Zeyra tertegun. Bertemu nenek? Bukankah kemarin ia sudah menemui nenek? Mengapa tiba-tiba? Memangnya ia boleh menemui nenek lagi?

Gadis itu mengikuti langkah Geogra yang menggandeng tangannya meninggalkan halaman belakang menuju kamar Zeyra.

"Bersiaplah, aku akan menunggumu."

Zeyra hanya mengangguk saja. Tetapi dalam hati ia sangat senang sekali. Dia hanya bisa mengunjungi nenek seminggu sekali. Bukankah ini sebuah kesempatan untuknya? Gadis itu tersenyum riang, selalu tak sabar untuk bertemu Sura. Padahal baru kemarin bertemu, tetapi hari ini ia sudah merindukan neneknya itu.

***

Mobil hitam yang dikemudikan oleh Geogra melaju menuju rumah sakit. Lelaki itu melirik ke samping. Zeyra tengah menatap jalanan dari kaca mobil sembari memilin jemarinya.

Geogra menghela napas, sebelah tangannya terulur menggenggam tangan Zeyra. Pergerakan yang tiba-tiba itu membuat Zeyra tersentak. "Kau menginginkan sesuatu?"

Zeyra menggigit bibir dengan mata yang menatap ke luar kaca.

"Katakan, Sayang."

"Tidak ada," jawab Zeyra. Dia hanya sedang menahan gugup. Gadis itu sengaja mengalihkan pandangan agar rona merah yang muncul di kedua pipinya tidak diketahui oleh Geogra.

"Kau kedinginan, hm?" tanya Geogra. Telapak tangan Zeyra terasa dingin. Dia meraih jaketnya yang berada di kursi belakang. "Pakai jaket."

Gadis itu mengangguk, memakai jaket hitam milik Geogra. Lelaki itu melirik sekilas, ia mengulum bibir menahan senyum. Tubuh mungil Zeyra seperti tenggelam ke dalam jaketnya yang kebesaran. Menyadari gelagat lelaki itu, Zeyra menundukkan kepala, malu.

***

Kening Zeyra mengerut melihat Rashelyna dan suaminya tengah duduk di depan ruang rawat neneknya. Geogra menarik pelan tangan gadis itu, menghampiri kedua orang tuanya.

Ketika mereka mendekat, suara isak tangis mulai terdengar. Zeyra semakin keheranan. Rashelyna seperti tengah menangis di pelukan suaminya. Kenapa?

"Mom."

Panggilan dari Geogra membuat Rashelyna menghentikan tangis. Wanita itu buru-buru menghapus air matanya kemudian berbalik. Dia menyunggingkan senyum paksa.

"Geo? Zeyra?"

Geogra melepas genggaman tangannya. Dia duduk di samping Rashelyna, memperhatikan wajah sang ibu yang sembab. Dia tak tega melihat wanita kesayangannya menangis seperti ini.

"Zeyra, sini, Nak," ucap Rashelyna, merentangkan tangan. Arkielga yang mengerti pun bangkit dari duduknya. Membiarkan istrinya memeluk gadis itu.

Zeyra mengerjapkan mata ketika Rashelyna tiba-tiba memeluknya dengan sangat erat. Ia menatap Geogra dengan ekspresi bingung. Tetapi laki-laki itu hanya diam saja.

"M-mom, kenapa?"

"Nak, kau anak yang hebat... Kau anak yang kuat..."

Tangisan Rashelyna terdengar sangat menyedihkan. Entah mengapa, Zeyra menjadi tak tenang mendengar ucapan Rashelyna barusan. Ada apa ini?

GEOGRAWhere stories live. Discover now