38 - Keputusan.

202 7 0
                                    

Happy Reading.

Jam sudah menunjukkan pukul 8.50, 10 menit lagi sidang kedua akan di mulai. Trianna dan Bryan sudah berada di kantor pengadilan bersama Beatrice dan Baslano. Gelan juga ikut bergabung dengan mereka, Gelan berkata ingin mendengar langsung keputusan dari hakim. Willy tadi bersama mereka, tetapi karena ada suatu urusan, dia kembali ke perusahaan Bryan untuk bekerja.

Sejujurnya Trianna merasa sakit saat berjalan, tadi pagi Bryan sudah menyuruh Trianna untuk beristirahat saja, tetapi Trianna memaksa untuk ikut agar bisa mendengar langsung hasil dari sidang kemarin.

Pintu ruang sidang di buka, para pengunjung masuk ke dalam ruang sidang, termasuk keluarga Domien. Mereka duduk di bangku yang sama seperti sidang kemarin. Trianna melihat Resta bersama paman bibinya dan pengacara bernama Mario datang ke sidang itu. Tidak sama seperti kemarin, kedua orangtua Raksa tidak datang kali ini, entah karena apa mereka tidak datang. Trianna tidak tau.

Hiro juga masuk ke dalam ruang sidang itu melalui pintu khusus dan duduk di bangku yang sama saat sidang kemarin.

Panitera masuk ke dalam ruang sidang untuk mengumumkan, "Hakim memasuki ruang sidang, hadirin di mohon untuk berdiri!" Setelah mendengar pengumuman itu, semua orang berdiri.

Hakim masuk ke dalam ruang sidang dari pintu khusus dan duduk di kursi kebesarannya. Hakim membuka sidang itu, kemudian Raksa masuk ke dalam ruangan bersama dua petugas.

Proses sidang di mulai dari awal hingga proses-proses pemanggilan saksi dari kasus itu. Ada dua saksi yang di panggil saat itu, dari kedua saksi itu menceritakan hal yang hampir sama saat melihat seseorang berjubah hitam dengan perawakan mirip sekali dengan Raksa.

Raksa sudah beberapa kali memberontak dan berteriak kalau semua itu tidak benar. Beberapa pengawal dengan sigap membantu untuk menenangkan Raksa saat itu.

Setelah semua proses persidangan berjalan dengan sedikit ricuh karena Raksa yang terus menerus memberontak. Akhirnya tiba di mana hakim akan mengumumkan hasil dari sidang.

"Dengan adanya bukti-bukti yang kuat dari kepolisian dan para saksi, dengan ini, saya sebagai hakim menyatakan bahwa terdakwa yang bernama Raksa Miguel Brama, di nyatakan bersalah. Tersangka di jatuhkan hukuman penjara selama 20 tahun penjara." Hakim mengetukan palu satu kali, kemudian mengetukan palu sebanyak tiga kali untuk menutup sidang secara keseluruhan.

Hakim berdiri lalu berjalan pergi keluar melalui pintu khusus. Tubuh Raksa bergetar menahan tangisannya, dua petugas membawa Raksa keluar melalui pintu khusus dan membawanya ke dalam jeruji besi yang dingin berada di kantor polisi. Raksa akan berada di sana sebelum di pindahkan ke penjara khusus para tahanan berada.

Resta menangis histeris di pelukan Roselina, Roselina mengelus-elus punggung Resta untuk menenangkannya. Raden berdiri dan pergi dari sana, di susul oleh Resta dan Roselina di belakangnya.

Bryan sedari tadi menggenggam tangan kanan Trianna, sementara Beatrice sedari tadi menggenggam tangan kiri Trianna. Trianna tersenyum kecil ke arah mereka berdua.

"Ayo kita pergi," ajak Baslano datar. Mereka semua mengangguk lalu berdiri dari bangku mereka dan berjalan keluar dari ruang sidang.

Mereka berjalan menuju ke parkiran. Gelan pamit pulang duluan karena ada pekerjaan, mereka mengangguk mengiyakan. Gelan masuk ke dalam mobil lalu pergi meninggalkan area parkiran.

Saat Trianna ingin masuk ke dalam mobil, satu teriakan yang memanggil namanya membuat dia berhenti.

"Trianna!"

Trianna melihat ke arah teriakan itu berasal, terlihat Resta yang sedang berjalan cepat ke arahnya. Di belakang Resta ada Raden dan Roselina yang berjalan mengikuti Resta. Trianna mengangkat satu alisnya heran.

