16. Kejadian Yang Tak Terduga

237 54 14
                                    

Pacaran tidak perlu. Karena akan mengurangi kualitas, dan kuantitas anak.
~~Yasa Abraham~~

Happy reading...
# # # # # # # # # #

  Malam ini cukup ramai, karena besok adalah hari libur nasional. Dan tidak heran, kalau banyak kendaraan berlalu lalang melewati jalan Kartini.

  Di jalan tersebut pula, terlihat Imam dan Putri sedang menikmati mie ayam di emperan jalan Kartini.

“Makannya santai aja, gak usah buru-buru gitu. Penjajah masih jauh kok.” Tutur Imam lembut, diakhiri dengan senyumnya. Walaupun dia tau kalau Putri sangat lapar, karena belum makan sejak siang tadi.

“A-ku la-per ba-ng---” ucapan Putri terhenti, karena tiba-tiba dia terserang penyakit keselek.

  Melihat hal itu, Imam langsung sigap memberikan air minumnya kepada Putri. “Aku kan udah bilang. Makannya jangan buru-buru.” Ujar Imam mengingatkan lagi.

“Iya maaf.” Ucap Putri setelah meminum air yang diberikan oleh Imam. Kemudian mereka lanjutkan makan lagi sampai tandas tak tersisa.

“Aku boleh nanya gak?” Tanya Imam membuka keheningan diantara mereka tadi.

“Boleh.” Jawab Putri mengangguk.

“Kamu kenapa bisa sampai kesini?”  Tanya Imam menatap lekat mata teduh milik Putri. Menanti jawaban jujur dari mulut wanita tersebut.

“Awalnya, aku diajak pulang bareng sama kak Intan. Terus tiba-tiba dia pengin jenguk sepupunya di rumah sakit. Jadinya aku disuruh nemenin dia ke kesini deh.” Putri meneguk minumannya lagi, untuk menetralkan rasa groginya sedari tadi. Dia mulai merasa grogi saat Imam mulai menatapnya, dan jantungnya pun berdetak lebih kencang dari biasanya.

“Terus, kenapa kamu bisa sampai ke sini juga?” Lanjutnya bertanya. Dia juga amat sangat kaget, saat melihat Imam yang tiba-tiba datang tanpa di undang.

“Aku juga diajak sama Rizky.” Jawab Imam bohong.

Siapa juga yang ngajak lu?

  Sebenarnya yang terjadi adalah....

* Flashback On *

  Akhirnya Imam pun sampai di salah satu cafe yang berada di pusat kota. Dia menghampiri seseorang yang sedang duduk menikmati kopi yang tersedia di atas mejanya.

“Ngapain lu ngajak gue ketemu disini?” Tanya Imam to the point.

“Wihh.... santai. Duduk dulu!” Ucap Robby, mantan teman masa kecil Imam. Imam pun menurut, dan duduk di kursi tepat di depan hadapan Robby.

  Setelah itu Robby mengangkat satu tangannya, memanggil pelayan cafe tersebut. “Mba..”

  Kemudian pelayan cafe pun menghampiri mereka sambil membawa buku menu. “Mau pesan apa, kak?” Tanya pelayan tersebut.

“Gak perlu. Lu bisa pergi sekarang!” Usir Imam kepada pelayan cafe tersebut. Imam kembali menatap benci wajah Robby yang sedang tersenyum miring melihat dia. “Gak usah basa-basi. Informasi penting apa yang ingin lu sampein ke gue?”

“Informasi itu gak gratis.” Jawab Robby menggesek-gesek ujung jari telunjuk ibu jari dan telunjuk, seperti mengkodekan uang.

  Imam mengambil dompet di saku celananya, dan mengeluarkan lima uang ratusan ribu yang berwarna merah ke atas meja.

  Melihat uang tersebut, Robby langsung tersenyum miring. Membuat Imam merasa sangat mual melihat wajahnya. Kemudian Robby mengambil uang tersebut dan menaruhnya ke dalam saku jaket geng motornya.

