53. Petrichor

108 15 0
                                    




"Kau tidak tidur lagi...."

Jackson bertolak pinggang menatap sang pria dengan lingkaran hitam di bawah matanya.

"Kepalaku sakit sekali" Namjoon duduk di atas batu besar dan meneguk kopi hitamnya hingga habis.

"Para relawan itu akan terus mencarinya, Namjoon...."
"Jangan khawatir"

Namjoon menggeleng pelan. "Ini sudah hari kelima, Jackson"

"Walaupun mereka menemukannya pasti sudah terlambat"

"God......." Ia menunduk, menopang kepalanya dengan kedua tangan.

"I lost Him, Jackson..." Diusapnya kasar kedua mata yang berkaca-kaca itu.

"Para korban yang tak ditemukan hingga hari ini dinyatakan meninggal...."
"Begitu kata reporter lokal"


"Seokjin....."

"Sudah dinyatakan meninggal....." Ia memeluk tas kameranya erat.



"I hate Me for saying this, Namjoon..."

"Tapi kita sudah berusaha mencarinya"

"Dan jika akhirnya Seokjin harus menyerah.....ia telah berusaha keras"
"Hingga ia tak lagi sanggup...."

"Saat itulah kau harus menerima kenyataannya" Jackson tertunduk memejamkan matanya.

"Berkemaslah......kita pulang pagi ini" Pria itu berbalik meninggalkannya.






Wajah manis itu tertawa riang di depan kembang api yang meledak di langit.

Pipi bulatnya menggembung dengan sebuah permen kapas besar di kedua tangannya.

Seokjin terlihat sangat manis dengan yukata pinknya. Yukata yang dibelinya untuk dipakai bersama Namjoon saat ia pulang nanti.

Namjoon tersenyum menggeser-geser layar kamera yang telah retak.

Ibu jarinya berhenti pada sebuah rekaman video.

Ia menggeleng singkat kemudian dengan berat menekan tombol untuk memutar ulang rekaman itu.


"Aku membelikan Namjoonie sebuah yukata" Suara itu diiringi tawa kecil.

Suara yang telah lama sekali tak Namjoon dengar.

"Aahhh....aku bingung mau membelikan hadiah apa untuk Namjoonie...."
"Jika aku membelikan keramik, apakah dia akan memecahkannya?"

"Namjoonie itu punya tangan dewa...."
"Kau tidak bisa meninggalkannya di dapur tanpa pengawasan"

"Atau dapurmu akan terbakar" Wajah manis itu mendekat ke layar dengan tawa riangnya.

Namjoon menekan tombol berhenti sejenak, mengusap layar retak itu perlahan. Tersenyum pedih menggigit bibir bawahnya.

"Aku tidak bisa memasak untuk hari ulang tahunnya..."

"Dan itu sedih sekali...." Ia mengerucutkan bibirnya sambil terus berjalan dengan kamera yang sedikit bergoyang.

"Tapi tidak untuk tahun depan..."
"Aku akan memasak yang banyak untuk Namjoonie..."

"Ah....aku sudah menyimpan beberapa resep masakan Jepang untuknya"

"Hmmm.....aku jadi ingin membuka restoran"

"Pemilik restoran terenak di Seoul dengan suaminya seorang news anchor terbaik di dunia"

PetrichorWhere stories live. Discover now