Geogra menghela napas. "Pergi kau," usirnya.

Naden mencibir, ia mencomot camilan.  Naden sangat yakin jika Geogra belum menyadari bahwa sebenarnya ia tengah menyukai gadis itu. Ya, kalau dipikir-pikir Geogra memiliki gengsi setinggi langit, mana mungkin ia mau mengakuinya.

Lalu sebuah ide terlintas membuat sudut bibir Naden terangkat membentuk senyum jahil. "Ah, setelah wisuda aku ingin mengadakan pesta."

Kening Geogra mengerut. "Pesta?"

"Ya, pesta. Aku ingin mengenang masa terakhir kita bersama teman-teman. Ah, aku lupa. Kau, kan, tidak punya teman. M-maksudku hanya aku temanmu si Naden yang paling tampan, iya, kan?" ucap Naden, menaik turunkan alis.

Geogra memutar bola mata, ia meraih sendok kecil di atas meja lalu dilempar pada Naden. Gerakan yang sangat cepat tersebut membuat Naden tidak bisa menghindar, alhasil benda itu mengenai kepalanya.

"Arghhh! Sial!" Naden meringis, mengusap keningnya yang memerah. Ia menatap Geogra yang hanya menampilkan raut datar. Naden mengumpat dalam hati.

"Lakukan saja," ujar Geogra. "Aku tidak ikut campur."

"Apa? Oh, tidak. Kau harus hadir!" balas Naden sedikit memaksa. Jika Geogra tidak hadir maka rencana yang sudah ia siapkan tidak akan terjadi. "Kau tentu harus hadir. Mereka pasti menantikan dirimu."

"Aku tidak peduli," kata Geogra, cuek.

"Aku akan—" Ucapan Naden terpotong saat Geogra berdiri dan beranjak dari sana. "Hei, dengarkan aku dulu! Kau akan menyesal jika tidak datang! Semua yang diundang masing-masing datang bersama pasangannya!"

Geogra masih tetap mengabaikannya. Hingga satu nama yang disebut oleh Naden membuat langkah Geogra terhenti.

Dia berbalik menatap ke arah Naden sembari menghunuskan tatapan tajam andalannya. "Apa maksudmu?"

"Ya, ada yang salah?" tanya Naden. Diam-diam Naden menyeringai melihat reaksi Geogra yang tidak terduga.

Alis laki-laki itu menukik tajam, dia berbalik lalu kembali melanjutkan langkahnya. Geogra mengumpat dalam hati mendengar perkataan Naden barusan. Tiba-tiba ia menggeram tak suka ketika membayangkan gadis itu pergi bersama laki-laki lain. "Sialan!"

Naden melipat tangan di depan dada, dia tersenyum lebar. "Kena kau."

***

"Wah, Gaun yang Anda kenakan terlihat pas dan cocok. Anda sangat cantik, Nona." Wanita yang terlihat masih muda itu bertepuk tangan melihat Zeyra yang keluar dari ruang ganti sembari memakai gaun pilihannya.

Gadis itu tersenyum kecil, ia menunduk melihat gaun tersebut. Jujur, Zeyra pun sangat menyukainya. Tetapi dia tidak tahu mengapa ia tiba-tiba disuruh untuk mencoba gaun-gaun yang berada di butik ini.

Ya, kini gadis itu tengah berada di butik bersama Geogra. Rashelyna sempat menghubunginya agar ia ikut bersama Geogra kemari.

"Apa Anda ingin keluar dan meminta pendapat pada Tuan Geogra?" tanya wanita itu dengan sopan.

"H-hah? Apakah itu harus?" tanya Zeyra, malu.

"Tentu saja, Nona. Tuan Geogra pasti akan terpesona melihat Anda memakai gaun ini. Mari saya antar."

Geogra terpesona padanya? Tidak mungkin, kekeh Zeyra dalam hati. Laki-laki berwajah datar dan dingin yang berniat membuatnya menderita itu tidak mungkin terpesona pada seorang gadis cupu dan kumuh sepertinya.

GEOGRAWhere stories live. Discover now