33. Concern

81 13 0
                                    




"Jejuuu?" Seokjin membulatkan matanya.

"Kenapa jauh sekali...." Ia mengerang pelan dan meletakkan sumpitnya sambil masih mengunyah.

"Hanya tiga hari, Seokjin...."

"Aku akan kembali Sabtu pagi..." Namjoon memiringkan kepala, tersenyum manis memamerkan dimplenya.

"Jackson......ikut?" Ia melirik ragu.

Namjoon mengangguk.
"Jackson pasti akan mengikuti aku kemana-mana, Seokjin" Ia terkekeh pelan.

"He's nice though....dia berusaha untuk menekan emosiku jika akan meledak"

"Seperti pada Sabtu kemarin..."

Tak menjawab, Seokjin meneguk air mineral dari botolnya.

"Baguslah....."

"Seokjin?"


"Kau sudah selesai?"
"Aku lupa masih harus memilih-milih foto yang Moonbyul dan aku dapatkan beberapa hari lalu" Seokjin berdiri membereskan bekas makan siangnya terburu-buru.

"Kau bahkan tidak menghabiskan setengah dari makananmu, Seokjinnie..." Namjoon membulatkan matanya.

"Aku masih kenyang....pagi tadi aku sarapan banyak sekali haha..."

"Aku....duluan Namjoonie..."

"Maaf ya...." Ia mengecup singkat pipinya kemudian bergegas menuruni tangga rooftop tempat mereka biasa makan siang.

Namjoon hanya terbengong, mulutnya yang masih penuh dengan bekal buatan sang kekasih itu tak tahu harus berkata apa.






"Dan kau meninggalkannya begitu saja?"

Seokjin mengangguk pelan dan melirik pada Moonbyul.

"Kau kejam Seokjin" Wanita itu terbahak.

"Hey....mereka hanya partner kerja seperti kita, Seokjin..."

"Atau jika kau benar-benar cemburu, setidaknya biarkan Namjoon tahu.....bukan meninggalkannya begitu saja"

"Kasihan dia kebingungan..."

Seokjin menghela napas panjang. "Aku bodoh ya...."

"Padahal tadi malam aku masih merindukannya"

"Siang ini aku sudah membuat masalah...." Ia memilin-milin ujung tali sweaternya.

"Namjoon pasti marah....."



"Bicaralah padanya sepulang kerja..." Moonbyul mengacak rambutnya pelan.








"Eoh?"

"Kenapa masih disini? Kukira kau sudah pulang dari tadi"
Namjoon membulatkan mata, melirik jam tangannya bergantian dengan wajah sang pria yang mulai tersenyum.

"Ada apa?"

"Apakah ada yang mengawasimu lagi?" Ia menggengam kedua lengannya, mendekat sambil menoleh ke sekitar.


"T-tidak....tidak Namjoonie...."

"Aku......aku khawatir kau marah karena aku meninggalkanmu tadi siang" Seokjin menunduk, menarik tepi jas sang pria pelan.

Namjoon menghela napas lega. "Astaga...kukira orang itu mengikutimu"

"Kenapa menunggu di lobby? Tidak memanggil ke ruanganku" Ia merendahkan kepalanya.

Seokjin menggeleng. "Takut mengganggu..." Bibirnya mengerucut.

"Hem?" Namjoon menjauhkan kepalanya sedikit, menatapnya curiga.

"Nanti kalau aku datang lalu melihat kalian sedang berduaan bagaimana?"

Tawa sang pria sontak meledak. Diraihnya dagu yang menunduk dengan bibir mengerucut itu.

"Namjoonie jangan tertawa!" Seokjin memalingkan wajah merahnya.

"Maaf...maaf....." Masih tersenyum lebar, Namjoon mengusap lembut samping kepalanya.

"Kita pulang ya...."

"Ke rumahmu atau apartemenku hmm?"

Seokjin menegakkan kepalanya senang. "Apartemenmu!"

"Aku masih menyimpan bahan makanan untuk dimasak..."

Pria tegap itu berkedip pelan. "Ini sudah malam, sayang....kita pesan makanan saja okay?" Ibu jari dan telunjuk itu mencubit dagunya pelan.




"Namjoonie....jangan menatapku seperti itu..." Seokjin mengerutkan dahinya saat sang pria serius memandangi wajahnya.

"Maaf aku cemburu..." Ia bergeser mendekat ke pelukan sang pria yang sama-sama bergelung dalam selimut.


"Kau manis sekali...." Namjoon terkekeh mendekap tubuh sang pria.


"Apa kita tidak akan membahas kejadian tadi siang?"

"Namjoonie marah?" Seokjin melirik pelan.


"Aku hanya bingung kau tiba-tiba meninggalkanku"

"Seokjin..." Namjoon menghela napas sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Aku tidak ingin melepaskan kemarahanku padamu"

"Dan...aku pun tak akan tega"

"Aku dan Jackson hanya partner kerja, Seokjin..."

"Tidak usah dibahas lagi okay..."


Tak menjawab, Seokjin menundukkan kepalanya, mengeratkan pelukannya pada pinggang sang pria.

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang