48. Missing

93 13 0
                                    



"Namjoon...."

"Hey...ada apa ini? Merayakan ulang tahunku kah?"
Namjoon tertawa menghampiri rekan kerjanya juga para staf yang berkumpul di sekitar ruang kerja mereka.

"Jackson? What's going on?"

Raut wajahnya berubah tegang ketika layar monitor dalam ruangan itu menampakkan riuh orang-orang berlalu lalang.

Beberapa saat kemudian layar itu membeku.

"Siapa itu?"

"Namjoon.....I'm sorry......" Jackson mendekat merangkul lengannya.

"Seokjin....."

"Seokjin kenapa?"
"Jackson, what the hell is happening?!"

Ia mencoba menerobos masuk, menepis dan mendorong lingkaran lengan sang pria di tubuhnya.

"Namjoon....tenang dulu..."

"Namjoon!"

Pria itu berhasil melepaskan pegangan tangannya. Namjoon berlari dan berhenti di depan layar monitor.

Kedua alisnya terangkat bersama dengan bola matanya yang membelalak.

Hanya reruntuhan juga genangan air dalam jumlah besar yang terlihat dalam layar yang tak lagi bergerak.


"Festival itu berujung bencana, Pak Kim..."

"Padahal hari itu seharusnya cerah, tiba-tiba hujan dan angin kencang datang"
"Kemudian badai juga gempa menyusul dengan kekuatan besar"

Sang operator menjelaskan tanpa menoleh, tangan dan matanya sibuk mencari cara agar bisa menghubungi seseorang di ujung sambungan.

"Seokjin......Seokjin dimana?"

"Seokjin dimana?!" Namjoon membalikkan kursi pria yang lebih muda itu hingga tubuhnya ikut berputar.


"Kim Namjoon!" Suara tegas itu membuatnya tersentak.

"Ikut aku sekarang"

Tak menunggu, Jackson berbalik meninggalkan ruangan itu. Namjoon berlari menyusulnya.



"Seorang reporter yang bekerja di tempat yang sama melaporkan kejadian itu pagi tadi pada Pak Park"

"Beliau masih berusaha menghubungi pihak kantor berita Kyoto untuk mengetahui situasi disana, namun sulit..."

"Komunikasi terputus di beberapa tempat"
"Kita belum bisa menerima laporan apa-apa hari ini"

"Kumohon bersabarlah..."


"Namjoon...."

"Badai dan gempa itu memporak porandakan desa"

"Dan Seokjin....."

"Aku tidak ingin memberikan harapan kosong padamu, tapi....."

"Semoga ia selamat...."

"Hanya itu yang bisa kukatakan sekarang ini" Jackson menghela napas dan menunduk pasrah.

.

.

.

"Jangan.....kumohon jangan seperti ini...." Namjoon mengepalkan tangan di bawah bibirnya erat.

Ia terus mondar mandir di sekitar para staf yang tengah memantau keadaan.

Layar itu belum juga bergerak. Jaringan masih terputus sehingga tak ada lagi yang yang bisa melaporkan dari tempat kejadian.

Moonbyul duduk menopang kepalanya di lorong luar ruang kerja mereka. Air matanya tak berhenti mengalir.

Namjoon melirik pada sang wanita yang masih tertunduk.

"Pak Park....pasti beliau tahu sesuatu" Ia berlari menuju ruangannya.





Pria paruh baya itu masih menggenggam gagang telepon yang mengeluarkan suara mendenging

Wajahnya tertunduk dengan tatap mata kosong mengarah pada genggaman tangannya di atas meja.

Perlahan pintu pun dibuka. Sepertinya pria itu tak menyadari kehadiran Namjoon.

"Permisi..." Ia mengetuk singkat pintu yang telah terbuka di sampingnya.


"Ah.....Namjoon-ssi..." Sung Woong tersentak lalu dengan cepat meletakkan gagang telepon yang telah lama berdenging itu ke tempatnya.

"Maaf Saya belum bisa menghubungi mereka lagi"

"Seokjin....."

"Namjoon, duduklah...."

Sung Woong berusaha tersenyum dan mengulurkan jemari untuk mempersilahkan Namjoon duduk di seberang mejanya.

Namjoon mengikuti perintahnya, duduk tegak menanti secuil kabar tentang pria kesayangannya.


"Namjoon-ssi...."

"Seokjin sedang berada di perjalanan ketika badai itu terjadi"

"Mobil yang mereka tumpangi berniat kembali ke penginapan karena cuaca tak memungkinkan untuk memotret"

"Tiba-tiba badai semakin dahsyat.....lalu gempa berkekuatan besar itu merubuhkan segalanya"

"Mobil mereka terseret entah kemana..."

Berkali-kali Namjoon menelan ludahnya. Berusaha mencerna ucapan sang kepala dengan napas memburu dan kepalan tangan mengerat di atas lututnya.

"Seorang kru kamera berusaha menghubungi Saya melalui ponselnya"

"Dan Seokjin....."

"Tak terlihat di sekitar mereka..."

Kedua alis Namjoon terangkat pelan. Sekali lagi ia menelan ludahnya susah payah.

"Kim Seokjin...."

"Dinyatakan hilang untuk sementara, Namjoon-ssi..."

Tak mampu berkata-kata. Hanya menggeleng tak percaya, Namjoon beranjak keluar dari ruang sang kepala setelah mengucap terimakasih.

Suara-suara riuh masih terdengar di setiap sudut gedung. Beberapa orang terlihat berlalu lalang menjalankan tugas mereka.

Ia terus berjalan pelan menyusuri koridor.

Meja kopi tempat mereka sering bertemu diam-diam pun sepi, hanya bayangan dan suara berbisik diiringi canda tawa dalam kenangan.


"Pak Kim......" Moonbyul yang baru saja tiba berjalan cepat dan memeluknya.

Namjoon hanya terdiam, dibalasnya pelukan itu tanpa bersuara.

Tatapan kosongnya masih tertuju pada alat pembuat kopi di sampingnya.




Seokjinnya menghilang.

PetrichorWhere stories live. Discover now