati, segala umpatan ia berikan pada laki-laki di sampingnya itu.

“Zeyra,” gumam Geogra. Nama itu, hanya dengan menyebut nama itu berhasil membuat emosinya kembali naik. Bahkan matanya yang gelap kini berubah menajam. Dia memejamkan mata, menghembuskan napas dengan kasar. Bayang-bayang kejadian malam itu benar-benar mengusik dirinya.

“Hahaha, Geogra, akhirnya hari di mana kau kalah telah tiba!”

Semua orang yang ada di sana pun tak menyangka. Geogra, seorang pembalap motor yang selalu mendapat kemenangan berhasil dikalahkan oleh Ravion.

“Di mana wajah sombongmu itu, Bung?” Ravion menepuk pundak Geogra dengan keras. Dia berjalan mengelilingi laki-laki itu. Bibirnya tak berhenti tertawa disertai dengan ejekan.

GEOGRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang