Epilogue

1.4K 133 7
                                    

"At least, the wheel comes full circle. And they decide to stay"

----- S e c r e t -----

2 Minggu kemudian..

Clary sedang dikamarnya, membereskan beberapa box yang belum sempat ia pindahkan. Ia mengambil barang-barang dari sana dan meletakkannya di beberapa tempat. Sampai ia menemukan sebuah buku, yang sudah lama ia cari.

A tale of two cities. Itu yang tertulis rapi di atas sampulnya. Buku itu sudah tua tapi menyimpan banyak kenangan. Ia segera meletakkan buku itu diantara buku-buku lainnya. Tepat di rak diatas tempat tidurnya. Tak lama ada sebuah ketukkan di pintu, ia segera mendongak dan melihat ada seseorang yang berdiri disana, tersenyum padanya.

"Hey" sapa orang itu, mendekat padanya. Clary tersenyum membalas sapaan orang itu. "Ada apa Luke? kau perlu sesuatu atau-"

"Tidak. Aku hanya ingin melihatmu" Wajah Clary merah padam, Luke hanya terkekeh. "Kau sedang membereskan buku-bukumu, ku lihat. Apa aku menganggumu? aku bisa keluar kalau kau mau" Luke baru saja akan keluar, tetapi Clary mencegahnya. "Tidak, aku sudah selesai hanya tinggal memindahkan letak-letaknya. Kau bisa tinggal disini" Luke mengangguk.

"Dengar Clary, aku minta maaf atas-" Clary segera memotong ucapannya. "Luke" katanya menghadap ke arahnya "Kita sudah membicarakan hal ini 2 minggu yang lalu. Aku sudah memaafkanmu. Dan aku ingin kau tinggal"

"Tapi kau bisa menemukan seseorang yang lebih baik dariku" Clary menghampirinya dan menggengam tangannya, Luke agak tersentak saat Clary melakukannya. "Benar. Aku bisa menemukan lelaki yang lebih baik darimu, lebih tampan darimu. Tapi dia bukan Luke Hemmings, yang ku cinta" Luke mendongak ke arah Clary. Mata birunya bertemu dengan mata coklat Clary.

"Tapi bisa saja-" Luke kembali mengelak, Clary memutar matanya dan mengambil belati kecil yang teselip di sepatu bootsnya. Dan meletakkan belati itu di leher Luke. "Diam, jangan berkata begitu seakan-akan kau akan meninggalkan aku. Kalau kau tidak berhenti, kupastikan belati ini akan menembus lehermu" Luke menelan ludah ketakutan. "Baik. Aku akan diam" Clary terkekeh melihat kelakuan cowok didepannya ini. "Kau tau aku hanya bercanda" Ia kembali meletakkan belati itu di sepatunya. "Aku tau" Mata mereka kembali bertemu.

"Dunia sedikit berbeda sekarang. Bukan begitu?" Tangannya meraba pipi Clary dengan lembut. "Benar. Tapi itu takkan akan mengubah yang terjadi antara kita berdua" katanya "Seperti yang Will bilang saat ia bertemu Tessa untuk terakhir kalinya. 'Ketika dua orang menjadi satu di dalam hatinya yang paling dalam, mereka bahkan sanggup menghancurkan kekuatan besi atau perunggu'"

"Apakah kita akan sama seperti mereka?" tangannya meraba ke tengkuk leher Clary. "Aku yakin. Kita akan sama seperti mereka" Luke menariknya mendekat, mereka saling merasakan nafas satu sama lain, hidung mereka mulai bersentuhan.

Lalu ponsel Luke berbunyi menghancurkan momen itu. "Maaf" Ia lalu berdiri dan mengambil ponselnya. Clary hanya tertawa melihatnya sekarang. Wajah Luke begitu serius saat bercakapan dengan seseorang di ponselnya, Clary bangun dan mendekatinya.

"Siapa yang menelfon?" tanya Clary begitu Luke selesai mematikan sambungan. "Mom. Ia bilang bahwa kita harus menemuinya untuk rencana pernikahan. Dan aku berkata padanya, kau tidak ikut. Aku bilang saja badanmu sedang tidak sehat"

"Luke, ia membutuhkan kita berdua. Apa kau yakin aku tidak perlu ikut denganmu?" Luke mengangguk. "Aku yakin. Lagi pula ini baru 2 minggu sejak kau dibangunkan, kau perlu banyak istirahat" Luke memasukan ponselnya ke dalam saku celananya. "Tapi aku sudah tidur sangat lama saat itu. Aku tak perlu beristirahat lagi" Clary mengelak.

"Selamat tinggal Clary. Aku mencintaimu. Bye" Luke mencium pipi Clary lalu pergi begitu saja. Clary kembali ke atas tempat tidurnya dan mengambil salah satu novel yang belum ia baca. Ia begitu terhanyut dalam kisah itu, hingga tak sadar sudah 3 jam Luke meninggalkannya. Ia pun melanjutkan kembali membacanya. Tak lama ada bunyi telfon masuk dari lantai bawah, Clary menutup bukunya dan beranjak ke bawah menuruni tangga. Ia pun mengakat gagang telfon.

"Aku akan membalaskan dendamku atas kematiannya. Kau akan mati Clary Fray!!! KAU AKAN MATI!!!"

Dan sambungannya terputus begitu saja, Clary mengerutkan dahinya siapa yang berani mengusilinya. Ia baru saja akan beranjak dan menelfon Luke agar cepat pulang, tapi ada sebuah ketukan di pintu rumahnya.

Ia memberhentikan langkahnya dan melihat ke arah pintu. Ia ragu-ragu untuk membukanya terlebih ia baru saja menerima telfon dari orang yang membuatnya takut. Ia melangkah untuk mendekati pintu itu.

Ketukan itu terdengar lagi. Kali ini lebih keras. Ia pun dengan waspada mengambil belati dari sepatunya. Dan menyembunyikan di belakang tubuhnya. Dengan satu tangan yang masih kosong, ia memutar kenop pintu dengan hati-hati. Begitu melihat sosok didepannya. Clary berteriak dan belatinya terjatuh seketika.

----- The End -----

Haiiii!!! Akhirnya selesai juga buku 'Secret' ini. Kira-kira siapa ya yang dipintu itu?? Heheheee.. Maaf ya kalau gantung... Makasih banyak sebelumnya yang udah mau baca, ngevote dan comment di cerita ini. Maaf kalau banyak kesalahan, karena aku masih amatir dalam menulis buku. Apalagi yang bertema fantasi kayak gini. Dan maaf juga kalau dibuku ini Luke-Clary momennya jarang ada. Tapi nanti di buku kedua aku usahain banyak deh.. Sekali lagi makasih ya.. Selamat membaca... :D

The Secret || Luke Hemmings (Book 1) [On Editting]Where stories live. Discover now