48 - Jealous.

108 5 0
                                    

Happy Reading.

"Bryan?!"

Trianna melotot kaget saat melihat Bryan berdiri tidak jauh dari dirinya dan Gelan. Trianna dengan spontan mendorong tubuh Gelan sehingga membuat Gelan terjatuh. Melihat Gelan terjatuh membuat Trianna kaget sendiri, kemudian ia langsung berdiri dari tempat duduknya dan membantu Gelan untuk berdiri.

Bryan berlari dan berhenti tepat di depan Trianna yang sedang menolong Gelan, membuat genggaman Trianna dan Gelan terlepas. Dan Gelan kembali terjatuh.

"Aduh!" rintih Gelan kesakitan. Trianna yang melihat Gelan terjatuh kembali bergerak ingin menolongnya, tetapi Bryan menghalangi Trianna untuk menolong Gelan.

"Kenapa kau ke sini, Bryan?" tanya Trianna.

Bryan maju mendekati Trianna, "Harusnya aku yang bertanya itu kepada dirimu, kenapa kamu ke sini dengan dia?" tanya Bryan sambil melirik tajam kepada Gelan yang sedang terduduk di atas tanah.

"Kami hanya ingin berbicara sebentar kok," sahut Gelan berdiri sambil membersihkan bokongnya yang kotor.

"Berbicara? Berbicara tentang apa?"

"Hmm ... rahasia?"

"Rahasia? Apakah pembicaraan itu sangat rahasia sehingga kalian hanya berbicara berdua saja?" Bryan menatap tajam ke arah Gelan.

"Iya, tentu. Itu sangat rahasia," jawab Gelan santai.

Bryan melirik tajam ke arah Gelan, kemudian tatapan tajam itu beralih ke arah Trianna. Jantung Trianna seakan-akan sedang meloncat-loncat di tempatnya karena di tatap seperti itu oleh Bryan.

"Ayo kita pulang!" Bryan menarik tangan Trianna kasar.

"Eh! Bryan! Tunggu!" Trianna memberontak, tetapi genggaman tangan Bryan terlalu kuat. Sehingga mau tidak mau Trianna harus menarik Bryan untuk mengambil paperbag yang ada di atas kursi taman.

Setelah berhasil mengambil paperbag itu, Bryan langsung menarik tangan Trianna dengan kasar. Bryan membawa Trianna ke dalam mobil Bryan yang terparkir di depan taman. Bryan membuka pintu mobilnya kasar, kemudian ia mendorong tubuh Trianna masuk ke dalam mobil

"Aduh! Sakit tau!" rintih Trianna sambil mengelus-elus pergelangan tangannya.

Bryan membuka pintu mobilnya lalu masuk ke dalam, kemudian dia menutup pintu mobil itu dengan kencang. Membuat Trianna melotot terkejut.

Mobil Bryan berputar berlawanan arah dari arah menuju mansion Domien. Trianna mengerutkan keningnya bingung.

"Hey, ini bukan jalan pulang! Kita ingin pergi kemana?" tanya Trianna bingung.

Bryan hanya diam tidak menjawab pertanyaan Trianna, membuat Trianna menjadi was-was.

"Bryan?" panggil Trianna.

"Bryan." Tangan Trianna bergerak untuk memegang tangan Bryan, tetapi di tepis oleh Bryan.

"Bryan!"

"Shut up or I'll kill you! (Diam atau aku akan membunuhmu!)," teriak Bryan marah.

Trianna terdiam kemudian menarik kembali tangannya. Suasana di dalam mobil sangat hening dan menegangkan. Sesekali Trianna melirik ke arah Bryan yang sedang mengemudi seperti orang kesetanan.

Berkali-kali Trianna mencoba untuk tenang, tetapi tidak bisa. Saat melihat muka Bryan yang sudah merah karena amarah dan otot-otot lehernya yang tercetak sangat jelas membuat Trianna tidak bisa tenang.

Di tambah dengan Bryan yang mengemudikan mobil secara ugal-ugalan, padahal sekarang sudah sore dan jalanan sedang ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang. Ingin rasanya Trianna memarahi Bryan, tapi saat ini aura kemarahan yang terpancar dari Bryan mendominasi seluruh isi mobil, membuat Trianna menjadi takut.

Trianna menarik napasnya kemudian menghembuskannya kembali. Mencoba untuk tenang dan berpikir positif. Beberapa menit kemudian, mereka berjalan melewati hutan pohon pinus, seketika membuat seluruh pikiran positif yang ada di otak Trianna runtuh.

"Hey! Bryan! Apa ... kita akan ke rumah itu, lagi?!" tanya Trianna panik.

Bryan hanya diam tidak menjawab, membuat Trianna menjadi tegang membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Mobil Bryan memasuki pekarangan rumah yang besar dan seram itu. Trianna membeku di tempatnya, sementara Bryan membuka pintu mobil lalu turun dari mobil.

Bryan membukakan pintu untuk Trianna, tetapi Trianna tetap diam membeku di kursinya.

"Turun!" perintah Bryan, Trianna tidak mendengarkannya dan hanya diam di kursinya.

"Turun, Trianna Immanuel Charlie!"

Trianna tersentak saat mendengar nama lengkapnya di sebut oleh Bryan. Kemudian ia melihat ke arah Bryan dengan perasaan yang kalut.

"Tidak! Aku tidak mau turun!" teriak Trianna.

Bryan menatap tajam ke arah Trianna, "Turun!"

"Tidak! Tidak mau!"

"Turun!"

"Tidak!"

Bryan merasa geram dengan Trianna, kemudian ia menarik tangan Trianna dengan kasar agar keluar dari mobil. Karena tarikan kasar dari Bryan membuat Trianna hampir terjatuh kalau Trianna tidak menahan tubuhnya dengan cepat.

"Bryan!" teriak Trianna menatap Bryan tajam. Sekarang perasaan takut Trianna sudah di gantikan oleh perasaannya yang kesal.

"Kau sangat kasar!" bentak Trianna marah sembari berusaha memberontak.

"Apa? Aku sangat tampan? Ya, memang. Sudah dari bayi aku sangat tampan," jawab Bryan malas.

"Kau!" Trianna melototkan matanya kepada Bryan. Bryan menarik tangan Trianna membuat Trianna menjadi lebih dekat dengan Bryan.

"Kau ... harus aku beri hukuman karena sudah berani pergi berdua dengan pria lain tanpa memberitahu diriku."

Trianna ingin protes, tetapi kesadarannya perlahan mulai menghilang saat sebuah kain membekap mulut dan hidungnya.

.
.
.

To be content.

Hai hai gengs, apa kabareee? Semoga kalian selalu gwenchana nee~

Jangan lupa vote, komen, dan follow akun akuuu yaaa! Terimakasihhh.

IMAGINATIONDonde viven las historias. Descúbrelo ahora