09 - Bertemu Dengan Gelan.

714 48 0
                                    

Hai gengs, kalo ada typo tolong tandai yaa. Terimakasih buat yang udah vote, atau silent reader karena udah mau baca cerita aku hehe.

Happy Reading.

Bryan melangkahkan kakinya lebar menuju ke arah kamarnya. Sesampainya di depan pintu, Bryan mengetuk pintu tersebut, takut jika saja pintu itu di kunci oleh Trianna dari dalam karena ia tadi tidak membawa kunci kamarnya.

Setelah beberapa kali mengetuk, Bryan memberanikan diri untuk memanggil nama Trianna.

"Trianna?" Tidak ada jawaban dari dalam, "Trianna!" Tidak ada jawaban lagi. 'Apakah semarah itu Trianna kepadaku?' Pikir Bryan.

Bryan memegang gagang pintu lalu berusaha membuka pintu. Cklek! Pintu terbuka. Ternyata tidak terkunci. Bryan melangkah masuk ke dalam kamarnya. Ia melihat sekeliling mencari keberadaan Trianna.

Setelah mencari-cari Trianna ke seluruh ruangan yang ada di dalam kamarnya itu, seketika Bryan merasa panik. Trianna tidak ada di kamar Bryan!

Bryan berlari keluar dari kamarnya, memasuki lift menuju lantai utama. Setelah pintu lift terbuka, Bryan berlari menuju ke ruang makan. Siapa tahu kalau Trianna balik lagi ke ruang makan.

Ketika melihat Bryan berlari, para pengawal menghampiri Bryan dan ikut berlari di belakang Bryan.

"Ada apa tuan?" tanya salah satu pengawal sembari berlari.

"Tunanganku menghilang, tolong carikan dia sampai ketemu!"

"Baik tuan!" Para pengawal tersebut memencar mencari keberadaan Trianna. Sementara Bryan tetap berlari menuju ke ruang makan.

Namun, saat Bryan masuk ke dalam ruang makan, ia tidak melihat keberadaan Trianna. Bryan segera mengeluarkan ponsel miliknya, lalu mengetikkan nama dan memencet tombol panggilan dengan cepat.

Setelah panggilan itu berdering, panggilan itu langsung di angkat oleh si penerima.

"Halo Tuan? Apa ada masalah lagi?" tanya Willy seperti sudah tau kalau tuannya menelponnya, pasti terjadi sesuatu.

"Trianna menghilang! Tolong bantu saya untuk menemukannya!"

Willy terdiam sesaat, "Apa sudah mencarinya di sekitar mansion tuan?"

"Para pengawal sedang mencarinya, kau bantu mencarinya di luar mansion. Atau kalau perlu seluruh kota ini kau telusuri untuk mencari keberadaannya sampai ketemu!"

"Baik tuan."

Tuutt ...

Panggilan tertutup. Bryan mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Kau di mana Trianna? Kau di mana?"

.
.
.

Sementara yang sedang di cari-cari kini lagi berada di pinggir jalan bawah pohon sembari duduk lesehan dan menggenggam handphone miliknya. Trianna melihat ke arah jalanan menunggu seseorang.

Sebuah mobil Pajero Sport berwarna putih berhenti di depan Trianna. Mobil itu menelakson Trianna satu kali membuat Trianna terkejut. Trianna mendongakkan kepalanya berusaha untuk melihat siapa yang ada di mobil itu.

Ingin berdiri untuk protes, tetapi pintu kemudi terbuka. Keluar seorang pria tinggi, memakai kemeja hitam dan celana panjang, warna kulitnya putih, rambutnya berwarna hitam dan beberapa helainya berwarna cokelat, alisnya tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis, bibirnya sedikit tebal, matanya sipit dengan iris mata berwarna cokelat. Pria itu tersenyum lebar ke arah Trianna sehingga matanya membentuk seperti bulan sabit.

"Hello Trianne!" sapa pria itu masih dengan senyuman lebarnya dan mata yang seperti bulan sabit. Pria tersebut berjalan mendekati Trianna yang terlihat antara bingung dan terkejut.

