CHAPTER 31

37K 1.5K 73
                                    

Dugaan Zeyra tentang Geogra ternyata salah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dugaan Zeyra tentang Geogra ternyata salah. Dia pikir setelah sembuh dari sakitnya, laki-laki itu akan berubah dan kembali pada sikapnya yang semula. Tetapi lelaki itu malah bersikap semakin aneh. Kini Zeyra yang harus mengurus segala keperluan Geogra, tentu saja atas titah laki-laki itu sendiri.

Hari demi hari Zeyra lewati dengan sabar menghadapi sikap menyebalkan tuannya. Kali ini ia tengah membawakan nampan berisikan dua cangkir kopi beserta camilan. Zeyra melangkah memasuki ruang baca yang kini telah berubah menjadi ruang kerja Geogra.

"Permisi, Tuan." Zeyra menaruh dua cangkir beserta camilan tersebut di atas meja. Geogra duduk di sofa dengan kaki menyilang, lalu di hadapannya terdapat Naden. Ya, laki-laki itu datang berkunjung.

Naden meraih secangkir kopi dan langsung saja menyeruputnya.

"Kau boleh pergi," ujar Geogra, menatap ke arah Zeyra. Gadis itu mengangguk sembari menunduk sopan lalu beranjak keluar dari ruangan itu

"Kupikir manusia sepertimu tidak pernah sakit," celetuk Naden. Geogra mengabaikan ucapan yang terkesan menyindir itu.

"Gra, sebenarnya aku heran denganmu. Mengapa kau masih menahan gadis itu di sini?" tanya Naden. "Dan juga kau belum menjelaskan kejadian pada malam itu. Gra, kau sadar tidak? Kau malah menolongnya dan memberikan napas buatan untuk gadis itu!" serunya.

"Lalu?" Satu alis Geogra terangkat, dia tampak tak berminat dalam topik pembicaraan tersebut.

Naden memicingkan mata. "Apa kau tengah menyembunyikan sesuatu?"

Geogra mengedikkan bahu tak acuh, ia mematikan rokok lalu meraih secangkir kopi dan menyeruputnya sedikit.

"Ah, apa jangan-jangan kau sudah jatuh cinta pada gadis itu?!" ujar Naden, suaranya terdengar menggelegar di dalam ruangan sembari matanya membola bahkan hampir saja keluar dari tempatnya.

Mendengar ucapan Naden barusan, Geogra tiba-tiba terbatuk. Wajah laki-laki itu memerah, ia menyorot tajam ke arah Naden sembari mengusap tenggorokannya. "Omong kosong!"

Cinta? Tidak mungkin. Dia tidak pernah atau tidak sama sekali memiliki perasaan seperti itu. Apa yang diucapkan Naden benar-benar membuatnya hampir tertawa. Namun, ada satu hal yang mengganjal akhir-akhir ini. Jantung. Ya, jantungnya sering kali berdebar setiap melihat wajah gadis itu. Tangan Geogra terangkat memegang dada beserta pikirannya yang terbayang akan Zeyra.

Tidak! Ada apa dengannya? Mengapa ia jadi memikirkan gadis jelek itu? Geogra berdecak sembari menggelengkan kepala. Ia menyugar rambut, lalu tiba-tiba teringat saat tangan lembut Zeyra mengusap rambutnya. Jantung Geogra semakin berdetak kencang bahkan kedua telinganya memerah.

Naden yang memperhatikan gerak-gerik Geogra seketika mengernyit heran. Dia menatap laki-laki itu yang tengah mengusap wajahnya dengan kasar.

"Huh, aku tak yakin dengan ucapanmu. Dugaanku pasti benar. Kau sedang jatuh cinta, kan?" ledek Naden.

GEOGRAWhere stories live. Discover now