Chapter 32 'Will?'

1.2K 144 4
                                    

"Only the very weakminded
refuse to be influenced
by literature and poetry"
-Tessa Gray (TID)

----- S e c r e t -----

"Dasar kau wanita jalang!!" Benjamin menampar pipi kiri Abi. Abi berusaha berontak, tetapi kedua tangannya dijegat oleh para pelayan iblis Benjamin.

"Kau pikir aku tidak akan tau bahwa kau akan berusaha membantu mereka!!" Sekali lagi satu tamparan melayang ke atas pipinya, disanapun ada bekas berwarna merah.

"Dasar penghianat!! Aku sudah akan memberimu apa yang sangat kau inginkan, dan kau malah menghianatiku?!"

Ia pun berjalan mundur ke belakang, dan mengambil sebilah pisau tajam. Ia memainkan pisau itu diantara jari-jarinya.

"Kau tau apa yang akan didapatakan, untuk gadis penghianat kecil sepertimu, bukan?"

Ia berjalan ke arah Abi, dan menggoreskan pisau itu ke pipinya, darah pun bercucuran dari sana, rambut bagian bawahnya sudah terkena darah yang menetes, lukanya pun semakin terasa sakit karena keringat yang jatuh dari pelipisnya.

"Dulu kau sering membanggakan cantiknya wajahmu, dan sekarang wajahmu sudah tidak berarti apa-apa"

Air mata jatuh dari mata Abi.

"Dan kau menangis, memang ya wanita itu memang lemah"

Ia pun menendang kaki Abi, hingga timbul bunyi seperti tulang patah, Abi pun meringis kesakitan.

"Bawa dia ke bawah tanah, biarkan ia bermain dengan anakku tercinta disana" ucapnya, pelayan itu pun patuh padanya dan membawa Abi ke ruang bawah tanah.

Benjamin berjalan menuju lantai teratas tempat dimana loteng berada dan ia pun membuka pintunya. Disana tergeletak seorang wanita dengan gaun putih yang menyelimuti tubuh kecilnya.

"Kau sangat cantik, aku tidak heran banyak lekaki yang mengorbankan dirinya untukmu, memujamu. Tetapi sayang sebentar lagi wajah cantik tidak akan ada lagi" ucapnya sambil mengelus wajahnya dengan lembut.

"Kau telah menghancurkan hati anakku, dan itu menghancurkan hatiku tentu saja. Ia mungkin sudah melupakan sakit itu sejak itu melihat senyumanmu kembali, saat ia melihatmu bersama pria yang akan menikahimu itu! Tetapi sebagai ayah, aku tidak akan bisa melupakan betapa depresi wajah anakku saat kau menolaknya di institut saat itu."

----- S e c r e t -----

Tangan Calum kaku seketika, ia pun memperlihatkan kertas itu pada Luke. Mata Luke pun membesar, ia fikir Clary akan segera bangun, ia fikir semua ini sudah berakhir. Tapi sayang, ini baru permulaan.

"Bagus, sangat bagus. Ia telah menculik Clary dan tentunya tidak ada yang bisa kita lakukan" ucap Cody, ia terdengar seperti orang frustasi.

"Lalu bagaimana kita bisa menemukannya?" tanya Luke. Calum hanya mengidikkan bahu.

"Kita harus memberitahu Magnus, lebih dulu"

"Baik, kita akan segera menuju rumahnya" ucap Cody

Mereka pun berlari ke arah mobil, dan mulai menaikinya. Calum pun segera menginjak gas dan melaju kencang menuju rumah Magnus. Tidak membutuhkan waktu lama untuk mereka sampai kesana. Mereka pun berhenti di depan rumah bercat gelap dan pintu kayu yang besar menjulang disana.

Mereka segera berjalan menuju rumah itu dan mengetuk pintunya. Tak lama sosok Magnus keluar dari rumahnya, wajahnya menunjukkan rasa bingung.

"Apa yang kalian lakukan disini? bukankah aku sudah bilang agar kalian menunggu disana? siapa yang akan menjaga Clary disana?"

The Secret || Luke Hemmings (Book 1) [On Editting]Where stories live. Discover now