"Gelan?" tanya Trianna ragu-ragu.

"Iya Trianne, ini aku, Gelan. Bagaimana kabarmu?" tanya Gelan masih dengan senyuman lebarnya. 'Apa giginya tidak kering terus-terusan tersenyum seperti itu?' batin Trianna.

"Aku baik, bisakah kita segera pergi dari sini? Di sini sangat panas," kata Trianna.

Gelan menganggukkan kepalanya, "Di sini memang sedang musim kemarau, jadi cuacanya panas. Ayo masuk, kita akan ngobrol di sebuah cafe dekat apartemenku." Gelan membukakan pintu depan dekat dengan kursi kemudi.

Trianna masuk ke dalam mobil, Gelan menutup pintu lalu memutari bagian depan mobil dan masuk ke dalam mobil. Mobil berjalan, Gelan melirik ke arah Trianna yang sedang diam memperhatikan jalanan.

"Bagaimana? Sudah bisa beradaptasi di dunia ini?" tanya Gelan memecahkan keheningan.

"Dunia ini terlihat sama saja dengan duniaku sebelumnya," jawab Trianna.

Gelan mengangguk-anggukkan kepalanya, "Betul juga, aku membuat duniamu sama dengan dunia ini, namun ada sedikit yang aku buat berbeda."

"Kenapa kau menarik jiwaku?"

"Itu ... karena keinginan dari Trianna, pemilik tubuh yang kini kamu tempati."

"Kau beneran bisa melakukan sihir?"

"Setelah aku belajar 3 tahun mengenai sihir, aku cukup bisa melakukannya."

"Kenapa harus aku? Kenapa tidak tokoh utama dalam ceritamu saja yang kau tarik jiwanya?"

"Karena Trianna yang menginginkannya, dia ingin jiwamu berada di tubuhnya. Dia itu fans beratmu loh," ucap Gelan sembari terkekeh kecil.

"Apakah di dunia ini ada sihir semacam itu?"

"Tentu ada, namun sihir ini sangat rahasia, aku bahkan saat itu tidak di perbolehkan untuk mempelajari sihir ini. 1 tahun aku berusaha, akhirnya aku di perbolehkan."

"Kau ... kenapa kau sampai rela belajar tentang sihir hanya karena permintaan konyol itu? Sangat tidak masuk akal kalau itu hanya sekedar kemauan dari Trianna yang asli."

Gelan terdiam.

"Kau mencintai Trianna?"

Gelan kembali terdiam mendengar pertanyaan itu, kemudian ia menghela nafasnya, "Aku menyayanginya melebihi diriku sendiri."

Trianna melihat ke arah Gelan, terlihat tampan saat sedang mengemudi dengan lengan kemeja yang di lipat. Eh?

Trianna melihat ke arah jalan, "Tadinya aku ingin marah kepadamu karena seenaknya menarik jiwaku ke dunia ini. Jauh dari bunda dan ayah, kakek dan nenekku, dan juga sahabatku yang pasti kamu tau siapa sahabatku itu."

Gelan tersenyum kecil, "Aku sepertinya sudah membuat dirimu sangat menyayangi orang-orang yang ada di sekitarmu ya, tanpa kamu ketahui apa yang ada di belakang orang itu," gumamnya pelan, namun masih terdengar oleh Trianna.

"Maksudmu?" Trianna menoleh ke arah Gelan.

"Aku tebak, kamu belum membaca novelnya sampai akhir ya?"

Trianna terdiam, memang dia tidak membaca sampai akhir. Dia hanya membaca sampai dia di nyatakan 'meninggal' di dalam novel itu.

"Sebaiknya nanti ketika kita sudah sampai, kamu membacanya sampai akhir dulu, baru aku akan menjelaskan semuanya."

.
.
.

To be content.

Part ini lumayan panjang gengs. Hehehe. Jangan lupa vote, komen, dan follow akun aku ya! Terimakasihh.

IMAGINATIONWhere stories live. Discover now