37. Duel

193 14 9
                                    

Kalau bisa membunuh tanpa menyentuh, kenapa tidak?
~~Cendet Aditnya~~

Happy reading...
# # # # # # # # # #

  Terlihat sinar sang surya menembus jendela rumah Rajes yang begitu besar, dan menyinari wajah Putri yang sedang tertidur di sofa, dengan selimuti jaket di tangannya.

“Huuuaaaa.” Putri menguap sangat lebar, selebar lapangan golf. Dia juga tak lupa meregangkan tubuhnya yang terasa sakit, karena semalaman tertidur dengan posisi duduk.

“Bau apa ini?” Putri mengendus-endus, mencium bau yang sangat sedap. Kemudian dia mencoba menyelusuri bau tersebut, sampai ke ruang dapur.

  Dan betapa terkejutnya Putri, saat dia pertama kali melihat Rajes memakai celemek, dan memasak di dapur.

  Karena tidak mau mengganggu Rajes yang sedang masak, Putri akhirnya menunggu Rajes di meja makan.

“Wihh... keliatannya enak nih.” Ucap Putri excited melihat makanannya sudah datang.

  Kemudian Putri mengambil sesendok nasi goreng tersebut, dan hendak ia masukkan ke dalam mulutnya. Tapi sangat di sayangkan, tangan Putri tiba-tiba dihentikan oleh satu tangan Rajes.

“Sebelum makan, mandi dulu.”

  Tak mendengar ucapan Rajes, Putri malah masih berusaha meraih nasi goreng tersebut dengan cara memajukan kepalanya.

  Dan lagi-lagi, usaha Putri tak membuahkan hasil. Rajes berhasil menghentikan kepala Putri dengan satu tangannya yang bebas.

“Mandi dulu!” Ucap Rajes penuh penekanan di akhir kalimatnya.

  Tak ingin kalah dengan tatapan elang milik Rajes, Putri juga memelototkan matanya. “Emang kenapa kalau makan dulu?”

  Terlihat mereka berdua saling mengadu matanya satu sama lain. Sampai akhirnya Putri mengalah, dan menjatuhkan sendok yang sedari tadi ia pegang.

  Bukan hanya itu saja. Putri tiba-tiba memegang tangan Rajes yang sedang menahan kepalanya, dan memperlihatkan senyum manisnya kepada Rajes. Membuat si cowo tersebut menjadi bingung dengan perubahan ekspresi yang sangat drastis.

“Kenapa senyum-senyum?”

  Bukannya menjawab, Putri malah memonyongkan bibirnya. Mencoba memberi kode kepada Rajes, kalau ada Kiano di samping dirinya.

“Mau apa lu?” Rajes masih tidak paham dengan kodean dari Putri. “Mau gue cium?”

  Putri pun geram mendengar ucapan Rajes, dan alhasil...

“Pagi Kiano.” Sapa Putri ramah, dan diakhiri dengan senyumnya.

  Kemudian Putri melirik kembali ke suaminya dan berbisik, “elus!”

  Dengan sangat terpaksa Rajes pun akhirnya menurut, mengelus-elus pucuk kepala Putri.

  Walaupun begitu, dia masih tetap salah dimata Putri. “Pelan-pelan

  Kiano hanya bisa menepuk jidatnya, melihat kelakuan kedua orangtuanya.

* * * * *

  Di sekolah Putri merasa risih. Melihat tatapan para siswi-siswi yang melihat dirinya berjalan bersama Rajes, melewati koridor sekolah. Dan beberapa cacian yang terlontar dari para siswi tersebut pun terdengar di indera pendengaran Putri.

“Dia siapa sih? Sok cakep banget, deh!”

“Cantikan juga gue kali.”

“Wah... gak kapok tuh bocah.”

“Iyah, gak ada takut-takutnya.”

  Kurang lebih begitulah ucapan para siswi-siswi tersebut yang Putri dengar.

“Heh... mau kemana?” Tanya Putri bingung, melihat Rajes yang berbelok. Sedangkan arah ke kelas hanya lurus ke depan.

“Cabut.”

  Karena tidak peduli, Putri pun masuk sendiri ke dalam kelas.

“Amel.” Putri berjalan menghampiri sahabatnya yang sudah duduk manis di bangkunya.

“Apaan sih lu?” Amel merasa sedikit kesal dengan sahabatnya yang tiba-tiba datang dan menggelantungi satu tangannya. “Dateng-dateng gelendotan kek monyet.” Lanjutnya.

“Aku kangen tau sama kamu.” Jawab Putri, tanpa melepaskan pelukannya dari lengan Amel.

“Idih... baru juga beberapa hari.”

“Bodo.”

   Terlihat Kiki masuk ke dalam kelas 10 IPS 5, dengan wajah paniknya. “Gaes, gaes, gaes.”

  Kemudian dia menghampiri kedua sahabatnya dengan nafas yang tergopoh-gopoh.

“Kamu kenapa Ki?” Tanya Putri khawatir dengan keadaan sahabatnya yang terengah-engah.

“Sekarang kalian cek hp kalian masing-masing!”

  Berbeda dengan Putri yang menuruti omongan Kiki, Amel malah berbalik tanya. “Ada apaan sih?”

“Udah... kamu cek aja sendiri di akun gosip sekolah.”

  Melihat sahabatnya yang sudah mengotot, itu tandanya ada yang sangat penting.

  Akhirnya, Amel pun membuka akun instagramnya. Kemudian dia menserching akun gosip sekolah yang bernama ‘Serba-Serbi Ganesha’ di kolom pencarian.

  Setelah itu, dia melihat kalau akun tersebut sedang melakukan live streaming.

  Dan betapa terkejutnya dia melihat sang ketuanya, yaitu Imam, sedang berkelahi dengan Rajes di dalam live tersebut.

  Dengan sigap, Putri langsung keluar dari dalam kelas, dan berlari terbirit-birit menuju ke lapangan utama.

* * * * * * *

  Rajes menendang perut Imam dengan sekuat tenaga, tepat di bagian ulu hatinya. Membuat sang lawan memuntahkan darah dari mulutnya.

  Walau terkena di bagian yang sangat fatal, Imam masih tetap kuat untuk berdiri, dan memperlihatkan senyum Jokernya. “Hehehehe.”

  Kemudian Imam berlari, lalu melompat, dan memukul wajah Rajes di udara.

“Shit.” Rajes mengusap gusar darah yang keluar dari hidungnya yang mancung.

  Setelah itu, mereka berdua pun melanjutkan duelnya dengan membabi buta.

  Dan para siswa-siswi yang melihatnya pun tak berani untuk memisahkan perkelahian dua monster tersebut, yang sangat sengit.

“HEII... STOPP!! APA-APAAN KALIAN?!” Pak Khaeli mencoba melerai perkelahian tersebut.

  Namun, karena perbandingan kekuatan 2:1 yang tak signifikan. Perkelahian tersebut pun tak bisa dihentikan.

“Minggir, minggirr.” Putri mencoba menerobos kerumunan yang hanya menjadi penonton.

“Rajes, stop!!” Ucap Putri, sambil membantu Pak Khaeli melerai mereka.

“Woi!! Kalian cowo kan?” Ucap Amel geram dengan para siswa yang tak berani membantu mereka. “CEPET BANTUIN!!” Lanjut Amel membentak para siswa yang tak kunjung membantu.

“Hehehehe!”

“Lepasin gue!”

  Mereka berdua saling memberontak, walaupun sudah banyak yang memisahkannya.

“Udah... Rajes, stop!!” Putri memeluk tubuh Rajes untuk menenangkannya.

# # # # # # # # # #

First Love (End)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon