Chapter 24 'Not yet'

1.1K 124 6
                                    

"The worst thing in life
come free to us"
-Ed Sheeran (The A Team)

----- S e c r e t -----

Alex sudah menghubungi Magnus melalui pesan api, tetapi Magnus belum menjawab satu pesan pun. Niall sekarang berada disebelah tubuh Clary yang tergeletak lemah disana, ia merasa sedih melihat adik yang ia sayangi berbaring seolah-olah orang mati yang masih bernafas, sedangkan Calum dan Cody sedang mencari keberadaan Connor.

"Ia belum membalas satu pesan pun" Alex memasuki kamar Clary tanpa satu ketukan di pintu, Niall segera mendongak melihat ke arah Alex. Raut wajahnya menampakkan kekecewaan. Ia mengira Alex lebih baik dari ini, terlebih mereka sesama warlock tentu akan ada suatu hubungan khusus. Berbeda dengan dirinya yang hanya seorang pemburu bayangan.

"Mengapa ia belum membalas satu pesan pun? Ku kira kau cukup dekat dengannya" ucap Niall cukup jengkel yang tidak puas dengan hasil yang diberikan Alex.

"Ayolah, ia warlock yang sibuk kau harus mengerti itu" Alex berusaha menenangkan Niall, ia tau Niall bukan tipe orang yang bisa dikecewakan.

"Maksudmu sibuk mengadakan pesta-pesta dirumahnya? Ya aku mengerti itu" Niall kekesalannya bertambah dengan Alex, mengingat ia seharusnya menjaga adiknya yang satu ini, ini semua seharusnya tidak terjadi.

Alex menghembuskan nafas panjang, dan duduk disofa sebelah Luke. Niall hanya berdiri disebelah Clary, ia tak ingin berpindah dari tempatnya, walaupun kakinya akan merasa lelah.

Tak lama pintu kamar terbuka, dan muncullah dua orang berpakaian serba hitam, dengan keringat mencucur di dahi mereka. Penuh harapan atas kedatangan mereka.

"Bagaimana? kau sudah menemukannya?" Tanya Niall pada orang yang baru saja memasuki kamar Clary.

"Maaf, kami belum bisa menemukannya, ia seperti menghapus jejaknya agar tidak ada yang bisa mengikutinya" jelas Calum, Niall menghembuskan nafas panjang. Lagi-lagi ia dikecewakan oleh orang-orang ini.

Ia terdiam diri sebentar, mempertimbangkan situasi ini. Ia masih tidak dapat percaya dengan semua yang terjadi disekelilingnya. Adik yang sangat ia sayangin, tergeletak lemas diatas tempat tidur rumah sakit yang tidak begitu empuk. Para kawan yang mengecewakan dirinya. Ia tahu ia tidak dapat berharap lebih dari mereka, hanya saja bukankah melihat orang yang kau sayangi terluka sudah membuatmu tersakiti juga? lalu ia harus ditambah dengan situasi yang sama sekali tidak membantunya. Ia sudah seperti jatuh, lalu tertiban tangga lagi.

Tapi bila difikir Clary tidak akan menyukai sikapnya yang seperti ini, gadis itu selalu mengingatkannya untuk bersabar. Ia pun kembali menghembuskan nafas beratnya sebelum mengambil keputusan lain.

"Baiklah kalian lebih baik beristirahat, ini sudah menjadi minggu yang panjang untuk kalian, terutama Michael dan Luke. Kalian lebih baik pulang, jangan khawatir aku dan Alex akan menjaganya" ucap Niall ia berusaha tidak marah dan tetap bijaksana atas semua persoalan ini. Mulai dari Alex yang pesannya tidak terbalaskan oleh Magnus hingga Calum yang gagal menemukannya.

Sebenarnya Luke tidak ingin meninggalkan Clary, ia ingin tepat berada disampingnya setiap saat, melihat wajahnya, mengelus rambutnya, Luke merindukan masa-masa itu.

"Uhm baiklah" Calum yang ragu mulai keluar kamar, disusul oleh Cody, Michael dan Luke.

Sebelum pergi Luke melihat Clary untuk terakhir kalinya melalui jendela yang berada dipintu kamar Clary, ia tak pernah dan tak akan mau mengucapkan selamat tinggal kepada Clary, tetapi saat ini ia harus.

"Selamat tinggal Clary" lirih Luke, sebelum ia berjalan menuju mobil Calum yang terparkir disana.

Sesampai mereka didalam mobil, keheningan menyelimuti mereka, mungkin bagi mereka semua ini sulit untuk dipercaya. Dalam beberapa hari ini merupakan hari-hari yang berat bagi mereka, seolah-olah semua ini berubah 180 derajat dari dunia yang mereka tinggali sebelumnya.

"Apa ini hanya aku, atau dunia ini bukan seperti dunia yang aku tinggali kemarin. Apakah kita baru saja pindah planet?" tanya Michael mencoba memecahkan keheningan dengan pertanyaan.

"Tidak ada yang berubah, kau masih berpijak dibumi dimana tempat kau lahir. Hanya saja kau baru saja membuka sebagian rahasia yang membuat duniamu tampak berbeda." ia melanjutkan kata-katanya, "Aku tahu mungkin ini semua kelihatan tidak nyata, mungkin semua ini hanya bagaimana semua mimpi panjang, dan nanti kalian akan bangun dan semua kembali seperti normal. Tapi ini yang sebenarnya terjadi, semua ini nyata, dan memang ada beberapa hal yang diciptakan untuk sulit dipercaya" jelas Calum, lalu keheningan menyelimuti mereka lagi, seolah-olah mereka bisu, tetapi sebenarnya didalam otak mereka banyak pertanyaan tentang hal ini, hanya saja lidah mereka terlalu kelu untuk berkata-kata.

Lalu mobilpun berhenti didepan sebuah rumah.

"Ku harap kau tak keberatan bila kami menginap sementara di rumahmu Luke" ucap Calum yang sepertinya ragu untuk meminta izin bermalam.

"Tentu tidak, aku tidak keberatan" balas Luke dengan senang hati menatap kearah sahabatnya.

Mereka pun segera keluar dari mobil berjalan memasuki rumah itu, Luke dengan hati-hati memutar kunci dan membuka pintu rumahnya tak lupa mempersilahkan para tamunya masuk.

"Ada 2 buah kamar tamu diatas, tepat disebelah kamar Clary dan kamarku, maaf sebelumnya, kami hanya memiliki 2 kamar" jelas Luke tentang keadaan rumahnya yang sepertinya tidak memadai situasi ini.

"Tak apa Luke, Cody akan tidur bersamaku, sedangkan Michael dikamar satunya" balas Calum mencoba membuat Luke menghilangkan rasa malu dan bersalahnya atas keadaan rumahnya.

Luke mengganguk mengerti dan berterima kasih atas pengertian sahabatnya. Ia pun membawa mereka semua ke lantai atas dan sesampainya disana Luke melihat sebuah piano putih di tengah ruangan, dan bagaimana piano itu mengingatkan dirinya akan sosok Clary. Bagaimana jari munggil gadis itu menyentuh tuts-tuts hitam putih itu, bagaimana air matanya jatuh begitu memainkan lagunya, ini semua seperti sebuah film yang diputar berulang-ulang dipikiran Luke, dan ia merindukannya.

"Itu piano miliknya bukan?" Cody mendekati piano putih yang tertutup kain hitam. "Ya" jawab Luke singkat tatapannya masih fokus terhadap benda mati yang bisa sangat berarti padanya.

"Piano itu terlalu menggambarkan dirinya" Calum juga berjalan mendekati mereka dan menyuruh mereka untuk pergi ke kamar masing-masing karena ini hari yang cukup panjang untuk mereka semua.

Lalu mereka pun berjalan ke arah kamar masing-masing, sesampai di kamarnya Luke segera membaringkan dirinya di atas kasur miliknya.

"Semua ini terlihat seperti mimpi panjang, dan aku tidak akan pernah terbangun" ucapnya lirih sebelum ia memejamkan matanya, yang terlalu lelah saat ini.

_______________________________

Don't forget to votement yall!!!

i'll wait for it.

love youuu!!

-fia

The Secret || Luke Hemmings (Book 1) [On Editting]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang