Chapter 23 'The White Book'

1.7K 138 3
                                    

"Feelings that come back
are the feelings that never left"

----- S e c r e t -----

Hari ini mereka sudah bersiap-siap untuk menemui kakak Clary, Alex memberitahu mereka bahwa mereka akan bertemu dengannya diantara 2 pohon di jalan St. Florance tepat dimana semua itu terjadi.

"Apa kau yakin akan meninggalkan Clary sendiri?" Tanya Calum pada Michael, bisa saja saat mereka pergi, Clary sedang dalam keadaan bahaya. "Tidak, ia akan ditemani Alli dan Ari, aku sudah menghubungi mereka"

"Baiklah, kalian lebih baik segera memasuki mobil, kita akan segera berangkat" jelas Alex, mereka mengerti dan segera memasuki mobil Calum.

Mereka pun sudah didalam mobil, Calum yang menyetir sedangkan Alex berada disebelahnya, dan sisanya berada di jok belakang, didalam mobil diselimuti keheningan hingga Calum memecah keheningan itu.

"Apakah kau yakin kita akan menemuinya?"

"Ya, tentu saja, aku sudah mengenalnya sejak lama dan ia tak pernah mengingkari janjinya"

"Mengapa kau tidak memberi tau kami kalau kau sudah mengetahuinya sejak lama?" Tanya Cody

"Mungkin karena Clary sendiri yang memintaku menutup mulutku pada kalian"

"Mengapa Clary menyembunyikan itu? Apakah ia tidak mempercayai kami?"

"Ia mempercayai kalian tapi ia tentu mempunyai alasan yang pas untuk itu"

Keheningan pun menyelimuti mereka lagi, hingga mereka sampai di jalan St. Florance, jalan itu tidak terlihat seperti biasanya, jalan itu saat ini terlihat sangat sepi, toko-toko disana ditutup, tidak ada mobil yang memenuhi jalanan.

"Apakah kau yakin ini tempatnya?" Tanya Calum, melirik ke sekeliling tidak yakin. Tidak ada tanda-tanda seseorang disini.

"Ya, aku sangat yakin" jawab Alex antusias, sepertinya tidak terkejut melihat jalan St. Florance yang sepi seperti ini, lalu ia keluar dari mobil, diikutipun oleh yang lain.

"Dimana dia?" Tanya Cody yang tak sabaran menunggu."Ia akan kesini, tenang saja" jawab Alex ringan.

Mereka sudah lama menunggu, mataharipun akan segera tenggelam tetapi ia belum menunjukkan dirinya, Calum pun merasa kesal, ia merasa dipermainkan.

"Dimana dia? Kita sudah menunggu lama sekali tetapi kenapa ia belum memunculkan dirinya!?" Calum sudah lelah menunggu, dan sudah berjam-jam tidak ada satu tanda pun tentang kehadiran kakak Clary.

Alex hanya melihat ke arahnya dan senyuman terlukis diwajahnya, tak lama langit berubah menjadi merah keemasan, tatapan Alex mengarah ke tengah-tengah kedua pohon itu, tak lama keluar seorang pemuda berperawakan tinggi, dengan tudung yang menutupi kepalannya, ia berjalan ke arah mereka, ia masih menundukkan kepala, hingga ia sampai di depan mereka ia pun mengangkat kepalanya.

Alex tersenyum melihatnya, lelaki ini berambut pirang, dengan mata birunya yang sebiru samudra, menatap kearah mereka, senyuman terlukis diwajahnya.

"Hai teman lama, dan wajah-wajah baru yang baru saja ku lihat" nada bicaranya sangat antusias, lalu ia melihat ke arah Calum. "Hai Calum, kau tidak banyak berubah kawan"

Calum mengerutkan dahinya, tangannya masih melipat didadanya. Ia merasa asing dengan orang didepannya ini, bahkan ia baru mengetahui namanya belum lama ini, tetapi ia sepertinya sudah mengenalnya sejak lama. "Kau mengenalku?"

Lelaki itu tersenyum dan berkata "Tentu, Clary tentu saja bercerita tentang kau dan Cody"

"Dengar Niall kami sebenarnya membutuhkan bantuanmu, dan ini tenang Clary" Alex mencoba to the point.

Begitu mendengar namanya, matanya berubah cahayanya padam, ia tau ada yang salah pada Clary. "Clary? Apa yang terjadi padanya?" Nada bicaranya berubah drastis, ia mulai panik. Mungkin ia takut sesuatu yang berbahaya terjadi pada adiknya.

"Ia tertusuk pedang mortal milik benjamin kemarin, dan-"

"PEDANG MORTAL!??" Tanyanya penuh emosi, matanya menunjukkan kemarahan yang luarbiasa, urat-urat disekitar lehernya menegang, ia terlihat menyeramkan.

"Ya, dan sekarang ia pingsan kami butuh bantuan mu-"

"MENGAPA INI SEMUA BISA TERJADI LEX!?? BUKANKAH AKU SUDAH MENITIPKAN ADIKKU KEPADAMU, AGAR KAU MENJAGANYA!??"

"Ya maaf soal itu, aku tidak-"

"KAU WARLOCK BODOH!! INI MENYANGKUT NYAWA ADIKKU!!! AKU SUDAH LAMA TIDAK BERTEMU DENGANNYA DAN INI YANG TERJADI?!" Teriak Niall penuh emosi pada warlock itu, matanya merah membara, rahang giginya kuat, ia terlihat geram.

"Maafkan aku dengar, aku mengakui lalai dalam menjaga adikmu, tapi aku yakin bisa membangunkannya" Ia mencoba menenangkan Niall, ia tau bagaimana tipe seorang Niall bila adiknya disentuh sedikit.

Niall menghembuskan nafas panjang, sebelum ia menatap Alex, keadaan disana menjadi canggung.

"Bagaimana? Tapi kuharap kali ini berhasil"

"Tentu"

"Jadi, bagaimana caranya?"

"Buku putih"

Niall melotot ke arah Alex, ia kembali terlihat marah, tetapi tidak semarah sebelumnya.

"Kau gila!? Itu buku hanya dapat digunakkan oleh warlock dengan ilmu tinggi, bila kau melakukannya aku yakin keselamatannya terancam"

"Siapa yang bilang kalau aku yang akan melakukannya?"

"Lalu, siapa?"

"Magnus Bane"

----- S e c r e t -----

The Secret || Luke Hemmings (Book 1) [On Editting]Where stories live. Discover now