4. Crazy Rich Yang Suka Utang

509 90 30
                                    

Utang adalah kebiasaan manusia yang tidak pandang bulu. Dari kelas bawah hingga orang kaya. Jadi... jika masih bisa utang, kenapa nggak?
~~Imam Ardani~~

Happy reading...
# # # # # # # # # #

“Kenapa lu?” Tanya Rajes bingung. Soalnya tidak ada seorang pun yang berani memarahi suara motornya.

  Rajes mengerutkan dahinya, saat melihat Putri yang sedang menatapnya bengong.

“Heii!” Bentak Rajes menyadarkan Putri dari lamunannya.

“Hahh? Kenapa?”

“Harusnya gue yang nanya!” Ucap Rajes emosi. Harusnya dia yang nanya kenapa Putri berani-beraninya membentaknya tadi?

“Nanya apa?”

  Mendengar hal itu, Rajes menghela nafas kasar. Suara nafas Rajes sampai di telinga Putri. Dia sudah melepas airphone yang terpasang di kedua telinganya.

“Ngapain lu ngatain knalpot gue?”

“Kenalpot kamu berisik banget.” Jelas Putri. Bagaimana tidak berisik? Suara knalpotnya bahkan bisa menembus telinganya yang tertutup airphone.

“Emang siapa lu ngatur-ngatur gue?” Rajes berjalan maju, mengurangi jarak di antara mereka.

  Putri pun berjalan mundur perlahan-lahan, sampai dia merasakan tubuhnya terbentur gerbang besi.

“Menurut undang-undang pasal 285 ayat (1) jo Pasal 106 ayat 3 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan umum. Bahwa pengendara yang menggunakan knalpot bising bisa dipenjara paling lama satu bulan atau denda maksimal Rp250 ribu.” Jawab Putri cepat. Jantungnya entah kenapa sekarang berdenyut lebih cepat dari biasanya.

  Rajes mencengkeram gerbang besi tepat di samping wajah Putri dengan satu tangannya. Sekarang jarak wajah mereka hanya beberapa sentimeter. Bahkan dia juga merasakan nafas cowok tersebut.

“Emangnya lu polisi? Hahh!!” Ucap Rajes tepat di depan wajah Putri yang ketakutan.

  Untung saja kakaknya datang tepat pada waktunya.

“Kamu lagi ngapain, dek?” Tanya Niken melihat mereka seperti sedang bermesra-mesraan.

  Mendengar suara kakaknya. Putri pun langsung berlari menghampiri kakak tirinya tersebut.

“Ayo buruan pulang, kak!” Putri mengambil helm dari tangan kakaknya, dan langsung naik di joke belakang motor.

  Niken langsung menancapkan gas motornya, pergi meninggalkan Rajes yang masih menatap mereka berdua. Rajes hanya melihat punggung mereka yang semakin lama semakin jauh.

“Kamu kenapa, dek?” Tanya Niken melirik ke arah spionnya. Terlihat Putri selalu menghadap ke belakang, seperti sedang mencari pengendara lain di belakang mereka.

Alhamdulillah... untung aja dia gak ngikutin. Batin Putri yang tidak melihat Rajes di belakangnya.

“Heii... ditanyain juga!” Ucap Niken dengan nada yang meninggi.

“Haahh... kenapa kak?” Tanya Putri tidak terlalu dengar. Dia hanya dengar suara angin dan kendaraan lain yang saat ini cukup ramai di jalan.

Siapa disini yang selalu gak denger saat ngobrol di jalan?

“Tau ahh, gak jadi.” Ucap Niken kesal. Diajak ngobrol malah diem.

* * * * *

  Keesokan harinya Putri pun menjadi takut saat di sekolah. Mulai hari ini, dia selalu memalingkan wajahnya saat berpapasan dengan Rajes.

  Sama halnya saat ini di kantin. Putri memalingkan wajahnya saat melewati meja kantin yang berisi kan lima siswa yang di hukum oleh Bu Arifiah. Mereka adalah Rajes, Imam, Rizky, Adit, dan Tolle.

  Putri dan Amel duduk di meja yang cukup jauh dari mereka.

“Kamu kenapa?” Tanya Imam yang telah duduk di kursi kosong samping Putri.

“Gpp.” Jawab Putri singkat, padat, dan jelas.

“Gapapa gimana? Tadi kamu aja buang muka pas lewat meja aku.”

“Aku cuma lagi nyari meja kosong.”

“Tadi di samping aku ada dua kursi kosong. Kalian bisa kok gabung di meja kita.”

“Udah terlanjur.”

  Mendengar hal itu Imam mengerti kalau Putri sudah tidak mau membahasnya lebih lanjut. Sedari tadi Putri asyik mensecrol aplikasi tiktok di hpnya dan mengabaikan lawan bicaranya.

“Kamu mau pesan apa?” Tanya Imam mengalihkan topik pembicaraan.

“Aku gak mau pesen apa-apa. Aku disini cuma mau nemenin Amel makan doang. Soalnya uang saku aku ketinggalan di rumah.”

“Ya udah, biar aku traktir.” Mendengar hal itu, Putri seketika menghentikan kegiatannya mensecrol-scrol tiktok dan langsung menatap lawan bicaranya itu.

“Gue juga yah.” Samber Amel, saat mendengar kata traktiran keluar dari mulut Imam.

“Iya. Terserah lu mau makan apa.” Amel pun tersenyum senang. Karena hari ini uang sakunya pasti akan utuh.

  Imam memanggil ibu kantin yang sedang menaruh pesanan di meja yang gak jauh dari meja mereka. “Bu Tik.”

  Wanita yang berumur kepala tiga tersebut langsung menghampiri meja mereka.

“Iya, mau pesan apa?” Tanya Bu Tutik, selaku salah satu ibu kantin di SMA Ganesha. Bu Tutik bertugas sebagai pelayan dan kasir. Sedangkan, di bagian memasak ada ibu-ibu lain yang ikut kerja dengannya.

“Aku pesen soto betawi sama es jeruk aja.” Jawab Amel.

“Kalau kamu, put?”

“Samain aja sama Amel.”

“Ya udah.” Imam sekarang menatap Bu Tutik yang sedang berdiri menunggu mereka untuk memesan. “Pesen soto betawi 2 sama es jeruknya 2. Tapi, bayarnya nanti yah.” Lanjutnya tersenyum agar boleh kasbon.

“Hahh?! Utang kemarin aja belum kamu bayar. Sekarang mau utang lagi?” Tanya Bu Tutik heran. Katanya anak pengusaha furniture terbesar di Indonesia, tapi kok suka ngutang?

“Besok saya bayar deh. Saya belum ambil uang dari ATM, bu.” Imam mengambil dompet dan terlihat tidak ada sepeserpun uang disana. Tapi, hanya ada kartu kredit dan kartu debit berwarna hitam tersusun rapih disana.

“Ya udah. Mulai besok nanti, Bu Tutik mau masang mesin ATM deh. Biar kamu yang terkenal crazy rich bisa bayar utang kamu lewat ATM.” Setelah itu Bu Tutik melenggang pergi dengan wajah kecutnya menuju dapur.

“Nah gitu dong, bu.” Ucap Imam, diakhiri tertawa senang. Entah kenapa saat melihat Bu Tutik menekuk wajahnya, Imam merasa begitu senang.

# # # # # # #

Next bab selanjutnya›››››

First Love (End)Where stories live. Discover now