26. Remedy

75 12 0
                                    




"Aku benci perasaan seperti ini...." Namjoon bergumam.

Seokjin berjalan pelan memasuki kamarnya, menghampiri sang pria yang masih bergelung dalam selimut di atas tempat tidur.

"Apa yang bisa kulakukan agar kau lega, Namjoonie?" Ia duduk di sampingnya, mengusap lembut kepala yang tenggelam dalam dekapan tangannya.

Namjoon menggeleng, meraih jemari Seokjin dan mengecupnya lembut.

"Maaf.....aku tidak bermaksud membebanimu, Seokjin..."


"Kau bisa bercerita apapun padaku..."
"Please....jangan memendam kesedihanmu sendiri"
Seokjin mengusap pipi sang pria dengan ibu jarinya.

"Aku....."

"Kau tak terbiasa....I know..."
"But at least try....."
Suara memelas itu mengiringi pergerakan tubuh lemas Namjoon.
Ia menyingkap selimutnya lalu duduk berhadapan dengan sang pria yang menatap penuh harap.

"Let's just go to work, okay...."
"Mungkin dengan menyibukkan diri aku bisa melupakan peristiwa buruk itu..." Namjoon berusaha tersenyum dan mengecup singkat pipinya.

Seokjin menghela napas kecewa kemudian beranjak dari tempat tidurnya menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.

"Kita tidak sempat berbelanja kemarin"
"Kubuatkan telur......."

"Namjoon?!"

Ia berjalan cepat ketika berbalik dan mendapati Namjoon tengah menopang tubuhnya dengan satu tangan di atas meja, sebelah tangannya lagi memegangi keningnya dengan mata terpejam erat.

Seokjin memapah tubuhnya kembali ke tempat tidur.
"Kepalamu masih sakit?"


"Maaf.....sepertinya aku tidak bisa bekerja hari ini...." Namjoon meringis pelan dan menutup mata dengan lengannya.

"Kubuatkan sarapan dulu ya...."
"Lalu minum obatnya"

Pria itu hanya mengangguk tanpa merubah posisinya.





"Hiks....."
Isak tangis pelan berbaur dengan suara piring dan alat makan.

Ditatanya telur mata sapi juga sosis di atas piring, sesekali punggung tangannya mengusap air mata yang mengalir.

Beberapa detik kemudian Seokjin pun diam, menumpu kedua telapak tangannya di atas meja makan dan tertunduk.

Ia kembali terisak.





"Sesuap lagi?" Seokjin kembali menyodorkan sumpit berisi potongan telur dan sosis.

Pria itu menggeleng pelan. "Aku sudah kenyang, Seokjin...."

"Kau hanya makan setengah porsi, Namjoonie...." Tatap matanya memelas dengan bibir mengerucut.

Namjoon tersenyum kecil dan menjawil pipinya gemas.

"Aku belum bisa makan......maaf"
"Biarkan aku beristirahat hari ini okay..."

"Kita kencan nanti malam"


"Kita bisa membatalkannya jika kau belum sembuh..."

Namjoon menggeleng. "Aku sudah janji mengajakmu kencan, Seokjin...."
"I'll be fine...."


"Kau yakin tidak mau kutemani?"
"Aku bisa cuti hari ini...."

"Seokjin......"

"Just......let me be alone for the day okay...." Ia menghela napas lemah.

"Kujemput jam 6 sepulang bekerja?"


Seokjin mengangguk, membereskan sisa sarapan sang pria kemudian beranjak dari tempat tidurnya.


"Seokjin......" Jemari itu dengan cepat ditariknya hingga sang pria kembali terduduk di tepi tempat tidur.

"Maaf......maaf aku kasar" Ia menarik tubuhnya ke pangkuan, memeluk punggungnya kemudian menenggelamkan kepala pada bahu lebarnya dan menghela napas.

"Jangan menangis...."

"Aku tidak....."

"You did, Seokjin.....don't lie..." Pelukannya mengerat.
"Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk lebih tenang, lebih bisa meredam emosiku....tapi kemarin aku tidak mampu..."

"Beri aku kesempatan sekali lagi, Seokjin....."

"I love You, Namjoonie....." Seokjin berbisik dengan kepala tertunduk.

"Aku ingin kau berubah..."
"Tidak ingin kau sakit"

"It hurt seeing You like this...."

.

.

.

"Kau tidak makan?" Bola mata membulat itu menatapnya sambil tangan kanannya menyuap daging dengan sumpit.

Seokjin tersenyum lebar menopang dagu. Pria di seberang mejanya makan dengan lahap.

Ia mengusap sudut bibir Namjoon lembut kemudian melanjutkan makan malamnya.

"Kita jadi menonton kan?" Namjoon menoleh ke luar jendela, sedetik kemudian ia mengerang kecewa.

"Ahh.....kenapa harus hujan...."

Seokjin tertawa gemas dan berpindah ke bangku di sampingnya.
"Kau sudah sehat?" Dikecupnya bibir mengerucut itu singkat.

"Aku sehat Seokjinnie..." Namjoon menarik lembut dagu yang menjauh itu dan kembali mengecup bibirnya.

"Tapi aku tidak mau kehujanan...." Ia melirik manja.


"Kita naik taksi, Namjoonie...."

"Lihattt....aku bawa payung besar sekarang" Ia tertawa dan menunjukkan benda berwarna biru muda di samping bangkunya.

Pria berdimple itu menatapnya lembut, menghela napas panjang dan tersenyum.

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang