36. 101 Cara Menjadi Suami yang Baik

237 13 7
                                    

Saya tidak pernah tau teori cinta. Tapi saya tau teori menjadi suami yang baik.
~~Rajes Maula~~

Happy reading...
# # # # # # # # # #

  Malam pun tiba. Karena terlalu kecapean, Putri tertidur saat membacakan dongeng untuk Kiano, dengan posisi duduk.

  Beberapa menit kemudian, Putri tiba-tiba kehilangan keseimbangannya dan terjatuh dari atas kasur.

“Aduuhh.”

  Putri pun bangkit dari dinginnya lantai kamar tersebut. Kemudian, dia langsung keluar dari kamar Kiano dan hendak berjalan menuju kamarnya.

  Tapi.... suara ketokan pintu depan yang keras, menghentikan langkahnya.

Dugh duughh duugghh

Siapa sih malam-malam begini berisik banget. Batin Putri, kemudian dia berjalan menuruni tangga.

  Putri mengerem langkahnya, “atau jangan-jangan orang jahat”. Setelah itu Putri mengedarkan matanya, mencari barang untuk ia jadikan senjatanya.

  Kemudian dia berlari, dan mengambil wajan penggorengan yang tergeletak di atas kompor. Dia memegang gagang wajan tersebut dengan kedua tangannya, dia juga berjalan menuju pintu depan dengan mengendap-endap.

  Sesampainya di depan pintu, Putri pun langsung membuka kunci pintu.

Ceeklleekk

  Kemudian Putri membuka pintu, dan menutup matanya karena takut.

Bugh

Bugghh

Buuggghh

“Aduuhh.”

“Pergi lu orang jahat!”

  Walaupun takut, dia tetap memukul-mukul orang tersebut. Sampai-sampai dia tak tau, kalau yang ia pukul adalah suaminya.

“Hei!hei! Stop!” Ucap Rajes bingung kepada Putri, menahan sakit di sekujur tubuhnya.

  Mendengar suara yang tak asing lagi di telinganya. Putri pun membuka matanya.

“Rajes?”Gumam Putri. Dia terkejut melihat wajah Rajes yang babak belur, dan darah yang segar yang mengalir di pipi kirinya.

“Ngapain sih lu?”

“Aku kira maling, tadi.”

“Ckk... minggir lu! Gue mau masuk.” Ucap Rajes kesal. Dia juga sedikit mendorong Putri agar menyingkir dari ambang pintu.

  Setelah masuk ke dalam rumah, Rajes langsung menjatuhkan tubuhnya yang lelah ke atas sofanya yang empuk.

“Kamu kenapa bisa kayak gitu?” Tanya Putri kepo dengan Rajes, pulang-pulang dengan wajah babak belur.

“Bukan urusan lu!”

“Tapi aku istri kamu.”

“Emang kenapa kalau lu istri gue?”

  Dari pada berdebat yang tak tau dimana ujungnya, akhirnya Putri mengalah dan memalingkan topik pembicaraan. “Ada P3K gak?”

“Ada, di dalam lemari tv.”

  Setelah mendengar jawaban Rajes, Putri pun berjalan menuju ruang tengah untuk mengambil kotak P3K yang berada di dalam lemari tv.

  Setelah mengambil kotak p3k, Putri pun kembali lagi ke ruang tamu dan duduk di sebelah suaminya.

“Bisa duduk yang bener gak?” Ucap Putri kesal kepada Rajes, yang tiba-tiba bersandar di pundaknya.

“Gue ngantuk.” Jawab Rajes enggan untuk mengangkat kepalanya dari pundak Putri.

“Minggir dulu sebentar! Aku mau ngobatin kamu.”

“Nggak perlu.”

“Nggak perlu gimana?” Putri menyentakkan bahunya, agar Rajes menyingkir dari pundaknya. “Nanti infeksi tau.” Sambungnya.

  Rajes pun kesal. Dia mendorong tubuh Putri untuk menjauh dari dirinya.

“Kamu ngapain?” Tanya Putri bingung.

  Setelah cukup jauh, Rajes kemudian menidurkan kepalanya di atas paha Putri yang empuk.

“Kalau gini, bisa kan?”

  Bukannya menjawab, Putri malah membuka kotak p3k yang ia ambil tadi. Ia mengambil sehelai kapas dari dalam kotak p3k, dan kemudian ia tuangkan beberapa tetes air alkohol ke atas kapas tersebut.

  Setelah itu, Putri pun membersihkan darah kering di pipi Rajes dengan lembut. Kemudian, dia mengambil sehelai kapas lagi.

“Putri.” Panggil Rajes, melihat Putri yang sedang sibuk mengobatinya dengan telaten.

“Iya, kenapa?” Jawab Putri, sambil meneteskan obat merah ke atas kapas yang baru ia ambil.

“Makasih yah.”

  Mendengar ucapan Rajes, Putri seketika terdiam dan berhenti dari kegiatannya.

Beberapa detik kemudian...

“Hahahaha.” Tawa Putri akhirnya pecah.

“Kenapa ketawa? Emang ada yang lucu?” Tanya Rajes kesal, karena dikira ucapannya hanya lelucon belaka.

“Sorry, sorry.... Maksud aku bukan begitu.” Putri menempelkan kapas yang sudah ditetesi obat merah tadi, ke pipi Rajes yang terluka. Dan kemudian, ia juga merekatkan kapas tersebut dengan plester, agar tidak jatuh.

“Aku kira, seorang Rajes Maula yang terkenal tanpa ekspresi, jutek, cuek, itu tidak tau caranya berterima kasih.”

“Kata siapa?” Rajes langsung memejamkan matanya, mengingat kata yang pernah ia baca di salah satu buku. “Pasal 35 ayat 2, ‘suami yang baik adalah suami yang berterima kasih atas kebaikan istrinya’.”

“Lu baca buku yang abi kasih?” Tanya Putri tak menyangka.

“Iya.”

* Flashback On *

  Terlihat Rajes, Putri, Kiano, dan keluarga mereka sedang menikmati makanan resepsi bersama-sama.

“Gak nyangka yah jeng, kita beneran jadi besan.” Ucap Bu Sinta membuka keheningan diantara mereka.

“Iyah, padahal dulu pas SMA kamu cuma ngehalu doang.” Balas Bu Utami.

“Ouh iya, abi lupa.” Pak Yasa hendak memberikan kado kepada Rajes. “Nih.” Namun sayangnya diambil oleh anak tirinya.

“Makasih abi.” Ucap Putri senang, mengambil kado tersebut dari tangan Pak Yasa, walaupun kado tersebut adalah kado untuk Rajes.

“Abi tau aja.” Lanjut Putri, sambil membuka kado yang dibungkus dengan sangat rapih dan cantik.

  Putri terbelalak kaget saat melihat isi kado yang diberikan oleh ayah tirinya. Buku tersebut berjudul ‘101 cara menjadi suami yang baik’.

“Itu kado buat suami kamu, bukan buat kamu.” Jelas pak Yasa kepada anak tirinya.

“Nih.” Putri pun memberikan buku tersebut kepada Rajes yang duduk disampingnya. “Terus kado buat aku mana?” Lanjut Putri bertanya kepada abinya.

“Gak ada.”

“Hahh, gak ada?” Tanya Putri kecewa.

“Iyah, gak ada.” Bela Bu Utami kepada suaminya.

“Ihh, Abi mah. Jahat banget sih, anak sendiri gak dikasih kado.” Rengek Putri.

* Flashback Off *

# # # # # # # # # #

Next

First Love (End)Where stories live. Discover now