46. Empty

87 13 1
                                    




"Pegang kunci rumahku ya..."

"Tinggallah disini selama kau suka"
Seokjin menyerahkan serangkaian kunci ke tangannya.

Namjoon meraih benda bergantungan boneka paus kecil itu tanpa menjawab, matanya beralih pada koper dan tas besar di sekeliling kamarnya.

"Namjoonie....."

Pria itu tersentak dan berusaha tersenyum. "Sudah siap semua ya?"

Seokjin mengangguk pelan. "Kita sarapan dulu? Penerbangannya masih nanti malam..."

Namjoon mengangguk. Sesaat kemudian menarik tangan Seokjin yang telah berbalik menuju dapur lalu memeluknya.

"Hey.....kenapa?" Seokjin mengusap-usap punggungnya.

"Kau tidak banyak bicara dari tadi malam..."


"Sedih....." Ucapan lirih singkat itu terdengar menyakitkan.

"Kenapa tidak kau tolak saja tawaran itu?"


"Karena kau tidak ingin diganggu, Namjoonie....ingat?"

"Dan sekarang sudah terlambat untuk menarik semuanya" Seokjin mendengus melonggarkan pelukannya.

"Ini hukuman yang harus aku terima untuk keegoisanku..." Namjoon tertunduk.

"Can We.....not talk about it anymore?"

"Maksudku.....ini hari terakhirku disini, Namjoonie...."

"Aku ingin memanfaatkannya sebaik mungkin"

"Tidak dengan bertengkar...." Air matanya mulai menggenang.

"Dan......"

"Maaf.......maaf aku yang telah membuatmu begini....."


Namjoon segera menggeleng dan mengangkat kepalanya.
"Jangan minta maaf"

"Kau benar.....maaf aku membuat hari ini jadi buruk..."

"Kita sarapan sekarang?"

Seokjin mengangguk tersenyum lalu menggandeng tangannya keluar dari kamar.




"Kita menonton?"

"Ah....film-film ini banyak sekali..."

"Kau sudah menonton semuanya?" Namjoon melihat-lihat kotak itu satu persatu.

"Belum semua....simpan untuk nanti waktu aku pulang ya..."

Namjoon mengangguk dengan senyum dipaksakan.

"Kita masih bisa menonton, mungkin berbelanja membeli bahan makanan untuk aku nanti saat menempati rumah ini"

"Atau kita bisa makan siang dan ke bioskop untuk kencan?"

"Sepertinya hari ini cerah" Namjoon menoleh ke arah jendela.


"Namjoonie.....stop...." Seokjin menggengam tangannya.

"Maaf aku harus meninggalkanmu saat kita baru saja bersama lagi"

"Aku janji akan sering mengabarimu okay..."

"Kita bisa video call setiap hari..."


Namjoon tertunduk pasrah. Ia menghela napas panjang dan berusaha tersenyum.

"It hurts...."


"I know.....ini juga sangat menyakitkan untukku, Namjoonie..."

"Kita habiskan sisa hari ini dengan baik okay..." Seokjin menatap mata berkaca-kaca itu sedih.






"Jaga kesehatanmu, Namjoonie..."

"Bekerja dengan baik..."

"Don't do anything stupid...okay?"


Namjoon mendengus tertawa dan mengangguk pelan.

Lengan yang melingkar di tubuh rampingnya seolah tak mengijinkan sang pria pergi.

"Namjoonie.....aku harus berangkat sekarang...." Ia terkeleh pelan.

Pelukan itu melonggar.

Namjoon mengecup lembut bibirnya, melepas genggaman tangan sang pria itu tak rela.


Hingga akhirnya pesawat itu pergi.



Kosong.

Seketika hidupnya yang penuh warna berubah suram.


Namjoon membalikkan tubuhnya, meninggalkan bandara itu lunglai dan kembali ke rumah keduanya.

PetrichorWhere stories live. Discover now