33 - Sidik Jari.

210 10 0
                                    

Happy Reading.

Trianna saat ini lagi berada di dalam kamar Bryan. Semenjak kejadian tadi malam, Bryan dan Baslano sepakat untuk menambah beberapa pengawal untuk penjagaan yang ketat.

Kepala pelayan dan Nurie---pelayan perempuan yang menyebarkan undangan, di beri hukuman tidak bekerja selama satu minggu dan memotong gaji mereka. Saat itu kepala pelayan dan Nurie terancam di pecat karena kesalahan mereka, Nurie menangis dan memohon kepada tuannya untuk tidak di pecat.

Trianna yang merasa kasihan, meminta kepada Bryan untuk tidak memecat keduanya. Bryan ragu untuk menyetujui permintaan Trianna, tetapi saat melihat Trianna yang ikut memohon kepadanya, akhirnya Bryan menyetujui agar kepala pelayan dan Nurie tidak di pecat. Tetapi Bryan tetap memberi hukuman kepada mereka.

Nurie dan kepala pelayan berkali-kali bersujud di hadapan Trianna dan Bryan sambil mengucapkan Terimakasih. Nurie juga berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi.

Sekarang sudah pukul 7 pagi, Trianna sedang menonton film di televisi untuk mengusir rasa takutnya sambil menunggu Bryan mandi. Tetapi sepertinya Trianna salah memilih film karena saat ini film yang Trianna tonton bergenre horor thriller.

Trianna menutup mukanya dengan bantal sofa, sedikit-sedikit ia mengintip dari balik bantal karena penasaran dengan film itu. Tiba-tiba ada yang menepuk pundak Trianna, membuat Trianna terperanjat kaget.

"Hey, ini aku," ucap Bryan. Kedua alis Bryan menyatu.

Trianna menghela nafasnya lega, "Aku pikir siapa tadi."

Bryan hanya diam tidak menjawab, ia melihat ke arah televisi yang sedang menampilkan film, "Film horor lagi?" Bryan berjalan untuk mengambil remot tv, lalu memencet tombol power.

"Kenapa di matiin?" tanya Trianna tidak suka.

"Kenapa kau sangat suka dengan film horor atau thriller?" tanya Bryan mengabaikan pertanyaan dari Trianna.

"Karena filmnya seru-seru tau!" seru Trianna.

Satu alis Bryan terangkat, Bryan ingin membalas ucapan Trianna tetapi tiba-tiba teleponnya berbunyi. Bryan mengambil ponselnya yang terletak di atas meja, dengan cepat ia mengangkat telepon itu.

Trianna dapat melihat rahang Bryan mulai mengeras dan tangannya mengepal kuat. Trianna berdiri menghampiri Bryan.

"Ada apa?" tanya Trianna cemas. Bryan hanya meliriknya sekilas.

"Aku akan segera ke sana," ucap Bryan lalu menutup teleponnya.

Bryan menatap ke arah Trianna, "Ayo kita pergi ke kantor polisi."

"Kantor polisi? Buat apa?"

"Polisi menemukan sidik jari yang tertinggal di benda penyimpanan bom semalam, dan mereka sudah tau siapa pemilik dari sidik jari itu."

Trianna terkejut saat mendengar ucapan Bryan.

'Cepat sekali,' batin Trianna.

"Ayo kita berangkat ke sana," ajak Bryan sembari menggenggam tangan Trianna.

Trianna menganggukkan kepalanya, "Ayo!"

.
.
.

Bryan dan Trianna berjalan masuk ke dalam kantor polisi, di ikuti oleh Willy di belakang mereka. Ternyata di sana sudah ada Baslano, Beatrice, dan Gelan sedang menunggu kedatangan Bryan dan Trianna.

Trianna heran karena ada Gelan di sana, "Kau kenapa ada di sini?" tanya Trianna heran.

Gelan menatap Trianna sembari tersenyum, "Aku penasaran sama pelaku yang sudah merencanakan pengeboman itu, setelah aku mendapat telepon dari polisi, aku langsung datang ke sini."

Trianna mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti, Beatrice menghampiri Trianna untuk menanyakan keadaan Trianna.

Setelah itu mereka semua di arahkan oleh seorang polisi untuk masuk ke sebuah ruangan. Ruangan itu lumayan luas, ada meja panjang dan beberapa kursi di tengah ruangan. Ada sebuah alat proyektor di sana.

Mereka semua duduk di kursi masing-masing setelah seorang polisi mempersilahkan mereka untuk duduk. Tiga orang polisi duduk di ujung tengah menghadap mereka semua.

"Jika semua orang sudah berkumpul di sini, maka kita langsung saja membahas tentang pelaku pengeboman itu," ucap kepala polisi---bernama Paul, ia duduk di tengah antara dua polisi lainnya.

"Tim penyidik sudah menyelidiki lebih lanjut jenis dari bom itu. Seperti yang sudah kalian tau, jenis bom itu merupakan sebuah bom plastik yang bisa di kendalikan dari jarak jauh," ucap seorang detektif---bernama Julian, Julian duduk di sebelah kiri Paul.

Alat proyektor menampilkan beberapa foto tempat kejadian terjadinya ledakan, dan sidik jari yang sudah di temukan oleh tim penyelidik.

"Mereka menemukan sebuah sidik jari di tempat penyimpanan bom itu," lanjut Julian.

"Siapa pemilik dari sidik jari itu?" tanya Baslano datar.

Julian menatap ke arah Baslano, "Pemiliknya adalah ..." Julian memencet keyboard laptop miliknya, dari layar proyektor terlihat sebuah foto seorang pria.

Trianna dan Gelan terkejut, mereka berdua langsung berdiri dari kursi mereka. Di dalam foto itu ada seseorang yang sangat familiar bagi mereka.

"... Raksa Miguel Brama."

"RAKSA?!"

.
.
.

To be content.

Hayoloh, hayoloh ...

Ternyata Raksa gengs pelakunya, ckck. Cowok gamon part 2 nih gengs, senggol dong😭.

Tapi gengs, kalian percaya gak sih kalau Raksa pelakunya?

Jangan lupa vote, komen, dan follow akun akuuu yaaa, terimakasihhh.

IMAGINATIONWhere stories live. Discover now