"Apa yang ingin kau bicarakan hingga aku harus ikut denganmu?"

Camela menggertakkan gigi, geram. Gadis itu menarik tangan Ravion dengan paksa hingga laki-laki itu berdiri. Bisikan-bisikan semua orang mulai terdengar saat Camela dengan berani menyeret Ravion meninggalkan tempat itu.

Banyak yang merasa heran sekaligus takjub. Gadis itu sangat berani sekali bersikap lancang saat berhadapan langsung dengan Ravion.

Saat mereka sudah cukup jauh dari tempat tersebut. Camela menghempaskan tangan Ravion secara kasar. Dia berdecih, "Jangan main-main denganku, Ravion."

Kedua alis Ravion menukik tajam. Dia menatap wajah Camela dengan seksama. Wajah itu, wajah seorang gadis yang selama ini sangat ia rindukan. Seseorang yang telah berhasil mencuri hatinya. Ya, Camela Maysara adalah sang gadis pujaan hati Ravion. Bertahun-tahun ia menunggu, selalu menunggu Camela datang padanya. Selama itu pula, Ravion selalu mendapat penolakan. Camela menolak cintanya. Gadis itu sudah lebih dulu jatuh cinta pada seseorang. Dan sialnya, orang itu adalah Geogra.

Hal itu adalah salah satu penyebab Ravion amat sangat membenci Geogra. Gadis yang sudah ia klaim sebagai miliknya tidak pantas bersama seorang bajingan seperti Geogra.

Tidak dapat dipercaya. Seorang gadis yang selalu menolak untuk bertemu dan menghindar darinya kini tengah berada di hadapan Ravion. Tangan laki-laki itu terangkat hendak menyentuh pundak Camela tetapi langsung ditepis oleh sang empu.

Ravion menatap ke arah tangannya lantas tersenyum menyeringai. "Sudah lama kita tidak bertemu. Apa kau tidak merindukanku?"

"Jaga batasanmu!" ujar Camela, marah.

"Kau semakin cantik, Camela." Ravion dengan tatapan tajamnya terus memandang Camela. Dia mendekat membuat gadis itu memundurkan langkahnya. "Bolehkah aku memelukmu? Aku merindukanmu."

"Ravion!" teriak Camela. Dia mendorong bahu Ravion agar menjauh darinya. "Aku akan langsung mengatakannya. Ravion, aku membutuhkan bantuanmu," ujarnya.

Kening Ravion mengerut ketika melihat Camela yang tiba-tiba menunduk seraya memasang ekspresi sedih. Satu tetes air mata turun mengenai pipi gadis itu.

"Huh? Kau menangis?" tanya Ravion, bingung. Padahal sedari tadi Camela marah-marah padanya. Mengapa sekarang tiba-tiba begitu?

"Aku tidak tahu harus mengatakannya pada siapa. Aku merasa sangat sedih sekaligus marah."

Camela mendongak, kedua matanya berkaca-kaca. "Ravion, tolong bantu aku. Hanya kau satu-satunya orang yang dapat membantuku. Jika bukan padamu, lantas pada siapa?"

Ravion hanya diam mendengarkan. Dia terkejut saat Camela tiba-tiba mendekat dan memeluknya dengan erat.

"Dia telah mencuri kebahagiaanku, Ravion. Dia sangat jahat. Dia bahkan telah merebut seseorang yang aku cintai." Camela terisak sembari terus mengeluarkan air mata palsu. Dia terpaksa melakukan hal tersebut sebab Ravion paling lemah jika sudah melihat Camela menangis.

Mendengar ucapan Camela, tangan Ravion terkepal. Seseorang yang dia cintai? Ravion terkekeh dalam hati. Jadi gadis itu datang menemuinya hanya karena bajingan itu? Sialan!

***

"Kak Zey, itu ada mobil Kak Geo!" ujar Giselle, menunjuk mobil hitam yang melaju memasuki area sekolah. Kali ini Zeyra tidak sendirian lagi karena selalu ada Giselle yang menemaninya. Anak kedua dari keluarga Zergant itu kini melanjutkan sekolahnya di Zergant School.

"Untuk apa Kakak datang ke sekolah?" tanya Giselle, heran. Ia mengapit lengan Zeyra lantas melangkah bersamaan menghampiri mobil milik Geogra.

GEOGRAWhere stories live. Discover now