***

Di dalam ruangan kamar yang terdapat dua manusia yang saling terdiam selama beberapa menit. Zeyra yang sudah selesai berganti pakaian, kini tengah duduk di sisi ranjang, menunduk seraya memilin jemarinya.

Di hadapannya terdapat laki-laki yang duduk sembari melipat kedua tangan di depan dada. Sorot matanya menatap sosok gadis itu penuh dengan intimidasi.

"Tuan, terima kasih sudah—"

"Ternyata kau pintar berbohong."

Deg!

"T-tuan—"

"Aku tidak menyuruhmu bicara."

Bibir Zeyra terkatup. Ia terdiam.

"Pura-pura tenggelam, hm?" tanya Geogra, menyeringai. Sebenarnya Geogra marah karena Zeyra berbohong pada ibunya, tetapi ia sedikit tertarik dengan tingkah konyol gadis itu. Apa yang akan gadis itu lakukan selanjutnya untuk menghadapi Camela?

Jantung Zeyra berdegup kencang, ia berkeringat dingin. Apakah Geogra mengetahuinya? Zeyra meneguk ludah kasar. Jika Geogra memang tahu, lalu mengapa laki-laki itu repot-repot menolongnya?

"Adegan seorang tuan yang menyelamatkan gadis nakal dengan memberikan napas buatan. Apakah itu termasuk rencanamu juga?" Walaupun Geogra tahu rencana Zeyra, tetapi ia melakukan tindakan tersebut memang disengaja. Ia ingin tahu bagaimana reaksi gadis itu.

Ucapan Geogra sontak membuat kedua pipi Zeyra kembali memerah. Gadis itu semakin menunduk, malu. Dia tidak berani menatap wajah Geogra. Sungguh, itu tidak benar! Zeyra pun tidak menduga kejadian tersebut akan terjadi.

Geogra menarik sudut bibirnya. Ia berdiri dari duduknya. Mendekat ke arah Zeyra. Tangan kekar lelaki itu terulur menyentuh dagu Zeyra, dan mengangkatnya.

Zeyra terdiam, ia tiba-tiba tidak bisa berbicara. Mulutnya kaku untuk digerakkan saat melihat netra gelap yang menyorot tajam.

Perlahan, Geogra membungkuk. "Manis, aku suka," ujar Geogra. Kedua matanya menatap salah satu bagian dari wajah Zeyra dengan lekat. Jari telunjuknya mengusap sudut bibir Zeyra yang sudah membiru. Kemudian beralih pada pipi gadis itu yang memerah.

Menekan bekas tamparan tersebut membuat Zeyra meringis. Geogra mendekatkan wajahnya, ia memiringkan kepala. Zeyra menahan napas seraya memejamkan mata.

"Kau... Ingin melakukannya lagi?" bisik Geogra, tepat di depan wajah Zeyra. Hembusan napas lelaki itu terasa menggelitik. Laki-laki itu tersenyum tipis melihat kening Zeyra yang mengerut. Ingat! Tersenyum tipis!

Saat sudah sangat dekat, tiba-tiba terdengar bunyi pintu yang diketuk dari luar. Bersamaan dengan itu, Zeyra yang sudah tidak tahan menahan sesuatu di hidungnya, akhirnya ia bersin di depan wajah Geogra.

"Hatchi!"

Menyadari tindakannya, Zeyra membelalak dan membekap mulut. Ekspresi Geogra terlihat datar. Laki-laki itu mengusap wajahnya.

"Sialan," desisnya.

"Tuan, m-maaf. Zey tidak sengaja, maaf Tuan..."

Tok Tok

"Permisi, Tuan Muda. Ini Bu Inah, saya bawakan kotak obat." Suara Bu Inah terdengar dari luar. Geogra melirik sinis ke arah Zeyra sebelum beranjak menuju pintu.

GEOGRAWhere stories live. Discover now