49. Get To You

87 14 2
                                    




"Where do You think You're going?" Tanya sang pria bersurai pirang itu saat melihat rekan kerjanya mengemasi barang-barang ke dalam tas besarnya.

"Book a flight to Kyoto" Tak menoleh, Namjoon terus memasukkan barang-barangnya ke dalam ransel.

"Tidak ada penerbangan kesana Namjoon"
"Jika ada, pasti kru kita telah berangkat dari pagi tadi"

"Mungkin sekarang sudah ada..." Langkahnya sibuk menyusuri lantai ruangan itu.

"Namjoon....."

"Tidak ada...." Jackson menghela napas singkat. Tak merubah posisi duduknya di belakang meja dengan kedua tangan bersilang di dada.

Namjoon berhenti sejenak. Menatap tas ransel biru itu seperti berpikir. Ia tertunduk.

"Makanan....."
"Seokjin pasti kelaparan disana...." Ia berjalan menuju pintu keluar.

"Namjoon" Dengan sigap Jackson berdiri dan meraih pergelangan tangannya.

"Hey...dengar aku..."

"Tidak ada penerbangan ke Kyoto, Namjoon.....tidak ada"

"Semua bandara disana ditutup hingga waktu yang ditentukan"

"Kereta....aku akan naik kereta" Namjoon membulatkan matanya penuh harap.


"Namjoon......" Digenggamnya erat kedua bahu sang pria.

"Please...jangan seperti ini"

"Just wait okay...." Jackson memiringkan kepalanya, berusaha tersenyum menatap rekan kerjanya yang telah kehilangan arah.

"Aku tidak mau terlambat..."

"Bagaimana jika Seokjin...."

"Namjoon!" Jackson mengguncang bahunya.

"Tidak ada apapun yang bisa masuk ke kota itu sekarang"

"Tidak pesawat, tidak kereta, bus, ferry, bahkan berjalan kaki saja kau akan celaka, Namjoon!"

"Badai baru saja mereda, dan kita tidak tahu apakah akan ada gempa susulan atau tidak"

"That's it! Bagaimana jika ada gempa susulan dan Seokjin sendirian"

"Seokjin pasti sendirian"

"Dia membutuhkanku, Jackson!"

"Dia membutuhkanku!"

Sebuah pukulan pun mendarat di tulang pipinya. Disusul dengan pelukan erat sang rekan.

"Kita tunggu okay....just.....wait a little longer"

"Please....."

"Begitu jalan sudah mulai dibuka, aku janji kita akan pergi kesana"

"Aku janji....."

"Okay?"


Mengerjap beberapa kali. Namjoon menghela napas panjang. Bahunya melemas dalam pelukan pria bertubuh lebih pendek itu.

"Maaf....." Ia menyandarkan kening di atas bahunya lemah.




"Pak Kim..."
"Ada yang ingin bertemu di lobby" Sedikit membungkuk, petugas keamanan itu bergegas kembali ke tempatnya.




"Kim Namjoon?" Pria bertubuh kecil itu berjalan menghampiri lalu mengulurkan jabat tangannya.

"Park Jimin..."

"Aku baru melihat berita singkat di televisi"
"Lalu bergegas kemari untuk mencarimu"

"A-aku....teman kerja Seokjin dulu...."

"Maaf jika mengejutkanmu" Pria itu tersenyum melambaikan kedua tangan di depan dadanya.


"O-oh.....iya...hai..."
"Seokjin pernah menyebutkan namamu"

"Saat ia berbohong untuk bertemu mantan tunangan Ken..."
Ingatan Namjoon kembali pada kejadian itu.


"Benarkah Seokjin....." Jimin membulatkan kedua matanya.
"Mereka belum menemukannya?"

"Belum....."

"Belum ada yang bisa kesana saat ini"

"Kita tak punya pilihan lain selain menunggu" Namjoon tertunduk pasrah.


Jimin duduk di sofa, mengusap wajah dengan kedua telapak tangan kecilnya.

"Maaf....aku tidak tahu lagi harus bertanya pada siapa"

"Hanya namamu yang selalu Seokjin sebut saat bercerita" Ia terkekeh pelan.

"Jimin....."
"Maaf aku tidak bisa menjaganya" Namjoon ikut terduduk di samping sang pria.

"Ah....kenapa kau minta maaf?"
"Bukankah Seokjin menginginkan pekerjaan ini?"

Namjoon menggeleng pelan. "Seokjin memutuskan untuk menerima pekerjaan itu karena aku"

"Aku yang terlalu egois menjaga jarak dengannya"

"Aku terlambat, Jimin..."



"Namjoon...."

"Seokjin sayang sekali padamu"

"Ia berbicara panjang lebar denganku di telepon soal kejadian itu"

"Dan ia sangat menyesal telah menghianatimu"

"Ken tidak nyata, Namjoon yang selalu ada untukku sekarang"

"Itu yang ia katakan..." Jimin tersenyum kecil.

Namjoon mengerang pelan dan menutup wajah dengan kedua tangannya. Menundukkan kepala hingga menyentuh lututnya.

"Aku bodoh....Jimin, aku sangat bodoh...."

"Namj......."



"Mereka mengudara!"

"Pak Kim, mereka sudah mengudara!"

Seorang operator di ruang kontrol muncul dengan cepat dari balik pintu ruang kerjanya kemudian bergegas kembali masuk untuk memantau situasi di monitor.

Namjoon menegakkan kepala dan menoleh pada Jimin yang juga membulatkan matanya.



"Namjoon, kita berangkat sekarang!"

"Let's go!"

Tak lama berselang, Jackson bergegas mengambil peralatannya dan tersenyum lebar pada sang pria yang masih terbengong di tempat duduknya.


"Namjoon....." Jimin menarik lengan kemejanya saat Namjoon berdiri dengan tergesa.

"Tolong....."

"Tolong bawa Seokjin kembali"

"Apapun keadaanya....." Ia tersenyum pahit.

DEG

Kedua bahunya melemas. "Tidak.....tidak......Seokjin masih hidup...."
"Jangan katakan itu, Jimin....."

Namjoon mengangguk kemudian bergegas menyusul Jackson dan para krunya.

PetrichorWhere stories live. Discover now