CHAPTER 2

51.4K 1.7K 30
                                    

Jangan lupa tekan vote & komen sebanyak-banyaknya!

Jangan lupa tekan vote & komen sebanyak-banyaknya!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Brak!

Naden yang sedang menguping tepat di hadapan pintu seketika terkesiap, tubuhnya terjengkang ke belakang. Geogra dengan raut wajah dingin, tiba-tiba membuka pintu. Urat-urat di sekitar lehernya masih terlihat jelas. Geogra menaikkan sebelah alis, mengernyit tak suka melihat keberadaan laki-laki itu. Ia melangkah menghiraukan Naden yang tengah cengengesan karena tertangkap basah.

“Bagaimana dengan gadis itu, Gra?” Naden mengekor di belakang Geogra. Dia sedari tadi tak sengaja menguping pembicaraan Geogra. Naden pikir, Geogra akan berbuat sesuatu yang mengerikan pada gadis itu. Ah, apa mungkin di dalam sana, gadis itu sudah mati? Naden menatap nanar pada pintu kelas kosong di belakangnya. Gadis yang malang.

"Sebenarnya siapa dia? Mengapa kau terlihat marah padanya?" ucap Naden memberanikan diri untuk bertanya.

"Apakah gadis yang kau maksud semalam adalah gadis itu?" Naden menatap Geogra penasaran.

Laki-laki di hadapannya tak menjawab. Tatapan datar Geogra mampu membuat murid-murid yang tak sengaja berpapasan dengannya langsung menunduk.

Naden mengerjap. “Setahuku, gadis itu bernama Zeyra. Aku sering kali melihat Camela berurusan dengannya.”

Geogra menghentikan langkahnya. Tanpa berbalik, ia berkata, “Malam ini, berikan semua informasi tentangnya."

Naden langsung mengangguk. "Baiklah."

Sudut bibir Geogra sedikit tertarik ke atas. Kemudian melanjutkan langkahnya diikuti Naden, meninggalkan lorong yang sepi itu.

***

Zeyra merapikan seragamnya yang kusut. Gadis itu berusaha berdiri dengan kaki yang sudah lemas. Di ruang kelas yang kosong dan gelap, membuatnya takut. Laki-laki itu benar-benar mengerikan, meninggalkan dirinya sendirian di sini.

Zey, akan patuh dan tunduk p-padamu.”

Zeyra menggigit bibir mengingat perkataannya beberapa menit yang lalu. Zeyra terpaksa mengatakan itu, agar dirinya bisa selamat dan tidak mati. Tidak tahu bagaimana nasib Zeyra ke depannya. Yang pasti, gadis itu selalu tak akan bisa hidup tenang.

Zeyra menghela napas. “Zey, apalagi kali ini?” gumamnya. Sebelum meninggalkan kelas, dia berjongkok meraba-raba lantai dalam kegelapan sedang mencari kacamatanya. Zeyra menyipitkan mata saat tak menemukan benda itu.

“Ke mana kacamata punya Zey??” ucapnya panik bukan main. Tanpa kacamata, Zeyra tidak bisa melihat dengan jelas karena pandangannya sedikit buram.

GEOGRAWhere stories live. Discover now