Saat Resta sudah sampai di hadapan Trianna, tiba-tiba saja satu tamparan keras melayang ke pipi Trianna. Trianna seketika terdiam merasakan panas yang ada di pipinya, terlihat jelas telapak tangan yang berwarna merah membekas di pipi sebelah kiri Trianna.

"Ini 'kan yang kau mau, Trianna?!" teriak Resta. Trianna hanya diam menatap mata Resta yang terus menerus mengeluarkan air mata.

Bryan berjalan cepat memutari bagian depan mobil untuk mendekat ke arah Trianna dan Resta, "Apa-apaan kau ini?!" Bryan menatap marah ke arah Resta, tangannya bergerak untuk menarik Trianna ke belakangnya.

Beatrice dan Baslano turun dari mobil mereka dan berjalan cepat ke arah Trianna. Beatrice berdiri di samping Trianna lalu memeluk Trianna.

"Apa maumu?" tanya Baslano dingin, tatapannya tajam.

Resta hanya diam, matanya menatap ke arah Trianna yang sedang berdiri di sebelah Beatrice. Bryan memajukan badannya sedikit mendekat ke arah Resta. Satu tamparan keras mendarat di pipi kiri Resta, Resta menahan rasa perih dan sakit sembari menatap ke arah Bryan yang sedang menatapnya dingin dan tajam.

"Itu adalah balasan kecil karena kau sudah berani menampar istriku!" bentak Bryan sembari menatap tajam ke arah Resta.

Roselina mendekati Resta, lalu menatap tajam ke arah Bryan, "Berani sekali kau menampar putriku!" teriaknya marah.

"Dia yang lebih dulu berani menampar menantuku!" teriak Beatrice maju satu langkah.

"Suruh siapa mencari masalah dengan kami!" teriak Roselina tidak mau kalah.

"Siapa yang mencari masalah?! Kalian yang mencari masalah terlebih dulu!" Beatrice tidak mau kalah juga.

"Kami tidak mencari masalah! Trianna yang mencari masalah!"

"Trianna tidak salah apa-apa! Justru kalian yang terlebih dulu mencari masalah! Dasar keluarga yang serakah dengan harta warisan!"

"Kau---" Roselina menunjuk ke arah Beatrice.

"Apa?!" Beatrice maju satu langkah lagi, "Kalau pengen berkelahi bilang saja!"

Roselina maju mendekati Beatrice, tangan kanannya di angkat untuk menampar pipi Beatrice. Belum sempat tangan Roselina menyentuh pipi Beatrice, sebuah tangan besar mencekal tangan Roselina.

"Berani sekali kau ingin menampar istriku," ucap Baslano tajam. Kemudian Baslano menghempaskan tangan Roselina.

Raden maju mendekati Roselina, matanya menatap tajam ke arah Roselina. Roselina menghembuskan nafasnya kasar lalu mundur mendekati Resta. Raden menatap ke arah Baslano.

"Maafkan kelakuan dari istri dan anak saya, tuan Baslano," ucap Raden.

Baslano hanya diam tidak menjawab, matanya menatap tajam ke arah Raden.

"Saya dan keluarga saya akan segera pergi dari sini," ucap Raden kemudian berbalik untuk pergi dari sana. Bryan ingin menghentikan mereka, tetapi Baslano melarangnya.

Resta menengok ke belakang, matanya fokus menatap Trianna. Terlihat Trianna yang berdiri di samping Bryan sembari tersenyum tipis, sangat tipis sehingga hanya Resta yang menyadarinya. Kemudian paman dan bibi Trianna pergi dari sana.

Beatrice terlihat masih kesal, "Ingin rasanya aku menjambak rambutnya sampai botak!"

"Sepertinya tidak cukup kalau balasan untuk anak hama itu hanya tamparan dari Bryan," kata Beatrice.

"Sudahlah, biarkan saja mereka," ucap Baslano.

"Bagaimana bisa membiarkan hama-hama seperti mereka?!"

"Nanti juga mereka akan mendapat karmanya sendiri," balas Baslano.

Bryan mendekati Trianna lalu memeluk tubuh Trianna, "Are you okay?" tanya Bryan.

"Yeah, i'm okay."

Beatrice mendekat ke arah Trianna, "Memang ya Trianna, keluarga pamanmu itu keluarga brengsek!" seru Beatrice. Trianna tersenyum kecil ke arah Beatrice.

"Kalau mereka adalah keluargaku, sudah aku bunuh mereka dari dulu!"

'Aku juga ... berpikiran yang sama.'

.
.
.

To be content.

Hai hai gengs, maaf ya gengs kemarin belum sempet buat up.

Jangan lupa vote, komen, dan follow akun wp aku buat info-info gengs. Terimakasihhhh.

IMAGINATIONWhere stories live. Discover now