06 - Mansion Domien.

814 50 0
                                    

Kalau ada typo, tolong di tandain ya! Terimakasih.

Happy Reading.

Sekarang mobil bermerk Audi Q5 berwarna hitam berhenti di depan gerbang berwarna hitam yang tinggi. Bryan menelakson satu kali, gerbang tersebut langsung terbuka. Mobil tersebut kembali berjalan memasuki pekarangan mansion Domien. Trianna sangat takjub melihat pekarangan mansion yang sangat luas itu di penuhi oleh bunga-bunga yang cantik.

'Luas banget,' batin Trianna.

Mobil itu berhenti, Bryan turun terlebih dahulu. Memutari bagian depan mobil dan membukakan pintu untuk Trianna. Trianna kemudian turun dengan mengucapkan terimakasih. Bryan hanya mengangguk. Sikap dingin Bryan sepertinya kembali muncul. Matanya yang tajam dan mukanya yang datar membuat semua orang yang berada di sisinya atau hanya sekedar melihatnya merasa merinding.

Bryan berjalan terlebih dahulu di ikuti oleh Trianna di belakangnya. Para maid dan pengawal berjejer rapih sembari membungkukkan badan menyambut kedatangan tuannya. Trianna yang melihat para maid tersebut membungkukkan badan merasa deja vu dengan kehidupan sebelumnya.

Trianna melihat ke arah Bryan yang berjalan di depannya. Aura dominant dan pemimpinnya sangat terlihat. Tanpa sadar Trianna berdecak kagum melihat ketampanan Bryan saat ini. Tiba-tiba saja Bryan menoleh ke arahnya, melihat Bryan yang menoleh membuat Trianna cepat-cepat membuang muka supaya tidak kelihatan bahwa ia terus memperhatikan Bryan.

Bryan yang melihat Trianna membuang mukanya tersenyum tipis, dan kembali melihat ke arah depan. Seorang kepala maid yang terlihat berumur paruh baya membukakan pintu utama, Bryan dan Trianna berjalan masuk ke dalam mansion.

Trianna kembali merasa kagum dengan bagian dalam mansion, nuansa hitam putih dan emas terlihat sangat indah. Dengan interior-interior yang melengkapi keindahan mansion tersebut.

Bryan berjalan ke arah lift yang ada di mansion itu, dengan cepat Trianna segera menyeimbangi langkah lebar Bryan. Mereka berdua sudah masuk ke dalam lift, Bryan memencet tombol lift lalu lift bergerak menuju ke lantai atas.

"Kita mau ke mana?" tanya Trianna.

"Ke kamar saya," jawab Bryan singkat.

"Tidak bertemu dengan orang tuamu dulu?"

"Kedua orang tua saya tinggal di London, mereka menetap di sana."

"Jadi kau tinggal sendiri di sini?"

"Iya."

"Kenapa tidak ikut saja tinggal di London?"

"Saya tidak di perbolehkan untuk bertemu mereka sebelum saya membawa 'calon'. Lagi pula banyak pekerjaan saya yang ada di sini."

Trianna hanya membentukkan bibirnya seperti huruf O. Namun, ia baru menyadari sesuatu, "Calon? Calon apa?" tanyanya.

"Calon istri."

Seketika Trianna teringat kembali bahwa minggu depan mereka akan segera menikah. Trianna sedikit terkejut, "Kau akan membawaku bertemu dengan mereka?"

"Iya, nanti saya akan membawamu bertemu dengan mereka," ucap Bryan sembari menatap dalam mata Trianna.

Tring.

Pintu lift terbuka menghentikan pembicaraan Bryan dan Trianna.  Mereka berjalan keluar dari lift. Trianna melihat sebuah pintu besar di depannya, bisa ia tebak kalau itu adalah kamar Bryan.

Bryan membuka pintu itu, sementara Trianna menghentikan langkahnya.

Bryan mengangkat satu alisnya, "Kenapa?" tanyanya.

"Di mana kamarku?"

"Di sini, kamu akan tidur bersamaku."

"Apa?!" teriak Trianna kaget.

"Kenapa? Minggu depan kita akan menikah. Jadi tidak masalah jika kita membiasakan diri terlebih dahulu 'kan?" ucap Bryan sembari tersenyum miring.

"T-tapi ..."

"Ayolah! Kita ini sudah tunangan. Nanti saya akan meminta asisten saya untuk mengantarkan semua barangmu ke sini." Bryan masuk ke dalam kamarnya.

"Tapi ..."

"Tidak ada tapi-tapian! Sini masuk."

Trianna menghembuskan nafasnya kasar, ia tidak bisa menolak Bryan. Kalau Trianna menolak mungkin saja ia di buang ke tempat yang tidak ia kenali. Jujur saja, ini terasa sangat canggung karena ia baru pertama kali tidur bersama pria asing.

Trianna dengan muka masamnya memasuki kamar Bryan, aroma mint yang harum menguar di hidungnya. Kamar bercat hitam putih namun dominant warna hitam tersebut terlihat sangat masculin. Jujur saja, Trianna baru pertama kali menginjakkan kakinya ke kamar lelaki. Walaupun ia pernah masuk ke dalam kamar ayahnya, tapi kamar ayahnya itu adalah kamar bundanya juga. Sangat berbeda rasanya.

Bryan melepaskan dasi yang tergantung di lehernya sejak tadi pagi. Ia berjalan ke arah Trianna sembari melepaskan kancing bagian atasnya.

"Kau ingin ngapain?" tanya Trianna, badannya seketika menegang.

"Saya ingin mandi," ucap Bryan sembari berjalan melewati Trianna yang berdiri mematung di sana, "Kenapa? Ingin ikut mandi bersamaku?" tanya Bryan sembari terkekeh kecil.

"Tidak!" Trianna membuang mukanya yang sekarang sudah memerah seperti kepiting rebus. Bryan yang melihat itu tertawa, kemudian masuk ke dalam kamar mandi.

'Ini sangat memalukan!'

.
.
.

To be content.

Haii, jangan lupa vote, komen, dan follow akun aku yaa, terimakasihhh. Sampai jumpa di part selanjutnya! Babay!

IMAGINATIONWhere stories live. Discover now