37 - Malam Yang Indah.

254 11 0
                                    

Warning😁.

Happy Reading.

Setelah berpamitan dengan Beatrice dan Baslano, Trianna dan Bryan pulang duluan. Kini mereka sedang berada di dalam mobil menuju ke mansion Bryan. Suasana hening, hanya terdengar suara musik dari tape mobil.

Trianna melihat ke luar jendela, terlihat gedung-gedung pencakar langit. Langit sudah berubah menjadi warna jingga, terasa cepat sekali waktu berputar. Trianna kembali melihat ke arah depan mobil, jalanan terlihat sangat ramai. Mengingat sekarang adalah jam pulang karyawan kantoran.

Trianna mulai bersenandung kecil saat mendengar lagu kesukaannya terputar. Bryan melirik Trianna sebentar dari ujung matanya, kemudian melihat ke arah depan kembali.

Trianna mulai menyanyi mengikuti lirik lagu sampai lagu kesukaannya selesai, lalu lagu selanjutnya terputar, Trianna kembali ikut bernyanyi. Bryan kembali melirik Trianna, Trianna yang merasa ada yang memperhatikannya menoleh ke samping.

Trianna mengangkat satu alisnya, "Kenapa?"

Bryan berdehem lalu kembali melihat ke depan, "Tidak."

Trianna menatap heran ke arah Bryan, kemudian mengangkat bahunya tidak acuh. Trianna kembali bernyanyi mengikuti lirik lagu yang sedang terputar sampai lagu itu habis.

Setelah lagu yang terputar itu habis, tidak terasa kalau mobil Bryan sudah memasuki halaman mansion Bryan. Mobil Bryan berhenti, Bryan keluar terlebih dulu dari mobilnya lalu berjalan memutari bagian depan mobil, setelah itu ia membukakan pintu mobil untuk Trianna.

Trianna keluar dari mobil Bryan. Sudah banyak pengawal yang membungkukkan badannya ke arah Trianna dan Bryan, mereka berdua berjalan masuk ke dalam mansion setelah seorang pengawal membukakan mereka pintu.

Tidak terlalu banyak pelayan yang ada di mansion Bryan, terutama pelayan perempuan. Pelayan perempuan yang bekerja di mansion Bryan hanya beberapa dan masih bisa di hitung, kebanyakan pelayan laki-laki yang bekerja di mansion Bryan.

Setelah beberapa minggu Trianna berada di mansion Bryan, dapat ia lihat dan amati kalau pelayan-pelayan perempuan di sini tidak ada yang berani berdekat-dekat dengan Bryan. Jangankan mendekati Bryan, menatap mata tajam Bryan saja sudah membuat mereka bergetar ketakutan.

Hal itu membuat Trianna merasa lega karena tidak ada bibit-bibit pelakor di dalam mansion Bryan. Trianna tidak ingin membuang waktunya hanya untuk mengurusi pelakor-pelakor yang kecentilan itu.

Trianna dan Bryan sudah berada di dalam lift. Trianna memperhatikan Bryan dari belakang, tubuh Bryan lebih tinggi darinya. Trianna menatap heran ke arah Bryan, biasanya Bryan akan bertanya tentang hal-hal yang random kepada Trianna. Tetapi saat ini Bryan hanya diam saja.

'Mungkin dia lagi sariawan atau sakit gigi,' batin Trianna.

Pintu lift terbuka, Trianna dan Bryan berjalan keluar dari lift dan masuk ke dalam kamar Bryan. Ah ralat, kini kamar itu sudah menjadi kamar Trianna juga.

"Aku akan mandi duluan," ucap Trianna. Bryan menganggukkan kepalanya, Trianna berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi.

Beberapa menit kemudian, Trianna sudah selesai mandi dan memakai baju tidurnya yang lumayan tipis dan menerawang. Trianna keluar dari kamar mandi, di sofa dapat ia lihat Bryan sedang duduk di sana sembari merokok.

