12 - Penjelasan Gelan 2.

555 36 0
                                    

Happy Reading.

Trianna sedang duduk terdiam di atas sofa dalam kamar Bryan sejak 3 jam yang lalu. Jangan tanya apa tidak pegal duduk selama itu? Tentu saja pegal!

Tadi 3 jam yang lalu tiba-tiba saja Bryan pergi meninggalkannya dan hanya mengatakan untuk menunggunya di dalam kamarnya. Membuat Trianna kesal karena di tinggal begitu saja.

Trianna ingin menemui Gelan lagi, tapi pasti Gelan akan menanyakan di mana keberadaan tunangan Trianna itu. Tentu saja Trianna tidak tau kemana Bryan pergi! Karena Bryan tidak mengatakan ia ingin pergi kemana.

Kini Trianna sedang duduk-duduk sembari meluruskan kakinya di sofa. Rasa penasaran kembali menyerang Trianna. Ini tidak bisa ia biarkan! Trianna langsung mengetikan pesan kepada Gelan untuk menemuinya di taman dekat dengan mansion Bryan. Masa bodoh dengan apa yang akan di tanyakan oleh Gelan kepadanya, ia akan menjawab Bryan sedang buang air besar.

Tidak masalahkan jika Trianna bertemu dengan Gelan kembali? Toh Bryan juga lagi sibuk dengan urusannya. Pasti dia tidak akan mengganggu Trianna dan Gelan lagi.

Setelah menerima balasan dari Gelan, Trianna mengambil tasnya lalu memasukkan dompet dan handphone miliknya. Ia berjalan memasuki lift lalu turun ke bawah. Beberapa pengawal menghampiri dan menanyai Trianna ingin pergi kemana, Trianna menjawab ingin pergi keluar mencari udara segar dan sudah mendapatkan izin dari Bryan. Padahal ia sama sekali belum mengirim pesan kepada Bryan.

Para pengawal memperbolehkan Trianna keluar karena mendengar kalau Trianna sudah mendapatkan izin dari Tuannya, Bryan.

Trianna berjalan dari mansion Bryan menuju taman. Setelah beberapa menit ia berjalan, akhirnya sampai juga di tempat yang ia tuju. Taman itu ramai dengan orang-orang yang sedang jalan-jalan sore.

Trianna melihat ke arah sekeliling taman itu, seorang pria dengan senyuman yang mengembang serta matanya yang seperti bulan sabit itu melambaikan tangannya kepada Trianna. Trianna yang melihat itu langsung menghampirinya.

"Hello Trianne!" sapa Gelan, "Perasaan baru 3 jam yang lalu kita bertemu, sekarang meminta bertemu lagi. Serindu itu kah kamu kepadaku?" ucap Gelan sembari terkekeh kecil.

"Apaan sih, aku ini masih penasaran tentang kelanjutan dari penjelasanmu itu!"

"Ternyata memang benar ya, perempuan itu hanya ingin kejelasan, bukan harapan," kata Gelan sok puitis.

"Ck! Cepetan beritahu aku hal yang tidak ada di dalam memori Trianna yang asli."

"Oke, oke, kamu duduk dulu di sampingku, biar enak ngomongnya." Trianna menuruti perkataan Gelan untuk duduk di sampingnya.

"Aku akan memulai dari diriku terlebih dulu. Jadi, aku itu sudah berteman dengan Trianna sejak kami masih kecil. Saat itu kedua orangtua Trianna masih ada, di masa masa itu juga moment moment lucu terjadi. Kamu mau tau? Saat Trianna sekolah TK, ia pernah mengompol di celana saat sedang belajar. Trianna yang di tertawakan oleh seluruh kelas, membuat Trianna menangis. Aku membelanya dan memarahi teman-teman sekelas yang menertawai Trianna." Gelan tersenyum ketika mengingat masa-masa itu.

"Terus?"

"Terus, saat kedua orangtua Trianna meninggal, Trianna sangat terpukul, karena kedua orangtuanya meninggal tepat di hari ulang tahunnya. Kemudian ia tinggal di rumah kakek dan neneknya. Kebetulan rumah kakek neneknya tidak terlalu jauh dengan rumahku. Saat itu kami masih sering bermain bersama. Namun beberapa tahun kemudian, kakeknya menyusul kedua orangtuanya, kemudian neneknya ikut menyusul juga. Yang aku dengar terakhir kali, Trianna di asuh oleh paman dan bibinya. Sejak saat itu kita tidak pernah bertemu lagi karena ia pindah ke kota ini."

Trianna hanya diam menyimak perkataan Gelan.

