Chapter 25 'Magnus'

1.6K 146 5
                                    

"Your mind is a garden,
Your thoughts are the seeds;
You can grow flowers,
Or you can grow weeds."

----- S e c r e t -----

Luke terbangun begitu mendengar pintu yang terbuka paksa, ia segera mendongak keatas untuk melihat siapa yang baru saja melakukan itu, dari matanya terlihat seseorang dengan wajah yang dihiasi cucuran keringat membasahi pelipisnya berjalan ke arahnya, Luke segera bangkit dari tempat tidurnya. Dan berjalan menuju orang yang baru saja memasuki kamarnya.

"Ada apa Cal? Mengapa kau-"

"Nanti akan ku jelaskan, sekarang lebih baik kita segera pergi ke rumah sakit" potong Calum.

Begitu mendengar kata 'rumah sakit' Luke tersentak, itu mengingatkannya akan Clary, itu membuatnya khawatir saat ini.

"Apa ini ada hubungannya dengan Clary? Apakah ia baik-baik saja?"

"Ya, ia baik-baik saja"

Luke merasa lega mendengarnya, ia takut sesuatu yang buruk terjadi pada Clary.

"Lalu untuk apa kita kesana?"

"Kita akan bertemu Magnus Bane, kau pasti mengingatnya bukan?"

Luke baru mengingatnya, ia teringat nama itu disebut saat mereka bertemu dengan Niall ditaman.

"Ya, tentu saja"

"Bagus, sekarang kau lebih baik segera berpakaian kita akan berangkat sebentar lagi" Ucap Calum sebelum meninggalkan kamar Luke.

----- S e c r e t -----

Akhirnya mereka berempat sedang dalam perjalan menuju rumah sakit, didalam hati mereka masing-masing ada rasa keraguan dan penasaran, karena mereka belum melihat seorang warlock yang bernama Magnus Bane, terlebih warlock itu cukup populer dikalangan pemburu bayangan.

Sesampainya di rumah sakit mereka segera keluar dari mobil dan memasuki koridor rumah sakit, mereka segera menaiki lift dan menekan tombol berangka 4, itu lantai dimana kamar Clary berada.

Sesampainya di lantai 4 lift pun berhenti dan pintu lift pun terbuka, mereka segera melangkahkan kaki mereka keluar dari lift itu, dan berjalan menuju kamar Clary.

2034

Nomor itu yang tertulis di pintu kamar Clary, Calum segera membuka pintu itu dan disambut oleh pemandangan asing untuknya, tepatnya disebelah tubuh Clary terdapat seseorang dengan tubuh gagah, tidak terlalu tinggi, tetapi tinggi itu pas untuknya, seseorang itu berjubah hitam dengan tudung yang menutupi rambut hitamnya.

"Jangan hanya berdiri disitu, kemarilah" Ucap Niall ramah, mereka pun memasuki kamar Clary.

Magnus membalikkan tubuhnya, begitu ia melihat mereka senyuman lebar terhias di bibirnya.

"Kenalkan aku Magnus Bane, kalian dapat memanggilku Magnus, mungkin kalian tidak mengenalku tetapi aku sudah mengetahui kalian terlebih dahulu, dan ya tentu Clary yang bercerita padaku lewat surat-surat yang ia kirim padaku" ucapnya.

"Jadi bagaimana keadaannya?" Tanya Calum

"Seperti yang Alex benar, kita membutuhkan buku putih itu untuk membangunkan Clary" balas Magnus

"Baiklah, sekarang dimana buku itu?"

Magnus dan Niall menundukkan kepala, mata mereka lurus menatap lantai, sebelum akhirnya Magnus menjawab pertanyaan Calum.

"Buku itu hilang, tidak ada jejak dimana buku itu berada, padahal Niall sudah menyimpannya dengan baik"

"Hilang!?" Pekik Luke

"Bagaimana bisa!? Bukankah Clary memberikan buku itu padamu malam itu!? Mengapa buku itu bisa hilang!?"

"Aku pun tidak tau kukira buku itu masih ada didalam kamarku, tapi setelah tadi aku melihatnya buku itu pun hilang"

"Fana" ucap Calum

"Fana? Apa maksudmu?" Tanya Niall

"Yang mengambil buku itu seorang Fana, itu sebabnya hilangnya buku itu tidak menimbulkan jejak" jelas Calum, Niall mengerutkan keningnya.

"Seorang fana? Jadi ada yang mengetahui posisi kita kecuali Luke dan Michael?" Tanya Niall

"Mungkin begitu"

"Apakah salah satu dari kalian memberitahu fana yang lain?" Tanya Niall pada Luke dan Michael

"Tentu tidak, kami tidak mungkin akan membocorkan rahasia kalian" jawab Michael

"Jadi siapa?" Tanya Niall

Tetapi semua yang diruangan itu diam, karena tidak ada diantara mereka yang tau siapa 'seorang fana' dibalik ini semua.

"Kita akan mencarinya dan harus menemukannya, karena bila tidak-" ucapan Magnus terpotong, ia tidak dapat melanjutkan kata-katanya.

"Bila tidak apa?" Tanya Luke

"Bila tidak, ia tidak akan selamat"

The Secret || Luke Hemmings (Book 1) [On Editting]Where stories live. Discover now