44 - Bulan Madu?

152 8 0
                                    

Happy Reading.

Setelah dari bandara, Trianna dan Bryan memutuskan untuk mampir ke sebuah restoran untuk sarapan. Tadi pagi saat masih di mansion mereka tidak sempat untuk sarapan, mereka berdua langsung pergi ke bandara.

Pesanan Trianna dan Bryan datang, pelayan restoran menyiapkan pesanan mereka di atas meja. Mereka berdua memesan 2 croissant berisi daging, secangkir teh dan kopi hitam.

"Selamat menikmati," ucap pelayan itu tersenyum, lalu kembali menghantarkan pesanan-pesanan para pelanggan yang datang.

Trianna dan Bryan memakan makanan mereka dengan khidmat, suasana restoran cukup ramai saat ini. Setelah selesai menghabiskan makanannya, Trianna meminum teh miliknya. Teh itu sangat harum dan rasanya tidak terlalu kemanisan, masih terasa sedikit rasa pahit dari teh itu.

"Kamu ingin bulan madu di mana?" tanya Bryan tiba-tiba.

Trianna yang sedang meminum teh seketika tersedak, Bryan yang panik langsung menyodorkan cangkir berwarna putih yang berisi kopi hitam miliknya. Karena ikut merasa panik Trianna langsung meminum minuman Bryan tanpa melihat isi dalam cangkir berwarna putih itu.

Byuur.

Trianna langsung menyemburkan kopi pahit yang masih panas dari dalam mulutnya. Trianna membuka matanya ingin protes kepada Bryan, tetapi saat melihat wajah Bryan tawa Trianna seketika menjadi pecah.

"HAHAHA! Kau sangat lucu!" ledek Trianna menertawai wajah Bryan yang menjadi agak berwarna hitam akibat semburan kopi dari mulut Trianna.

Bryan menatap datar ke arah Trianna, lalu tangannya mengambil tisu yang terletak di atas meja. Setelah selesai mengelap seluruh wajahnya, Bryan kembali menatap ke arah Trianna yang masih tertawa.

"Berhentilah tertawa, lihat gigimu juga jadi berwarna hitam," ucap Bryan. Trianna seketika terdiam, kemudian ia merogoh tasnya mencari sebuah kaca.

Tangan Trianna mengambil kaca yang ada di dalam tasnya, Trianna nyengir lebar untuk melihat gigi-giginya. Benar saja, gigi-gigi Trianna saat ini menjadi berwarna hitam. Seketika tawa Trianna kembali pecah.

Bryan menggelengkan kepalanya heran melihat tingkah laku istrinya. Bryan memanggil seorang pelayan dan meminta segelas air putih kepada pelayan itu. Pelayan itu mengangguk dan pergi untuk mengambil segelas air putih.

Perut Trianna terasa sakit karena terlalu banyak tertawa. Trianna menghentikan tawanya lalu mengambil sebuah tisu dari atas meja. Tangan Trianna mulai mengelap bibir dan gigi-giginya yang menghitam karena ampas kopi.

Pelayan itu kembali ke meja mereka membawa secangkir air putih. Pelayan itu meletakkan cangkir air putih itu ke atas meja lalu pamit pergi. Bryan menganggukkan kepalanya, tangannya bergerak menggeser cangkir air putih itu ke depan Trianna.

"Minumlah," ucap Bryan.

Tatapan Trianna beralih ke arah cangkir yang ada di depannya, "Ini bukan kopi lagi 'kan?" tanya Trianna was-was.

"Bukan," jawab Bryan.

"Serius?"

Bryan memutar bola matanya malas, "Kalau tidak percaya lihat saja sendiri."

Trianna melihat ke dalam cangkir yang ada di depannya, ternyata benar, isi dalam cangkir itu adalah air putih. Trianna langsung meminum sampai habis air putih itu. Lidah Trianna terasa pahit karena masih ada sisa rasa kopi yang menempel di lidahnya.

Bryan menatap lekat ke arah Trianna, "Kamu belum menjawab pertanyaanku tadi," ucap Bryan.

Trianna menatap ke arah Bryan, "Pertanyaan apa?"

"Kamu ingin bulan madu di mana?" tanya Bryan datar.

"Hm, Hawai, mungkin. Kenapa memangnya?" tanya Trianna.

"Oke, nanti aku akan mengatur semua persiapan bulan madu kita," ucap Bryan.

"Maksudmu? Memangnya kapan kita akan bulan madu?" tanya Trianna heran.

"Besok," jawab Bryan singkat.

"APA?!" pekik Trianna. Seluruh tatapan kini menatap ke arah Trianna dan Bryan. Trianna tersenyum kikuk saat memyadari kalau dirinya dan Bryan menjadi pusat perhatian.

"Tidak boleh besok," ucap Trianna.

Bryan mengangkat satu alisnya, "Kenapa?"

"Aku saat ini masih berduka, masa iya kita pergi bulan madu. Tidak, aku tidak mau. Tunggu seminggu lagi baru kita pergi bulan madu," jawab Trianna.

Bryan menghela nafasnya kasar, "Baiklah."

"Aku ingin ke kamar mandi dulu, kau tunggu di sini ya," ucap Trianna sambil berdiri dari kursinya. Bryan menganggukkan kepalanya.

Trianna berjalan mendekati seorang pelayan untuk menanyakan di mana letak toilet. Setelah di beri tau oleh seorang pelayan, Trianna langsung bergegas menuju toilet.

Trianna masuk ke dalam toilet restoran itu, di dalam toilet itu sepi, hanya ada Trianna di sana. Trianna masuk ke dalam salah satu bilik toilet di sana. Ia mengunci pintu bilik toilet itu, lalu Trianna mengambil handphone miliknya dari dalam kantong bajunya. 

Trianna mengetikkan sesuatu di handphone miliknya, lalu ia memencet tombol telepon. Suara telepon berdering, tidak lama setelah itu telepon di angkat.

"Halo," sapa Trianna.

"Ya, halo. Ada apa?" tanya seseorang dari sebrang.

"Misi sudah selesai. Sekarang kau boleh memilih untuk pergi atau tetap berada di belakangku," ucap Trianna dengan nada bicara yang serius.

Orang itu terdiam sejenak, "Aku akan tetap berada di belakangmu."

Trianna tersenyum miring saat mendengar jawaban dari orang itu.

"Pilihan yang bagus."

.
.
.

To be content.

Hai hai gengssss, hehe maaf ya gengs baru sempet update. Jujur kemarin-kemarin sibuk + males juga buat ngetik hehehe😅

Jangan lupaa vote, komen, dan follow akun akuuu yaaa. Terimakasihh.

IMAGINATIONWhere stories live. Discover now