"Sudah sudah. Lagipula dugaanmu itu belum tentu benar. Jangan pernah bergosip dengan para pelayan lain tentang Tuan Muda," ucap Bu Inah. Pelayan tua itu geleng-geleng kepala, kemudian melangkah melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

"Iya-iya. Tapi jika dugaanku benar bagaimana? Apa Ibu akan mendukungnya?" tanya Fani.

Bu Inah mengangkat bahu, tidak menjawab ucapan Fani. Dia sedikit tidak percaya jika Geogra menyukai seorang gadis. Selama tiga tahun bekerja di mansion, Bu Inah tahu betul banyak para gadis yang gencar untuk mendekati Geogra termasuk Camela. Tetapi diantara mereka semua, tidak ada yang bisa menaklukkan laki-laki berhati dingin itu.

***

Seorang laki-laki tengah sibuk berkutat dengan berkas-berkas yang berserakan di atas meja. Setelah pulang dari kantor, Geogra masih terus disibukkan dengan pekerjaan yang ditugaskan oleh Arkielga, sang ayah.

Penampilan laki-laki itu kini berantakan. Lengan baju digulung asal beserta kancing teratas kemeja yang terbuka. Geogra menyugar rambut kemudian memijat pelipisnya. Dia menghela napas kasar melihat masih banyak pekerjaannya yang harus ia selesaikan hari ini.

Geogra berdecak saat seseorang yang tengah ia tunggu tak kunjung datang. Dia melempar bolpoin ke sembarang tempat lalu menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi.

Baru saja ia akan memejamkan mata, ketukan pintu beserta suara seseorang yang sangat ia rindukan terdengar mengalun lembut di telinganya.

"Tuan Muda, ini Zey."

"Masuk," balas Geogra. Laki-laki itu melipat tangan di depan dada ketika pintu terbuka. Zeyra menyembulkan kepala diantara pintu kemudian mulai melangkah masuk.

"Kemarilah."

Zeyra mengangguk patuh, ia menghampiri Geogra. Gadis itu meletakkan secangkir kopi di atas meja. Matanya tak sengaja melirik pada kertas-kertas yang berserakan.

"Apa Geogra membutuhkan sesuatu?" tanya Zeyra.

"Sini," titah Geogra.

Zeyra mengerjap sembari menatap Geogra yang menampilkan raut muka datar. Ia melangkah pelan mendekat ke tempat Geogra yang tengah duduk. Gadis itu memekik ketika Geogra menarik pinggangnya hingga Zeyra terduduk di atas pangkuan laki-laki itu.

Kedua tangan kekar Geogra melingkar di pinggang Zeyra. Ia memandang intens wajah cantik kekasihnya yang menunduk. Geogra menarik dagu gadis itu hingga manik mata mereka bertubrukan. "Sudah kukatakan berulang kali. Jika sedang bersamaku, kau harus menatapku, Sayang."

"Iya," jawab Zeyra. Geogra menuntun kedua tangan gadis itu agar memeluknya. Laki-laki itu menghirup wangi rambut Zeyra yang menguar sembari memejamkan mata.

"Kau harus dihukum," ujar Geogra tiba-tiba. "Aku tidak suka saat kau memanggilku dengan sebutan itu."

"Maaf," kata Zeyra. Sebenarnya dia sengaja memanggil Geogra dengan sebutan 'Tuan Muda' karena saat di depan pintu kamar Geogra, gadis itu melihat seorang pelayan yang tak sengaja lewat. Zeyra hanya tidak ingin menimbulkan salah paham pada para pelayan.

"Simpan kata itu. Aku tidak butuh. Kau harus tetap dihukum." Geogra menjauhkan tubuhnya. Ia memandang wajah Zeyra yang menegang. Laki-laki itu mengusap pipi Zeyra lalu berkata, "Lebarkan bibirmu."

GEOGRAWhere stories live. Discover now