16. Baby

118 15 0
                                    




"Seokjin....uhuk..."
"Hey....wake up...."

Suara serak itu membangunkannya. Seokjin mengerjap bingung.

"Ken?"



NYUTT


"Ah....Namjoon...." Mengucek matanya pelan, bibir mengerucut itu mulai tersenyum.
"Selamat pagi..."

"Seokjin...."
"Sepertinya aku sakit..."

"Sakit?" Senyumnya sontak menghilang, telapak tangannya terulur cepat untuk menangkup pipi sang pria yang masih bersandar lemah di sofanya.

"Kau demam, Namjoon....."
"J-jangan tidur disini"

"Ayo pindah ke kamar"

"Pusing tidak?"

"Apa yang sakit?"

Namjoon menatap Seokjin yang sibuk menyentuh hampir sekeliling wajahnya.

"Mungkin hanya masuk angin karena kehujanan" Dijauhkannya tangan sang pria perlahan.

"Kau demam Namjoonieee...."
"Sini....." Ditariknya tangan besar itu berjalan menuju kamarnya.

"Achoo...." Namjoon menutup hidungnya yang mulai berair dengan punggung tangan.

Seokjin menghentikan langkahnya, berbalik menatap Namjoon yang masih mengusap hidungnya dengan bibir mengerucut.

"Maaf aku membuatmu sakit, Namjoonie...."

"Ha? Kenapa kau yang minta maaf?" Melirik dengan mata membulat bingung, Namjoon berulang kali menyeka hidungnya yang basah dengan punggung tangannya.

"Aku mengajakmu bermain hujan dan tidur di sofa...." Tangannya mengulurkan sekotak tissue yang langsung diambil oleh sang pria.

Namjoon terkekeh pelan. "Ini hanya flu biasa"
"Besok juga sembuh....jangan khawatir berlebihan"

"Achoo....."

"Sebaiknya aku pulang saja....takut kau tertular"



"Namjoon?"
"Kau kenapa?" Kepalanya merendah menatap sang pria yang terus berusaha mengalihkan tatapannya.

Namjoon menggeleng dan berusaha tersenyum. "Sudah kubilang, aku takut kau tertular..."

Tak menjawab, Seokjin hanya menatapnya dengan raut wajah bersalah.
Namjoon pun membereskan pakaiannya yang tergantung di ruang laundry. Sesekali terbatuk dan mengusap dahinya yang berkeringat.

"Ijinkan aku merawatmu sampai sembuh...."

"Jangan marah.......aku minta maaf telah membuatmu sakit"
Seokjin berdiri memilin ujung piyamanya di ambang pintu.


"Seokjin....."

"Aku tahu aku bilang bahwa kau boleh menjadikan aku pelarian..."

"Tapi....." Kepalanya yang mulai berat tertunduk.

"Mendengarmu memanggil namanya......uhuk..."

"Maaf......" Ia terkekeh.

"Maaf hatiku sakit....uhuk....uhuk...."


"Nam....."


"Kau tidak sadar....aku mengerti"
"Maaf....maaf Seokjin.....mungkin ini hanya karena sakit kepalaku saja..."

"Maaf aku emosi...."

Kepala yang tertunduk itu sesaat telah berada di ceruk leher Seokjin.

Usapan lembut di punggungnya sontak membuat Namjoon merasa tenang. Ia menghela napas panjang.

Nyaman sekali rasanya.

"Jangan pulang ya...."
"Ijinkan aku merawatmu" Seokjin berbisik di sisi telinganya.

.

.

.

"Aaaah.....ayo buka mulutnya, grumpy...." Seokjin mengayun-ayunkan sendok berisi bubur ke depan bibir Namjoon yang membulat bingung.

Sebuah kompres penurun panas menempel di dahinya.

Sesaat kemudian ia tertawa. "Grumpy huh?!" Bubur itu disuapnya lahap.

"Iyaaaa.....ternyata kau rewel kalau sedang sakit" Suapan kedua pun diulurkan.

Namjoon mengerucutkan bibirnya sebelum terbatuk. Seokjin mengusap bibirnya dengan ibu jari dan tersenyum gemas.

"Aaah....." Namjoon kembali membuka mulutnya manja.

Seokjin kembali tertawa dan menyuapkan bubur itu hingga habis. Berdiri dan menyiapkan obat-obatan di nakas sebelah tempat tidurnya lalu mengambilkan air minum.


"Istirahat Namjoonie...."
"Semoga besok sudah sembuh" Seokjin duduk di tepi tempat tidur dan mengusap-usap kepalanya.

Namjoon mengerjap pelan. "Temani....boleh?"

"Manja...." Seokjin terkekeh.


Tak menjawab, ia hanya mendengus tersenyum lemah.


"Seperti mimpi...." Suaranya pelan seiring kelopak matanya yang terpejam.

Namjoon kembali tertidur.

PetrichorWhere stories live. Discover now