Tanpa diduga, ekspresi galak yang ditunjukkan oleh Sura perlahan luntur digantikan dengan sebuah senyum yang menghiasi wajah keriputnya.

"Kenapa, Nek? Apa Nenek baik-baik saja?" tanya Zeyra.

"Sini, Nak," ujar Nenek Sura, merentangkan tangan. Awalnya Zeyra bingung dengan sikap neneknya, tetapi tanpa lama gadis itu mendekat memeluk sang nenek yang sangat ia rindukan. Gadis itu pikir sang nenek akan mempermasalahkan hubungannya dengan Geogra dan memarahinya habis-habisan, ternyata tidak.

Zeyra tersenyum dalam pelukan hangat itu. Rasanya hangat dan nyaman. Gadis itu berulang kali mengucapkan terima kasih pada Tuhan, ia bersyukur neneknya masih baik-baik saja.

"Sekarang Nenek tidak perlu khawatir lagi," celetuk Nenek Sura seraya menguraikan pelukan. Sura mengusap sisi wajah cantik cucunya. "Ternyata cucu Nenek sudah dewasa."

"Jika bocah itu berbuat sesuatu yang buruk padamu segera katakan pada Nenek. Walaupun bocah itu putra keluarga Zergant, tetapi Nenek tidak akan takut. Jika ada yang berani berbuat macam-macam pada cucu kesayangan Nenek, maka Nenek yang akan maju paling depan. Siapapun dia harus berhadapan langsung dengan Nenek." Sura berkata dengan nada tegas sembari menampilkan ekspresi serius pertanda bahwa ucapannya tidak main-main.

Mendengar ucapan Sura membuat Zeyra terharu. Dia kembali memeluk Nenek Sura dengan erat. Satu tetes air mata menetes di pipinya. Dia berjanji akan menjaga neneknya dan membuatnya bahagia.

***

Geogra keluar dari ruang rawat neneknya, laki-laki dengan raut muka datar itu menghampiri Zeyra yang tengah duduk di depan ruangan, menunggu Geogra. Setelah Zeyra puas berbicara dengan sang nenek, Sura meminta Geogra untuk menemuinya. Entah apa yang telah mereka bicarakan di dalam sana.

"Ayo," ajak Geogra, mengulurkan tangan. Dengan ragu-ragu, gadis itu menyambut uluran tangan Geogra. Zeyra menatap ke arah pintu ruang rawat Sura. Seakan tahu arti tatapan itu, Geogra berkata, "Kau bisa menemuinya kapanpun. Tapi sudah cukup untuk hari ini."

Zeyra menghela napas kemudian mengangguk. Mereka berdua melangkah berdampingan, tak lupa dengan tangan laki-laki itu yang menggenggam tangan mungilnya.

Kini keduanya sudah berada di dalam mobil. Geogra tengah fokus menyetir sedangkan Zeyra memilih memandang ke kaca mobil, menatap jalanan yang ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang. Ketika matanya tak sengaja melihat sesuatu yang menarik perhatiannya, Zeyra mengerjap sembari berbinar.

Kening Geogra mengerut ketika dirinya melirik ke samping. Penasaran dengan apa yang tengah dilihat kekasihnya itu, Geogra mengikuti arah pandang Zeyra. Dapat ia lihat sebuah tempat yang sangat ramai dikunjungi oleh pengunjung di malam hari yaitu pasar malam. Di tempat itu ada berbagai macam lampu yang berkelap-kelip. Selain itu juga ada banyak para pedagang dan juga beberapa wahana.

"Wahh!" gumam Zeyra dengan mata yang berbinar cerah saat melihat salah satu wahana bermain yang menarik perhatiannya.

Tanpa banyak bicara, Geogra langsung mengemudikan mobilnya menuju tempat itu. Saking fokusnya, Zeyra bahkan tak sadar jika mobil sudah berhenti.

Zeyra terkejut ketika tiba-tiba wajah Geogra muncul di depan kaca mobil. Laki-laki itu membuka pintu kemudian menarik lengan Zeyra untuk keluar.

"G-geogra?" tanya Zeyra, panggilannya masih terdengar kaku.

"Hm?"

"Untuk apa kita kemari?"

Satu alis Geogra terangkat. "Kau tidak mau pergi?"

GEOGRAWhere stories live. Discover now