“Nama korban pengeroyokan yang terjadi pekan lalu adalah Abu Nasir, wakil ketua Life Style. Dia dirawat di rumah sakit swasta dekat tempat kejadian tersebut.”

  Setelah mendengar ucapan mantan temannya, Imam langsung melenggang pergi meninggalkannya.

“Tunggu..” Ucap Robby sedikit teriak, menghentikan langkah Imam yang berada cukup jauh darinya. “Suatu saat nanti bakal ada perang antara lu dan teman lu sendiri.” Sambung Robby.

* Flashback Off *

  Beberapa detik kemudian, terdengar suara notifikasi chat dari hp Putri. Dia pun membuka chat dari kak Intan tersebut.

Kak Intan Ketos

Maaf yah put🙏

Aku gak bisa pulang bareng kamu

Soalnya ibu aku mendadak minta ditemenin belanja bulanan

Iya gpp

Aku bisa pulang sendiri kok


“Kenapa?” tanya Imam melihat Putri yang sedang bingung.

“Kak Intan ngechat aku. Katanya dia gak bisa pulang bareng aku.”

“Ya udah, kamu pulang sama aku aja.” Tawar Imam.

“Jangan lah. Rumah kamu kan jauh. Takut ngerepotin kamu nanti.”

“Biarin... aku suka kok.” Gumam Imam diakhiri dengan senyumnya.

  Putri pun mengangkat alisnya bingung. Dia tidak jelas mendengar ucapan Imam tadi.

  Bukannya menarik ucapannya kembali, Imam malah segera menarik lengan tangan Putri menuju ke Supriyadi (nama motor kesayangannya).

* * * * *

  Setelah sekian lama membelah dinginnya malam kota Tegal yang terlihat agak mendung. Akhirnya Putri pun sampai di depan rumahnya. Bersama Imam, yang selalu memaksanya untuk mengantarkan dia sampai ke depan rumah.

“Itu ibu kamu?” Tanya Imam melirik ke arah Bu Utami yang berdiri tegap di depan pintu rumah.

“Iya.” Setelah mendengar jawaban Putri. Imam turun dari atas motornya dan langsung menghampiri wanita paruh baya tersebut.

“Selamat malam, bu.” Imam mencium punggung tangan Bu Utami, diikuti oleh Putri.

“Habis darimana aja kalian?” Tanya Bu Utami mengintimidasi.

“Habis dari rumah sakit. Setelah itu pulangnya mampir makan mie ayam dulu.” Jawab Imam diakhiri dengan senyumnya.

“Bagus yah. Katanya keluar sama anaknya Bu Sari. Tapi nyatanya?” Ucap pak Yasa dengan penekanan di diakhir kalimat.

“Selamat malam, om.” Sapa Imam, hendak mencium punggung tangan pak Yasa. Tapi seketika ia urungkan. Karena Pak Yasa menarik kembali tangannya, enggan tangannya dicium oleh anak geng motor seperti Imam.

“Sekarang kamu boleh pulang. Dan mulai hari ini, jangan pernah injakan kaki di rumah ini!” Ucap Pak Yasa dengan penekanan di setiap katanya.

  Senyum yang sedari tadi Imam tunjukkan, seketika luntur. Dia pergi dari rumah Putri dengan wajah yang amat sangat suram.

  Setelah melihat kepergian Imam. Pak Yasa langsung menarik lengan Putri dengan paksa, sampai membuat Putri merintih kesakitan. “Aawww.... sakit, bi...”

“Bi.. lepas bi, sakit...” Rengek Putri menahan bendungan air di matanya.

  Pak Yasa akhirnya melepaskan tangannya dari lengan anak tirinya, dan meninggalkan bekas merah disana.

# # # # # # # # # #

See you next time....

First Love (End)Where stories live. Discover now