"Beberapa tahun kemudian, aku pindah ke sini untuk kuliah. Saat aku kuliah, aku bertemu kembali dengan Trianna. Aku kaget melihat Trianna yang sangat kurus. Kemudian dia menceritakan semua yang ia alami kepadaku, kamu pasti tau apa yang ia alami. Saat itu aku sedang hobi menulis novel, tidak pernah aku sangka kalau novel buatanku bisa terbit cetak. Kamu mau tau siapa yang pertama kali aku kasih novel itu saat sudah di cetak?"

"Siapa? Trianna?"

"Iya, betul. Trianna yang pertama kali mendapatkan novel pertamaku dalam versi cetak. Dia sangat menyukai novel itu, dan kamu tau? Dia itu fans sejati kamu sejak ia membaca novel itu, dunia kamu sebelumnya. Saat tau kalau kamu mati, ia sangat marah kepadaku dan tidak ingin berbicara bahkan bertemu denganku. Tetapi aku membujuknya dengan iming-iming akan membuatkan cerita khusus tentang dirimu. Trianna sangat senang saat itu. Ia terus menanyakan apa novel itu sudah jadi atau belum, aku bilang masih proses. Memang saat itu baru 10 bab yang aku tulis, belum sampai tamat. Dia terus merengek kepadaku untuk segera menyelesaikan novelku. Namun saat novel itu sudah sampai 30 bab, Trianna mengalami kecelakaan yang membuatnya koma sampai 5 tahun. Ia meninggalkan sepucuk surat untukku, yang isinya ingin membuat jiwa kamu, Trianne, berada di dalam tubuh Trianna."

"Dia benar-benar sesuka itu kepadaku? Tapi, kenapa waktu aku bertemu dengannya di alam bawah sadarku, dia terlihat biasa saja tidak ada raut senangnya?"

"Trianna itu pintar dalam menyembunyikan perasaannya, Trianne."

"Lalu? Kemudian kau belajar tentang sihir itu?"

"Iya, karena permintaan Trianna itu, aku mencari cara untuk membuat jiwamu hidup dan masuk ke dalam tubuh Trianna."

Gelan melihat ke arah ayunan yang ada di taman itu, ada tiga orang anak kecil yang sedang bermain ayunan di sana. Kemudian ia menatap kembali mata Trianna.

"Kamu ingin tau Trianne? Sebenarnya kami bersahabat bukan hanya berdua saja, tapi bertiga. Satu sahabat kami itu seorang perempuan, namanya Seza. Dia itu dulu teman baikku dan Trianna. Namun, karena kesalahpahaman yang terjadi, Seza menjauhi kami dan memusuhi kami berdua. Seza kemudian berteman dengan Resta sepupu dari Trianna. Mereka berdua terus merundung Trianna, aku yang melihat itu membela Trianna. Mungkin karena aku membela Trianna, Seza semakin benci kepada kami berdua, terlebih kepada Trianna. Entah apa yang bisa membuat Seza sebenci itu kepada aku dan Trianna."

"Kesalahpahaman apa yang terjadi?" tanya Trianna penasaran.

Gelan terdiam berusaha untuk mengingat apa yang terjadi, "Saat itu aku dan Trianna sedang berada di perpustakaan kampus berdua. Trianna saat itu sedang kelelahan dan ia bersandar di pundakku. Tangan kananku mengelus-elus rambut Trianna dan tangan kiriku memegang sebuah buku. Tiba-tiba saja Seza datang dan ketika melihat diriku dan Trianna ia langsung marah kepadaku dan Trianna. Ia mengira kalau diriku dengan Trianna memiliki hubungan asmara. Trianna sudah mencoba menjelaskan apa yang terjadi kepada Seza, tapi Seza tetap marah dan menjauhi kami berdua."

"Apa ... Seza menyukai dirimu?"

"Entahlah, aku tidak tahu. Yang ada di pikiranku saat itu hanyalah Trianna."

"Lalu? Bagaimana dengan Bryan? Kau tau dia siapa?" tanya Trianna.

Gelan yang mendengar nama itu terkejut, "Siapa tadi namanya?"

"Bryan," ulang Trianna.

"Nama panjangnya?"

"Bryan Felix Domien."

Gelan melototkan matanya, "Pantas saja muka dia terlihat tidak asing, dia persis sekali dengan tokoh utama di cerita khusus hidupmu. Namanya juga sama. Di dalam novel itu kamu dan dia sudah bertunangan karena di jodohkan. Mungkin saja dia ikut terbawa ke sini karena belahan jiwanya pindah ke dunia ini."

"APA?!"

.
.
.

To be content.

Haii, part ini panjang gengs sampe 1000 kata. Jangan lupa vote, komen, dan follow akun aku yaa. Terimakasih.

IMAGINATIONWhere stories live. Discover now