Chapter 27 'A Servant?'

1.7K 143 6
                                    

"I Think She caught
between who she is
and who she wants
to be"

----- S e c r e t -----

Angin menabrak wajahnya seperti pukulan, ia berdiri disana mengamati kejadian demi kejadian, tak lama seorang lelaki yang ia sebut 'ayah' berjalan ke arahnya, senyumanpun terlukis di wajahnya.

"Ini sudah malam, apa yang kau lakukan?"

"Aku hanya memastikan bahwa rencana kita akan berhasil, itu saja"

"Anakku" ia terkekeh

"Sudah ku pastikan, ia memberikan Clary padamu percayalah"

"Ia terlalu mencintainya, ayah" balas anak itu

"Bukankah kau begitu juga? kau akan melakukan apa saja agar Clary bisa menjadi milikmu, benar kan?"

"Iya, tapi aku rasa ini cara yang salah"

"Ayolah nak, terkadang dengan pilihan yang salah, kita akan mendapatkan apa yang kita mau, aku sudah sering membuktikannya" ucap sang ayah mencoba memegang pundak anaknya, tetapi anak itu menangkisnya.

"Aku bukan ayah, aku tak pernah menjadi seperti ayah"

"Percayalah nak, kau sama sepertiku, kita satu darah"

"Tapi, itu tidak menjadikan aku seorang monster sepertimu"

Ayahnya melangkahkan kakinya kebelakang beberapa langkah.

"Setiap detik, dirimu akan berubah menjadi diriku, percayalah itu" Ucapnya sebelum meninggalkan anaknya sendirian di atas atap pada malam itu.

----- S e c r e t -----

Luke, ia memang sedang memandangi papan tulis yang dipenuhi rumus-rumus didepannya, tetapi fikirannya memikirkan seorang gadis.

Clary

Ia bertanya-tanya apakah dia baik-baik saja? Siapa yang menjaganya sekarang dirumah sakit? Bagaimana dia dapat menemukan buku putih itu, untuk membangunkan Clary? lamumannya tersadar ketika ia mendengar Mrs. Camille mengumumkan tentang pekerjaan kelompok fisika mereka.

"Anak-anak ibu akan memilih secara acak, satu kelompok akan terdiri atas 3 orang"

Ia membacakan dari kelompok pertama, luke berharap ia tidak satu kelompok dengan Abi.

"Dan kelompok terakhir: Luke, Calum dan Abi"

Luke menegang seketika mendengar ia satu kelompok dengan Abi, ia sangat tidak ingin satu kelompok dengannya.

"Baiklah anak-anak sekarang kalian diperbolehkan pulang ke rumah kalian masing-masing, jangan lupa proyek itu harus dipresentasikan 2 minggu kedepan, selamat siang" ucapnya sembari meninggalkan kelas dengan sepatu hak hitam mengkilat miliknya, yang selalu berbunyi setiap kali ia melangkahkan kakinya.

Luke menghembuskan nafasnya, lalu bangkit dari tempat duduknya, ia ingin segera pergi ke rumah sakit, ia ingin segera melihatnya.

Tetapi saat ia melangkahkan kakinya, ada tangan yang mencegatnya, ia membalikkan tubuhnya.

"Abi?"

"Hai Luke, ku harap kau ingat bahwa kita satu kelompok"

"Ya tentu, aku mengingatnya"

"Jadi?"

Luke mengerutkan dahinya

"Jadi? apa?"

The Secret || Luke Hemmings (Book 1) [On Editting]Where stories live. Discover now