42. Pengumuman

165 16 7
                                    

“Rajes adalah milikku! Tidak boleh ada yang memiliki Rajes, selain diriku!”
~~Moli~~

Happy reading...
# # # # # # # # # #

  Bel istirahat sekolah sudah berbunyi. Dan para siswa-siswi berbondong-bondong menuju kantin sekolah yang terletak tepat di tengah-tengah sekolah.

  Begitu juga dengan Putri dan Amel. Mereka terlihat sedang mengantri makanan di gerai Bu Tutik.

  Sambil menunggu antrian, mereka berdua pun berbincang, membahas tentang camping sekolah yang akan diadakan beberapa hari lagi.

“Put, lu jadi ikut camping kan?” Tanya Amel, membuka pembicaraan.

“Emm... kayaknya nggak deh.” Jawab Putri, setelah berfikir panjang.

“Kenapa?”

“Bukanya lu kemarin yang paling semangat yah?” Lanjut Amel.

“Iyah... Aku juga niatnya mau ikut. Tapi aku harus ngater abi sama umi ke bandara, buat berangkat umroh.”

“Kok lu yang ngater?”

“Bukanya setiap agen haji udah disiapin bis buat para jamaah yah?”

“Iya sih. Aku juga tau itu.”

“Kalau gitu, biarin abi sama umi lu berangkat naik bis sama jamaah yang lain aja.”

“Tapi...”

“Inget, put. Kelas satu itu wajib mengikuti camping sekolah.” Potong Amel.

“Kalau lu gak ikut, lu mau camping susulan sendirian?”

  Mendengar ucapan sahabatnya. Putri pun berfikir sejenak. “Apa yang Amel omongin ada benarnya juga. Kalau aku gak ikut, berarti aku harus camping di hutan sendirian dong.” Batin Putri.

“Gimana put?”

“Kalau lu masih tetep gak mau ikut, gue gak akan ngomong lagi sama lu.” Lanjut Amel, mengancam sahabatnya yang terdiam membisu.

“Iya deh, iya. Aku ikut.” Jawab Putri matang.

  Karena keasikan mengobrol, mereka sampai tidak sadar kalau ada seseorang yang menyerobot antrian mereka.

“Bu, es jeruknya satu.”

“Woii!! Ngantri dong!” Bentak Amel kepada Moli, yang tiba-tiba memotong antrian mereka.

  Seketika Moli pun membalikkan badannya, dan menatap wajah yang berani membentaknya. “Hahh!? Ngantri?”

“Sorry yah, gue bukan orang miskin. Yang harus ikut tradisi ngantri bansos kek lu.” Lanjut Moli, diakhiri dengan senyum miringnya.

  Mendengar cacian tersebut, membuat Amel menjadi naik pitam. “APA LU BILANG?!”

“Amel, udah! Biarin aja.” Ucap Putri melerai Amel yang ingin menyerang Moli.

  Kemudian Bu Tutik menyodorkan pesanan es jeruk kepada Moli.

“Terimakasih, bu.” Ucap Moli, sambil memberikan uang seratus ribuan kepada Bu Tutik.

“Kembaliannya, kasih aja sama orang miskin di belakang gue.” Sambung Moli.

“HEII!!” Panggil Amel kepada Moli, yang sudah melenggang pergi.

“Udah... Diemin aja.” Ucap Putri, menahan lengan Amel yang hendak mengejar Moli.

“Tapi put, orang kayak dia kalau di diemin pasti ngelunjak.” Jawab Amel.

* * * * *

  Setelah menunggu agak lama, akhirnya pesanan Putri jadi juga.

“Nih neng, pesanannya.” Ucap Bu Tutik, memberikan semangkuk bakso dan es teh kepada Putri.

  Kemudian Putri pun langsung berjalan menuju Amel, yang terlihat sudah lebih dulu makan di meja kantin.

