57. Sekap

147 12 0
                                    

“Rasa kebencian adalah rasa yang dapat merusak segalanya.”
~Tolle Sekhana~

Happy reading. . .
# # # # # # # # # #

  Saat sudah sadar Putri terlihat bingung, dimana keberadaan dia sekarang. Tangan dan kakinya terikat ke kursi kayu yang tengah ia duduki. Mulutnya pun juga tersumpal kain, sehingga membuatnya tidak bisa berteriak untuk meminta pertolongan.

“Hmmppp” Putri meronta-ronta, mencoba melepaskan tali ditangannya.

  Tapi naas... Sebelum talinya berhasil dibuka, sekumpulan orang berpenampilan geng motor sudah lebih dulu masuk ke gudang tersebut. Dan salah satu diantara mereka adalah Amel dan Jonathan.

  Melihat hal itu, Putri sontak kaget dan terdiam melihat jaket yang sahabatnya gunakan sama persis dengan jaket orang-orang lain dibelakangnya, termasuk anak tiri ayah kandungnya tersebut.

“Hmpp.. hhmmpp.. hmp..” Karena mulut Putri masih terbungkam, jadinya ia tidak bisa berbicara dengan benar. Sebenarnya dia mau bilang, “Amel, tolong lepasin aku.”

  Telinga Amel sedikit gatal setelah mendengar ucapan Putri yang sangat tidak jelas tersebut. Kemudian ia meletakkan jari telunjuknya di depan bibir, menyuruh Putri untuk diam, “sshhhttt!!!”

“Putri, Putri. Hidup lo itu sial banget yah.” Jonathan mulai melangkah maju, memotong jarak antara sesama anak dari bapak Ferry Marhadi. “Sudah dijodohin sama orang yang lo gak suka, dirundung sama kakak kelas, dan sekarang... lo disekap sama orang yang lo anggap sahabat lo sendiri.”

“Tapi kenapa yah... walaupun lo sudah sial, ayah kok selalu bangga-banggain lo terus?”

* Flashback On *

“Apa-apaan ini?!” Ferry Marhadi membanting buku rapor milik Jonathan ke atas meja kerjanya. “Kenapa nilai rapor kamu cuma B semua?”

“Nilai B kan nilai yang baik yah.” Jawab Jonathan menunduk, takut menatap wajah ayahnya yang sedang marah di depannya.

“Ayah juga tau nilai B itu baik. Tapi tidak cukup baik kalau dibandingin sama anak kandung ayah yang sering dapat nilai A.”

  Ferry Marhadi bangkit dari kusi, dan kemudian berpindah melihat kondisi pabrik dari balik jendela ruang kerjanya. “Padahal anak kandung ayah dulu sering ayah pukul, tapi nilai-nilainya tidak pernah membuat ayah malu.”

“Dan kamu sebagai anak kebanggaan ayah, seharusnya nilai-nilai kamu lebih tinggi dari dia. Paham kamu?”

  Jonathan mengangguk sembari mengepalkan tangannya erat sampai mengeluarkan urat yang terlihat menggaris indah di tangannya.

* Flashback Off *

  Terlihat Jonathan mencengkram rahang Putri kuat, dan membuat pipi Putri menjadi kempot ke dalam. “Awalnya gue gak begitu peduli.”

“Sampai lama kelamaan, gue jadi muak dengernya!” Jonathan melempar wajah Putri ke samping dengan cukup kencang.

“Dan setelah sekian lama akhirnya gue bisa ngelampiaskan semuanya ke lo, dan bisa jadiin lo umpan yang sangat bagus untuk menghancurkan geng Distroyet.” Jonathan tertawa terbahak-bahak, dan kemudian menghampiri Amel. “Eksekusi.”

  Setelah menyuruh Amel untuk mengeksekusi Putri, Jonathan pun melanjutkan langkahnya keluar meninggalkan para bawahannya untuk bersenang-senang.

  Melihat Jonathan sudah pergi, Amel kemudian menyuruh seseorang dari anggota gengnya untuk mengambil tongkat baseball miliknya, “ambilin pemukul gue!”

  Selang beberapa menit kemudian, seseorang tersebut akhirnya kembali dengan tangan membawa tongkat baseball, dan langsung ia berikan kepada Amel.

  Pertama-tama Amel mengambil posisi, bersiap untuk memukul dan berkata, “yang pertama ini gue persembahkan karena lo terlalu lugu.”

Buugghhh

  Walaupun baru pukulan yang pertama. Namun kepala Putri sudah terasa sangat pusing, pandangan matanya mulai berkunang-kunang, dan terlihat segumpal darah pun juga ikut menetes dari pelipis kirinya.

“Yang kedua, untuk lo yang terlalu lemah.”

Buugghhh

  Darah kedua mulai mengalir juga di pelipis sebelah kanan, membuat Putri ke ambang kesadarannya.

“Ketiga, karena lo bodoh.”

Buugghhh

“Keempat, karena ......”

  Belum sempat Amel menyelesaikan ucapannya, lampu di ruangan tersebut tiba-tiba mati dengan sendirinya. Disaat itu juga, suara jeritan orang-orang satu persatu terdengar jelas di telinga Putri.

“Aaaaaaaaa!!!”

  Suara rintihan tersebut berlangsung cukup lama, sekitar sepuluh menit lamanya.

  Selepas sepuluh menit, lampu di ruangan tersebut kembali menyala. Tapi herannya, semua orang disana tiba-tiba tergeletak pingsan di lantai, terkecuali Putri yang masih ada di ambang kesadarannya. Dan lebih anehnya lagi, seseorang pria yang Putri kenal juga tergeletak tepat di sebelah Putri. Orang tersebut adalah... Tolle Sekhana.

* * * * * * *

  Disisi lain Rajes terlihat sedang menghisap batang rokok yang menyelip di jari-jari tangannya. Dia juga sedang memperhatikan salah satu stasiun televisi yang menyiarkan berita kecelakaan bis yang merenggut nyawa kedua orang tua istrinya.

“Ffuuuuuhhh” Rajes menghembus nafasnya panjang, beserta asap rokok yang tadi ia hisap juga.

  Asap rokok yang mengepul ke seluruh rumah, putung rokok yang menumpuk tinggi di sebuah asbak, dan pandangan kosong lurus kedepan menandakan jika pikiran Rajes sedang tidak baik-baik saja.

  Janji yang ia ucapkan kepada Putri terngiang-ngiang jelas di kepalanya, “kalau kamu pergi dari dunia ini untuk selamanya, maka aku juga akan mencarimu hingga ke surga.”

  Setelah bermenit-menit bergelut dengan isi kepala, akhirnya Rajes pun memutuskan untuk menyusul Putri dan membawanya kembali ke rumah ini.

Tapi... saat baru keluar dari pintu rumah, sekotak paket berukuran kecil yang tergeletak di depan pintu menghentikan langkahnya. Karena rasa penasaran, Rajes tanpa basa-basi langsung membuka kotak tersebut.

  Betapa terkejutnya dia melihat isi kotak tersebut adalah foto-foto istrinya yang tengah disekap di kursi dan secarik kertas. Di kertas tersebut bertuliskan;

Hallo Rajes... gimana hadiahnya? Ini baru foto, jangan sampai gue kirim jasadnya juga ke lo! Temui gue sendiri malam ini di gedung ***** jl. *****. Kalau malam ini lo gak datang, maka besok bakal gue kirimin jari tangan istri lo ke rumah lo.

By: Beach

# # # # # # # # # #

  Yes!! Akhirnya sudah hampir tamat. Semangat yah buat kalian, jangan setengah-setengah bacanya!! Bentar lagi end kok, aku janji.

First Love (End)Where stories live. Discover now