'Kenapa dia merokok? Sejak kapan juga dia merokok?' batin Trianna. Dua kancing atas kemeja Bryan terbuka, mata berwarna abu-abu Bryan menatap lekat ke arah Trianna. Bryan sungguh terlihat sangat tampan saat ini.

Trianna berjalan mendekati Bryan dan berdiri di depan Bryan, Bryan menatap mata indah Trianna dari bawah.

"Kenapa kau merokok?" tanya Trianna. Trianna belum pernah melihat Bryan merokok sebelumnya.

Bryan menaikkan satu alisnya, "Kenapa?" tanya Bryan dengan suara yang serak-serak maskulin.

"Aku belum pernah melihat kau merokok sebelumnya." Trianna duduk di sofa depan Bryan, "Kau tidak mau mandi?"

"Tidak."

"Kenapa?" Trianna menatap Bryan heran.

Bryan mematikan rokoknya di asbak rokok yang terletak di atas meja, "Malas," jawabnya singkat, membuat Trianna mengerucutkan bibirnya.

"Pakaianmu menerawang," kata Bryan tiba-tiba.

Trianna memiringkan kepalanya, "Lalu?"

Bryan menatap ke arah Trianna lekat, kemudian berdiri dari sofa. Bryan berjalan mendekati Trianna yang sedang duduk di sofa, dan berdiri di hadapan Trianna. Bryan membungkukkan badannya untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Trianna, tangan kanan Bryan memegang sofa samping dekat kepala Trianna.

Wajah Bryan dan Trianna sangat dekat, jaraknya hanya beberapa sentimeter saja. Trianna dapat mencium bau rokok yang pekat dari nafas Bryan. Mata Bryan menatap sayu ke arah Trianna.

"Bolehkah ... aku mendapatkan hakku sebagai suami?" tanya Bryan dengan nada suara yang rendah, lebih terdengar seperti suara bisikan di telinga Trianna.

Trianna menelan salivanya kasar, jantungnya berdetak sangat kencang. Rasanya Trianna ingin menolak, tetapi sepertinya akan menjadi dosa karena menolak suaminya itu. Akhirnya Trianna mengangguk.

Bryan tersenyum miring, kemudian mendekatkan wajahnya dengan Trianna.

.
.
.

Sinar matahari masuk ke dalam kamar Bryan melalui sela-sela dari jendela. Mata Trianna terbuka perlahan, ia menengok ke sebelahnya, terlihat Bryan masih terlelap dalam tidurnya. Bryan melepas pakaian atasnya sehingga memperlihatkan otot dan perutnya yang memiliki 8 kotak. Tiba-tiba Trianna kembali mengingat kejadian tadi malam, sentuhan lembut dan hati-hati dari Bryan. Seketika pipi Trianna terasa memanas.

Trianna baru menyadari kalau tadi malam adalah malam pertama Trianna dan Bryan. Dari awal pernikahan mereka kemarin, Bryan sangat sibuk dengan pekerjaannya. Tetapi Trianna tidak sendiri karena saat Bryan sibuk, Beatrice menemani Trianna di mansion Bryan.

Saat Beatrice menginap di mansion Bryan, Trianna baru tau kalau tidak hanya ada satu kamar yang ada di mansion Bryan, tetapi ada tiga kamar tamu juga di sana. Trianna sangat kesal dan langsung memarahi Bryan lewat telepon, saat itu Bryan sedang meeting. Dengan terpaksa Bryan menunda meeting itu untuk membujuk Trianna yang marah.

Trianna memperhatikan wajah Bryan yang terlelap sambil tersenyum, "I love you," bisiknya.

Mata Bryan terbuka perlahan, "I love you more," balas Bryan.

.
.
.

To be content.

Maaf kalo tidak sesuai ekspetasi ya gengs😭 aku masih polos jujur, hehehehe.

Dapat di simpulkan gengs, kalo Bryan itu greenflag, bukan redflag kayak katanya si Gelan. Tapi aku nggak tau sih ke depannya bakal gimana hehehe😁.

Jangan lupa vote, komen, dan follow akun akuuu. Terimakasihhh.

IMAGINATIONWhere stories live. Discover now