20. Reason To Come Home

100 16 0
                                    




"Ada rasa kram di perutmu?"

Seokjin menggeleng.

"Mual atau pusing?"

Seokjin kembali menggeleng dengan wajah polos pada sang dokter yang berdiri di samping tempat tidurnya.

"Baguslah...aku khawatir air sungai itu sedikit meracuni tubuhmu" Dokter paruh baya itu tersenyum.

"Jika dirasa sudah tidak lemas, kau boleh pulang sore ini Seokjin..."

Senyum di wajahnya melebar. "Terimakasih Dokter..."



"Temanmu ini seorang yang tak mudah menyerah" Sang dokter terkekeh menepuk bahu Namjoon yang baru saja memasuki ruangan, kemudian pamit untuk pergi.


Pria itu tersenyum menatapnya sayu. "Hai temanku...."
Namjoon berjalan mendekati Seokjin yang melirik sambil mengerucutkan bibirnya.

Kedua tangan itu terulur manja.

"Sudah sehat?"

Namjoon menyambut uluran tangannya, mengecup keningnya lembut dan duduk di samping tempat tidurnya.

"Nanti sore aku sudah boleh pulang..." Senyumnya kembali melebar.

"Aku kangen Ramen kakek..."

Namjoon tertawa dan mencubit pipinya gemas. "Kita makan besok ya..."

"Malam ini kau harus beristirahat..."

Seokjin mengangguk dengan senyum diantara pipi bayinya.

"Oh....kameranya...." Ia berbalik mengangkat tasnya yang basah.

"Tas itu seharusnya kedap air..."
"Semoga kameranya tidak basah" Namjoon membantu mengangkat tas itu ke atas meja.

"Namjoonie...."
"Tas ini pasti mahal....."

"Kameranya selamat" Seokjin melirik dengan bibir mengerucut kemudian menarik kemeja juga celana pantai yang belum sempat ia bungkus.

"Ini......"

"Aku hanya bisa membelikanmu oleh-oleh ini...." Ia menunduk dan menggulung-gulung setelan bercorak pohon itu malu.

Namjoon membulatkan matanya dan tertawa pelan.
"Kau serius membelikan aku oleh-oleh?"

Seokjin mengangguk. "Ada camilan juga...." Ia merogoh tasnya dan mengeluarkan beberapa bungkus cumi kering.

"Aku tidak tahu kau suka atau tidak..."

Bahunya melemas, pria itu benar-benar manis. Perlahan tangannya menarik pakaian yang masih dipeluknya.

"Kucoba sekarang ya..."

"A....j-jangan....apa kau tidak malu?" Seokjin menarik tangannya.

"Atau.....hmmm...."
"Kuantar kau pulang dan mencobanya di rumahmu"

"Sambil menikmati camilan yang kau beli"
"Boleh?"

"Lalu....menginap?" Seokjin meliriknya ragu-ragu.

Sesaat bibir mengerucutnya dikecup lembut. Namjoon mengangguk pelan kemudian tersenyum mendengus.

"Aku menyayangimu, Kim Seokjin..."

"Sangat....."

.

.

.

"Tadaaaa....." Namjoon masuk ke kamar Seokjin dan melebarkan kedua lengannya.

"Ini nyaman sekali..." Ia menunduk dan merapikan kemejanya yang hanya terkancing setengah.

Seokjin mengulum senyumnya geli. "Kau seperti ahjussi, Namjoonie" Tawanya meledak.

"Apalagi dengan kacamata seperti ini" Namjoon meraih kacamata hitam dari meja rias Seokjin dan memakainya.

Tawa Seokjin semakin keras.

"Kau senang ya..."
"Kau senang meledekku"

Namjoon melompat dan mengelitiki pinggang sang pria yang tengah menyandar menggeser-geser foto di kameranya di atas tempat tidur.

"Namjoonieee....geliii....." Seokjin bergeliat lalu mengusap air mata dari tawanya.

Namjoon berhenti dan duduk di atas kakinya yang tertutup selimut.
"Foto-fotonya masih ada?"

Seokjin mengangguk. "Semuanya selamat...."

Namjoon berpindah ke sisi sang pria. Menyandarkan kepala pada bahu lebar itu dan mengambil kameranya.

Menggeser-geser sambil sesekali tersenyum menatap gambar pria kesayangannya tertawa lepas saat berada di Busan beberapa waktu lalu.

"Kau manis...."

Seokjin menariknya hingga kepala dan tubuh sang pria menyandar di dada, memeluk tubuh besar itu lalu mengecupi pucuk kepalanya lembut.


"Why do You love the rain so much? Didn't it makes You sad and gloomy?"

Namjoon terus menggeser layar kamera berisi foto-foto bertema hujan itu.

"Sometimes it wash the sadness away, Namjoonie...."

"Aku suka bunyi rintik hujan yang menyentuh permukaan"

"Aku suka harum yang menyeruak saat air langit itu menyentuh tanah yang gersang"

"Hujan membuatku tenang...."

Namjoon tersenyum kecil, sejenak jarinya berhenti pada satu foto, bergeser dan duduk menghadap sang pria.

"Kau masih merindukannya?"


"......."



"Aku......terus memikirkanmu di bawah sana, Namjoonie...."

Jeda sejenak sebelum menjawab, Seokjin menegakkan tubuh kemudian duduk bersila.

"Bukan orang lain..." Ia mengusap pipinya dengan ibu jari, menelusuri lekuk wajah dan menatap kedua mata sayu itu lekat lalu tersenyum kecil.

"Aku harus kuat...pikirku" Kepal tangannya terangkat di samping kepala mengangguknya.

"Aku harus bertemu denganmu lagi..."

"Aku ingin kau mengetahui perasaanku..."

"Tapi aku terlalu lemah..." Surai abu-abu itu dibelainya lembut.


Namjoon menggeleng, meraih jemari yang bergerak pelan itu dan mengecupnya.

"Aku tidak bisa membayangkan jika kau....jika......" Namjoon menggigit bibir bawahnya dan tertunduk.

Kembali menatap dua raga yang tersenyum dalam kameranya.


PIK
PIK

TING

"Ah! Kenapa dihapus?" Namjoon mendekatkan kepalanya pada kamera yang beberapa detik lalu diraih oleh jemari lentik di hadapannya.

"Aku hanya menginginkanmu Namjoonie...."

"Hanya ingin duniaku penuh dengan kenangan bersamamu"

Namjoon memiringkan kepalanya, tatap matanya sedih walau ia tersenyum.


"Aku selalu punya alasan untuk pulang sekarang...."

"Kau....."

Seokjin menepuk pelan hidung kecilnya dengan telunjuk kemudian menarik sang pria ke dalam dekapannya.

PetrichorWhere stories live. Discover now