52. Promised

104 14 3
                                    




Perjalanan menuju penampungan kedua tak semudah sebelumnya. Mereka semakin memasuki daerah terpencil. Pepohonan juga jurang menjadi batas sisi mobil besar mereka.

Jalan berbatu licin diguyur rintik hujan membuat kendaraan itu berguncang keras.

Hingga akhirnya mobil itu tiba di lapangan besar dengan sebuah barak terletak di tengah-tengah.

Kerumunan orang, tangis bayi dan anak kecil, rintihan juga jerit kehilangan lebih terdengar jelas.

Detak jantungnya semakin cepat saat ia menuruni mobil dan berdiri terpaku menatap keadaan mengenaskan di hadapannya.


"Namjoon....." Jackson menepuk bahunya pelan.

"Be strong....."


Sebuah helikopter mendarat pelan jauh di ujung. Beberapa relawan menggotong tubuh-tubuh yang telah tak bernyawa ke dalamnya.

Namjoon berlari cepat menghampiri mereka. Sebelah lengannya diletakkan di atas kepala untuk melindungi deru angin dari baling-baling pesawat kecil itu.

"Tuan, maaf.....Anda tidak diperbolehkan kemari" Seorang relawan berbahasa asing mendorong pelan tubuhnya menjauh.

"Kami wartawan, tolong ijinkan partner Saya untuk melihat jenasah yang kalian bawa..." Jackson menunjukkan kartu identitasnya pada sang relawan.

Pria bertubuh kurus itu mundur dan mempersilahkan Namjoon untuk mendekat.

Ia berjalan cepat kemudian membuka satu persatu kain putih yang menutupi wajah-wajah pucat mereka singkat.

Jantungnya berdetak sangat kencang, jemari gemetar itu terus menelusuri korban-korban yang mulai diangkat menaiki helikopter.

Mendengus lega, Namjoon berjalan mundur menutup hidung dan mulutnya dengan punggung tangan.

"T-terima kasih...."

Ia membungkuk sopan kemudian berbalik menuju Jackson yang baru saja selesai melaporkan keadaan di sekitarnya pada kamera.

"Uhukkkk...." Ia membungkuk dan terbatuk keras saat hendak menghampiri sang pria.

"Hey....hey......You okay?" Jackson berlari dan mengusap punggungnya.

Namjoon mengangguk setelah mengatur napasnya. Korban-korban yang telah beberapa hari meninggal itu membuatnya mual.

"He's not one of them...." Ia meringis meremat perutnya.

"Thank God He's not one of them...." Namjoon mengusap wajah kasar.

"Aku akan masuk ke dalam barak...."

Jackson mengangguk, menunjuk para juru kamera untuk mengikuti sang pria yang telah berlari meninggalkannya.




Lebih dari satu jam telah berlalu.
Namjoon terlihat keluar dari barak, berjalan lunglai menundukkan kepalnya.

Jackson berlari menghampiri sang pria yang masih tertunduk, menelan ludah singkat dan menggenggam kedua bahunya tanpa bicara. Kedua alisnya terangkat mengisyaratkan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya.

Namjoon melirik singkat dan menggeleng lemah kemudian menyerahkan mikrofon yang digenggamnya pada sang juru kamera.

"Ini penampungan terakhir mereka katanya"
"Tidak ada lagi..."

"Sebagian korban telah diungsikan ke rumah sakit di luar kota"

"Dan nama Seokjin tidak ada diantara mereka"



"Harus kemana lagi?" Namjoon menopang kepalanya yang terasa berat.

Jackson menghela napas panjang. Mengusap punggungnya tanpa bisa berkata apa-apa.


"It's getting dark...."

"Seokjin pasti lelah....." Setengah berbisik, kalimat itu meluncur lemah dari bibir pucat sang pria.


"Kau juga lelah, Namjoon...." Jackson mendengus kasar.




"Namjoon....." Jackson melirik pelan.

"Will You let Him go?"
"I mean....if He's......"

"No!"

"Jangan bicara seperti itu..."

"Not You, Jackson!" Namjoon mendorong kasar tubuhnya dan pergi.







"Pak Kim menghilang lagi" Seorang juru kamera berlari kecil menghampiri Jackson.

"Damnit!" Jackson mengepalkan kedua tangannya kesal.

"M-maafkan kami Pak....kami tertidur. Saat terbangun, beliau sudah tidak ada"


"Tidak.....tidak.....Saya mengerti, kalian pasti lelah"

"Kembalilah tidur....Saya akan berusaha menyusulnya"

Bergegas mengambil senter besar dari dalam tasnya, Jackson mulai berjalan menuju jalan setapak sempit diantara semak dan pohon rimbun.






"Seokjin!"

"Please tell me You're here....." Namjoon terus menembus pepohonan di depannya.

"Seokjinnnnn!"

"Seokjin......" Panggilan itu melemah.

Tubuhnya terasa luar biasa lelah. Namjoon jatuh berlutut di tepi jurang.

"Kau telah berjanji, Seokjin......"

"Kau janji tidak akan meninggalkanku sendirian....."

"Apakah kali ini kau memilih untuk menyerah?" Ia berucap lirih.

Tubuh lemahnya berusaha berdiri. Berjalan terseok hingga ia tak kuat lagi.



"YOU PROMISED ME, KIM SEOKJINNN!!!"

Ia berteriak sekuat tenaga dengan tubuh terbaring di atas tanah basah.


"Namjoon enough...." Jackson mengangkat tubuh lemah itu dan memapahnya kembali ke penampungan.

"Kita pulang ya.....kita pulang"

"Seokjin tidak ada......ia tidak ada disini....."











"Adik kecil.....ayo bertahan sedikit lagi...."

"Sepertinya aku mendengar suara di atas sana" Senyum lemah terulas tipis diantara pipi tirusnya.

Digendongnya anak lelaki itu di bahu lebarnya dan mulai melangkah.

PetrichorWhere stories live. Discover now