45. Cuddly

90 11 0
                                    




Hampir sebulan sudah Namjoon tak lagi mendengar namanya dipanggil dengan manja oleh sang pria.

Selama itu pula ia merindukannya.

Menangkap Seokjin tengah menyantap makan siang sambil tertawa-tawa bersama para rekan kerjanya.

Berpapasan dan hanya tersenyum kecil membungkuk layaknya para karyawan lain.

Begitupun Seokjin.

Hanya bisa memperhatikan pria tegap itu bercanda tawa dengan Jackson seusai membacakan berita bersama.

Menyeduh kopi mereka di lantai masing-masing.

Pergi dan pulang kerja tanpa saling bertemu.

Hingga hatinya terasa hampa.





"Hujannya semakin deras...." Seokjin menuruni bus kemudian berjalan pulang ke rumahnya.

Malam itu lebih dingin dari biasanya.

Ia bergegas menyalakan penghangat dan berganti pakaian. Duduk dengan segelas cokelat panas tertangkup di kedua telapak tangannya.

Film-film yang mereka beli dan tak sempat ditonton pun akhirnya ia nikmati sendirian hingga mengantuk dan tertidur.

Hingga suara gemuruh kilat membangunkannya.


"Ah...seram sekali...." Ia mengintip untuk memastikan jendelanya sudah terkunci.

"Eoh?"
Ia berlari membuka pintu rumahnya panik.


"Namjoon!"

"Astaga sedang apa kau disini"

"Jangan disitu, bahaya!"

Diraihnya sebuah payung besar di sudut ruang tamunya dan bergegas keluar menghampiri sang pria yang telah basah kuyup berdiri di tengah hujan deras.



"Aku ingin bertemu....."

"Ingin sekali bertemu...."

Suaranya bergetar seiring gemeletuk gigi dan kedua tangan yang mengepal di sisi tubuhnya.






"Namjoon.......kau apa-apaan"

Seokjin membalut tubuh menggigil itu dengan selimut tebal, menggosok-gosok lengan dan kakinya di depan penghangat.

"Aku kangen....."

"Sangat....." Ia tertunduk masih dengan tubuh menggigilnya.

"Kalau kau sakit bagaimana?!" Seokjin mengerucutkan bibirnya kesal.

"Aku mentolerir sakit dengan baik, ingat?" Ia terkekeh pelan.

Sebuah pukulan yang mendarat di lengan membuatnya meringis kemudian tertawa pelan.

"Seokjin.....maafkan aku...."

"Aku egois..."

"Aku bodoh..." Suara lirih itu masih bergetar.

"Hari-hari tanpamu terasa sepi"

"Aku menyesal telah menjauhimu...."

"Niatku adalah melupakanmu.....tapi yang terjadi malah sebaliknya..."

"Aku tidak bisa.....tidak mau...."

"Lalu aku menghukum diriku sendiri di tengah hujan..."

"Itu pun tak membuatku lega sama sekali" Ia memeluk kedua kaki yang dirapatkan di dadanya.


"Namj......"


"Tolong katakan kau masih mencintaiku, Seokjin...." Ia melirik penuh harap.

"Tolong katakan kau tidak membenciku"

Seokjin menangkup wajah dingin sang pria dan mengecup bibirnya.

"Aku senang....." Ia terkekeh pelan.

"Aku senang akhirnya kau kembali, Namjoonie..."


"Sudah lama sekali aku tidak mendengar panggilan itu..."

Namjoon meletakkan dahinya di atas bahu Seokjin, menghela napas lega dan memeluk tubuh ramping itu erat.






"Kau benar-benar akan pergi?" Suara lirih itu membuat Seokjin mengerjapkan mata di tengah kegelapan.

"Kukira kau sudah tidur...." Ia memiringkan tubuh menghadap sang pria dan mengusap lembut pipinya.

"Tidak bisa tidur....." Namjoon mengerucutkan bibirnya.

Seokjin mendengus tertawa gemas. "Memikirkan apa?"


"Sudah terlambatkah untuk menolak kontrak kerja itu?"

Seokjin memgangguk pelan.

"Satu tahun....hanya satu tahun lalu aku kembali lagi kesini..."

"Tunggu aku ya...." Ia mengerjap pelan dengan senyum tipis di bibirnya.


Tak menjawab, Namjoon mendekat dan menenggelamkan kepala di dada Seokjin yang berbaring menghadapnya.

"Namjoonieeee...geliii...." Ia berusaha melepaskan pelukan erat di pinggangnya.

"Hey....."

"Namjoonie....lihat aku...." Seokjin mengangkat wajah yang mendusel manja itu lembut.

"Tunggu aku ya..."


Namjoon mengangguk masih dengan bibirnya yang mengerucut.

"Janji?" Seokjin mendekatkan wajahnya.


Lagi-lagi Namjoon mengangguk dan kembali bersembunyi dalam dekapannya.

PetrichorWhere stories live. Discover now