14 - Resta atau Raksa?

520 31 0
                                    

Happy Reading.

To: Trianna

Hai, Trianna. Bagaimana kabarmu?
Aku dengar, kau sudah pulang dari rumah sakit?
Kau pulang ke rumah tunanganmu ya? Ah, kalau itu benar, syukurlah kau tidak pulang ke rumah pamanmu. Jujur saja, aku akan merasa kasihan dan tidak tega kepada dirimu jika kau kembali ke rumah pamanmu itu. Cukup kemarin-kemarin saja kau di siksa oleh pamanmu. Aku harap, kau hidup bahagia dengan tunanganmu itu.

Salam hangat,
R

Trianna yang membaca isi dari surat singkat itu mengernyitkan alisnya. R? Siapa? Resta? Tidak mungkin, sepupunya itu sangat benci kepadanya. Raksa? Ah, tidak mungkin juga, toh mantannya itu cuma manfaatin Trianna aja. Atau ... Seza? Tapi, nama yang ada di surat itu R bukan S. Lalu siapa? Apakah ada orang lain lagi yang tidak ada di dalam memori Trianna?

Bryan melihat Trianna yang terdiam, langsung mengambil surat yang ada di tangan Trianna dan membaca isi surat itu. Bryan menatap ke arah Trianna yang sedang melamun.

"Kenapa? Apa ada yang salah dengan surat ini? Dari isinya tidak ada kalimat ancaman," tanya Bryan.

"Bukan isinya, tapi ... siapa yang mengirim itu?" Trianna menatap balik mata berwarna abu-abu milik Bryan.

Bryan terdiam sejenak, ia ikut berfikir, "R? Sepupumu itu?"

"Bukan, bukan sepupuku."

"Lalu? Pamanmu itu memiliki 3 anak 'kan? Huruf depan dari ketiga anaknya itu juga R. Bisa saja di antara ketiga sepupumu itu yang mengirimkan surat ini."

Trianna sedikit terkejut mendengar perkataan Bryan. Trianna lupa kalau paman dari Trianna yang asli memiliki 3 anak. Trianna mencoba mengingat-ingat nama mereka, tapi tidak bisa, Trianna tidak mendengar dengan jelas nama dari anak pamannya, kecuali Resta.

Kalau tidak salah, anak pertama pamannya itu adalah seorang pria, umurnya di atas Trianna 3 tahun. Anak kedua pamannya adalah Resta, seumuran dengan Trianna. Dan anak ketiga pamannya itu seorang lelaki, umurnya di bawah Trianna, sekitar 17 tahun.

"Anak pertama dari pamanku itu seumuran denganmu?" tanya Trianna

"Tidak, aku lebih tua darinya. Umurku 30 tahun," jawab Bryan.

"Beda 1 tahun ya?" Bryan menganggukkan kepalanya.

Trianna menghela nafasnya pelan, jadi siapa yang mengirim pesan ini? Tiba-tiba saja Bryan memegang tangan Trianna lalu menggenggam tangan Trianna. Bryan mengelus-elus tangan Trianna lembut dengan jarinya.

"Jangan terlalu di pikirkan, biarkan saja siapa yang mengirim itu. Isinya tidak ada kalimat yang ingin menyakiti dirimu 'kan? Malah dia mendoakan dirimu agar hidup bahagia," kata Bryan lembut dengan tatapan yang hangat.

Trianna terdiam melihat tatapan itu, jantungnya berdetak sangat kencang. 'Dia kenapa tiba-tiba bersikap hangat seperti ini? Aneh, kenapa jantungku berdetak sangat kencang sih?!'

"Trianna," panggil Bryan.

"Ya?"

"Hari sabtu kita akan menikah, aku sudah tidak sabar menantikan pernikahan kita," ucap Bryan dengan senyum tipis.

Mendengar perkataan Bryan membuat detak jantung Trianna semakin berdetak tidak karuan. Bryan mengangkat tangan Trianna lalu mencium punggung tangannya. Di perlakukan seperti itu membuat Trianna lupa bagaimana caranya bernafas.

'Bisa apa? Bisa gila!' batin Trianna menahan untuk teriak.

Bryan melirik arloji miliknya, sudah menunjukkan pukul 10 malam.

"Sudah 2 jam kita berada di sini, sudah larut malam, ayo kita tidur," ajak Bryan sembari menggandeng tangan Trianna. Trianna hanya menurut. Mereka memasuki lift menuju kamar Bryan.

Ting.

Pintu lift terbuka, Bryan dan Trianna keluar dari lift dan berjalan ke arah pintu besar yang ada di sana. Bryan membukakan pintu untuk Trianna dan mempersilahkan Trianna untuk masuk terlebih dahulu.

Ketika pintu ingin di tutup oleh Bryan, sebuah suara notifikasi terdengar dari ponsel milik Bryan. Bryan menghentikan aktivitasnya, ia mengambil ponselnya yang berada di saku celananya. Bryan membaca sebuah pesan yang muncul di layarnya, ia melirik ke arah Trianna sekilas, kemudian jarinya bergerak mengetik balasan.

Trianna yang melihat itu menghela nafas kesal, sudah 2 kali notifikasi yang mengganggu mereka dalam 1 hari ini, saat tadi siang dan sekarang. Pasti setelah ini Bryan meninggalkannya lagi.

B

ryan berjalan ke arah Trianna, kini jarak di antara mereka hanya 4 cm. Bryan menatap mata Trianna, kedua tangan Bryan memegang pundak Trianna.

"Maaf, aku harus pergi. Ada urusan yang harus aku selesaikan."

"Lagi?" tanya Trianna dengan nada kesal.

"Maaf ya, kau bisa tidur terlebih dulu, jangan menunggu diriku." Bryan mencium kening Trianna kemudian berjalan keluar dan menutup pintu kamarnya.

Trianna mendengus kesal, baru tadi saja di perlakukan dengan manis, sekarang sudah di tinggal lagi. Dasar lelaki!

Trianna tersadar, 'Aku ini kenapa sih?' batinnya.

Ia berjalan ke kasur besar yang ada di kamar itu, lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur besar itu. Tidak butuh waktu yang lama, Trianna sudah terlelap dalam tidurnya.

.
.
.

To be content.

Hai, maaf kalo ceritanya aneh yaa😭 aku bingung mau ngetik apa huehue. 

Jangan lupa vote, komen, dan follow akun aku ya! Terimakasihh.

IMAGINATIONWhere stories live. Discover now