  Namun, sayang seribu sayang. Saat Putri hampir sampai, tiba-tiba Sofi (antek-anteknya Moli) dengan sangat sengaja menabrak Putri.

Bruugghh

  Putri tersungkur ke lantai kantin. Dan bakso yang belum sempat ia makan juga jatuh ke keramik tersebut.

Prraaakk

  Suara pecahan mangkuk, membuat semua atensi mata siswa-siswi di kantin tersebut seketika tertuju kepada mereka.

“Putri.” Dengan sigap, Amel langsung menolong dan membantu Putri, mengumpulkan pecahan mangkuk yang berserakan di atas lantai.

“Sof, lu gimana sih?” Ucap Moli, memarahi temannya tersebut.

“Kok gue? Ini kan lu yang ---” Ucapan Sofi terhenti, mulut Sofi dibungkam oleh tangan Moli.

“Seharusnya lu itu....”

Byuurrr

  Es jeruk yang sedari tadi Moli pegang, ia tumpahkan tepat di kepala Putri yang sedang mengumpulkan pecahan mangkuk.

“Ups, gak sengaja.” Ucap Moli, terkekeh melihat Putri basah kuyup.

“Di diemin malah ngelunjak yah lu!” Amel pun bangkit, dan mendorong tubuh Moli agar menjauh dari Putri.

“Wah... berani lu yah!” Moli juga tak tinggal diam. Dia melangkahkan maju dan hendak membalas perlakuan Amel.

  Tapi... Tiba-tiba Moli terhenti, saat ia melihat cowok yang dia suka, berlari menghampiri mereka.

“Rajes.”

  Rajes tak menghiraukan panggilan dari Moli tersebut. Yang terpenting adalah istrinya.

  Dia melepaskan jaketnya, dan ia kenakan ke tubuh Putri yang terlihat basah kuyup. Kemudian dia juga membantu Putri berdiri dari lantai kantin yang kotor.

“Rajes, ini bukan seperti yang ---”

“DIEM!” Ketus Rajes kepada Moli.

“SEMUANYA DENGER!!” Suara teriakan Rajes, menggema hingga ke sudut-sudut kantin.

“MULAI DETIK INI. KALAU ADA YANG BERANI MEM-BULLY PACAR GUE, AKAN BERURUSAN JUGA DENGAN GUE. TANPA TERKECUALI!!”

“Termasuk lu!” Rajes, menunjuk Moli dan antek-anteknya.

“PAHAM?!”

  Setelah ucapannya selesai. Rajes pun membawa Putri pergi dari tempat tersebut.

“Kok lu gak bilang-bilang kalau ada Rajes sih?!” Ucap Moli, memarahi Rita yang sedari tadi hanya diam saja.

“Aku juga gak tau, mol.” Bela Rita.

“Ouh... jadi ini alasannya, kenapa Imam tiba-tiba nyerang Rajes.” Gumam Cendet, melihat drama tersebut dari kejauhan.

“Kalau gini ceritanya. Sekali dayung, dua batu karang terlewati.” Lanjutnya.

* * * * *

  Rajes menarik Putri masuk ke dalam toilet. Kemudian, ia juga tidak lupa mengunci pintu masuk toilet.

“Kamu mau apa?” Tanya Putri panik, melihat Rajes yang berjalan mendekatinya.

  Dengan perlahan, Rajes mendorong satu-persatu pintu kamar mandi. Memastikan kalau tidak ada orang di dalam toilet tersebut, kecuali mereka berdua.

  Tanpa disadari, punggung Putri sekarang sudah menempel ke dinding toilet.

“Kamu mau ngapain?” Tanya Putri sekali lagi.

# # # # # # # # # #

Bagaimana? Penasaran dengan kelanjutan chapter nya?

Makanya jangan lupa follow, vote, dan komen cerita ini. Agar tidak ketinggalan dengan kelanjutan cerita percintaan antara pasutri muda tersebut.

Bye.. bye...

First Love (End)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin