52 - Belanja.

104 2 0
                                    

Happy Reading.

"Nanti kalau ada apa-apa di sana, kamu harus ngabarin aku. Pokoknya harus, atau kalau tidak kamu bakal nginap lagi di rumah ini."

Trianna memutar bola matanya jengah, sudah beberapa kali sejak ia dan Bryan sarapan, Bryan mengatakan hal yang sama terus-menerus.

"Iya, iya, aku pasti ngabarin kamu kok," jawab Trianna.

"Jangan iya-iya terus, tapi di dengerin. Nanti kalau kamu udah sampai sana, lagi belanja, atau segala macamnya kamu harus ngabarin aku," ucap Bryan.

"Iyaa, sayangku, nanti aku bakal ngabarin kamu." Trianna mencubit pipi Bryan gemas, "Posesif banget sih suami aku."

Bryan memeluk Trianna erat, menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Trianna dan mencium aroma tubuh Trianna dalam-dalam. Trianna tersenyum melihat tingkah Bryan yang seperti anak kecil sambil membalas pelukan Bryan.

Sejak kejadian tadi malam, Trianna merasa kalau dirinya sudah jatuh ke dalam pesona Bryan. Bukan hanya pesonanya saja, tapi ia sudah jatuh ke dalam kehidupan Bryan yang terlihat sangat gelap.

Entah karena apa, yang pasti, setiap kali Trianna berada di dekat Bryan, Trianna akan merasakan perasaan senang, bahagia, dan aman. Trianna dapat merasakan efek hormon dopamin¹ di dalam tubuhnya.

Dan Trianna mulai mempercayai Bryan, ia yakin kalau Bryan pasti akan melindungi dirinya dalam keadaan apapun dan kapanpun.

Selang beberapa menit, mobil berwarna hitam berhenti di depan rumah itu, Willy turun dari mobil dan berjalan menghampiri Bryan dan Trianna. Willy membungkukkan badannya hormat, setelah ada perintah berdiri dari Bryan, Willy kembali menegakkan badannya.

"Ingat apa yang aku katakan tadi," ucap Bryan. Trianna menganggukkan kepalanya, kemudian Bryan mencium kening Trianna sebelum Trianna masuk ke dalam mobil.

"Hati-hati." Trianna tersenyum sambil melambaikan tangannya kepada Bryan.

Mobil Willy berjalan keluar dari pekarangan rumah itu. Trianna duduk di belakang dan Willy duduk di kursi kemudi. Trianna menghembuskan nafasnya pelan saat ia melihat rumah seram itu dari jendela mobil.

'Apa dia tidak takut sendirian di sana?' batin Trianna.

Trianna kembali teringat saat pertama kalinya ia menginjakkan kaki di rumah itu, saat ia menemukan kepala yang bergelinding ke arahnya. Seketika Trianna merasa merinding saat mengingat hal tersebut.

Tatapan Trianna beralih melihat kaca spion yang ada di dalam mobil. Ia tidak sengaja melakukan kontak mata dengan Willy beberapa detik sebelum Willy memutuskannya.

"Ada apa?" tanya Trianna.

Willy melirik kaca spion sebentar, "Tidak ada apa-apa, Nyonya." Kemudian kembali fokus menatap lurus ke depan.

Trianna mengernyitkan alisnya bingung, kemudian ia mengangkat bahunya seolah tidak peduli.

Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya Trianna sampai di mall terbesar di kota ini. Mall yang sangat luas dan besar itu membuat Trianna takjub dengan interior yang mewah dan design yang sangat unik. Willy memarkirkan mobilnya di basement mall, kemudian setelah itu Willy membukakan pintu mobil untuk Trianna.

"Aku kira kita akan pergi ke butik dulu hari ini," ucap Trianna.

"Iya, kita akan ke butik, Nyonya. Kita ke sini karena butik terbaik yang ada di kota ini berada di dalam mall ini, Nyonya," balas Willy.

"Oh, kenapa kita tidak pergi ke butik Serin saja?" tanya Trianna.

"Butik Serin hanya menerima pesanan gaun untuk pengantin saja Nyonya."

"Ohh." Trianna membentuk mulutnya bulat.

"Ayo, Nyonya. Kita masuk ke dalam," ajak Willy.

"Ah, iya, ayo. Omong-omong tidak usah panggil aku nyonya, aku seperti merasa tua saja di panggil seperti itu. Kau bisa memanggil diriku dengan namaku," ucap Trianna sambil berjalan menuju pintu masuk mall.

"Maaf? Apa boleh?" tanya Willy sedikit terkejut.

"Haha! Tentu saja boleh! Anggap saja kalau kita ini teman, okay?" jawab Trianna.

Willy tersenyum tipis, "Baik, Trianna." Trianna ikut tersenyum saat mendengar ucapan Willy.

Saat memasuki pintu, Trianna langsung berhenti saat ia mengingat kalau dirinya harus mengabari Bryan. Trianna buru-buru merogoh tasnya untuk mengambil handphone miliknya dan melakukan selfie lalu foto itu di kirim kepada Bryan.

Sementara Willy terlihat kebingungan ketika Trianna tiba-tiba saja melakukan selfie dengan dirinya. Trianna yang melihat raut wajah Willy yang kebingungan pun tersenyum.

"Ini buat di kirim ke Bryan," ucap Trianna. Kemudian Willy mengerti lalu tersenyum tipis.

"Ayo jalan lagi," ajak Trianna. Willy menganggukkan kepalanya, kemudian mereka berjalan menuju ke butik tujuan mereka.

Saat ingin memasuki butik, satu suara teriakan membuat Trianna berhenti.

"Trianna!"

Trianna melihat ke arah orang yang memanggilnya itu.

'Gelan? Sedang apa dia di sini?'

.
.
.

*Dopamin¹ merupakan hormon yang memiliki peran penting dalam mempengaruhi perasaan bahagia dan senang.

To be content.

Hai hai gengs, apa kabareee? Semoga gwenchana nee~

Ini part isinya 90% kebucinan 2 protagonis kita ya gengs ya. Mana udah mulai pake aku-kamu lagi, aww.

Gengss, jujurly aku pengen minta pendapat kalian yang baca cerita aku inii. Baik readers atau silent readers. Menurut kalian, cerita aku ini ngebosenin atau nggk? Aneh atau nggk? Atau malah cerita ini seru?

Akuu minta saran sama kalian semua hihi, nanti kalo misalnya ada saran, aku bakalan perbaiki. Tulis di kolom komentar yaaa. Terimakasihh.

Jangan lupa vote, komen, dan follow akun akuuu, terimakasihhh.

IMAGINATIONWhere stories live. Discover now